logo Kompas.id
Politik & HukumDemokrasi Dinilai Kian...
Iklan

Demokrasi Dinilai Kian Memprihatinkan, Publik Jadi Oposisi Alternatif

Ada dua hal yang belum selesai dari reformasi, yakni penegakan HAM dan pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Fenomena politik belakangan seolah memanggil kembali aktivis-aktivis yang dulu berjuang.

Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
· 3 menit baca
Ekonom senior Faisal Basri (tengah) dan Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid (keempat dari kanan) berfoto bersama saat konferensi pers sebelum penyelenggaraan Panggung Rakyat ”Bongkar” di Jakarta, Kamis (7/12/2023).
KOMPAS/WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN

Ekonom senior Faisal Basri (tengah) dan Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid (keempat dari kanan) berfoto bersama saat konferensi pers sebelum penyelenggaraan Panggung Rakyat ”Bongkar” di Jakarta, Kamis (7/12/2023).

JAKARTA, KOMPAS — Koalisi masyarakat sipil menilai, kondisi demokrasi kian memprihatinkan. Hal itu sejalan dengan memburuknya penegakan korupsi dan perlindungan hak asasi manusia. Mereka menilai momentum ini perlu dimanfaatkan untuk menjadikan publik sebagai oposisi alternatif.

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid, Kamis (7/12/2023), mengatakan, demokrasi di Indonesia tengah dalam proses resesi yang ditandai dengan melemahnya kebebasan berekspresi. Tidak adanya oposisi aktif di parlemen juga membuat kekuasaan berjalan tanpa kontrol.

Editor:
ANTONY LEE
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000