Formula Kepemimpinan Baru Prabowo-Gibran
Pasangan Prabowo-Gibran menawarkan formula baru kepemimpinan kepada 204,8 juta pemilih.
Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka maju dalam kontestasi Pemilihan Presiden 2024 dengan menawarkan formula atau kombinasi baru untuk memimpin sebuah negara besar. Kombinasi dua sosok ini berbeda dari segi generasi dan pemikiran.
Majunya kembali Prabowo sebagai calon presiden pada Pemilu 2024 merupakan perjalanan panjang yang kaya dengan pengalaman. Terlahir sebagai generasi baby boomers dan kini berusia 72 tahun, pengalaman hidupnya lengkap karena berkecimpung di bidang militer, bisnis, politik, hingga pemerintahan. Prabowo menghabiskan 24 tahun hidupnya untuk mengabdi sebagai prajurit TNI.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Sementara itu, calon wakil presiden yang dipilihnya merupakan sosok yang terlahir sebagai generasi milenial. Gibran baru berusia 36 tahun, separuh dari usia Prabowo. Gibran merupakan anak muda yang meminati sektor bisnis dan belum lama terjun di bidang pemerintahan dan politik.
Perbedaan di antara keduanya bak langit dan bumi. Jalur hidup dan era yang dijalani tentu membentuk kematangan karakter dan perspektif pemikiran yang berbeda. Akan tetapi, keduanya memiliki kesamaan dalam hal kehidupan yang dekat dengan kekuasaan. Prabowo merupakan menantu Presiden ke-2 RI Soeharto, sementara Gibran adalah anak sulung Presiden ke-7 RI Joko Widodo yang kini masih menjabat.
Jalan pengabdian
Prabowo berasal dari keluarga intelektual, anak dari begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo, yang merancang arsitektur ekonomi di era Orde Baru. Ia lebih meminati bidang militer dan memulai pengabdiannya sebagai prajurit setelah lulus dari Akabri tahun 1974.
Karier kemiliteran ditapakinya mulai dari menjadi anggota Komando Pasukan Sandi Yudha, pasukan elite yang merupakan cikal bakal Kopassus. Selepas itu, ia bergabung dalam Detasemen 81/Kopassus dengan jabatan yang diemban sebagai wakil komandan dan komandan.
Dalam sepuluh tahun pertama kariernya di militer inilah Prabowo beberapa kali ditugaskan ke daerah konflik Timor Timur (kini Timor Leste). Selanjutnya, ia menjadi Komandan Batalyon 328 Kujang II/Kostrad dan Kepala Staf Brigif Linud 17/Kostrad. Setelah menjadi Komandan Grup III/Pusdik Pasukan Khusus pada tahun 1993, ia menjadi Wakil Komandan Kopassus pada 1994.
Kariernya terus melejit. Pada usia 44 tahun, ia pun menjadi Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus (1995) dengan pangkat brigadir jenderal. Jabatan itu diembannya hingga 1998 dengan pangkat tertinggi mayor jenderal. Selanjutnya, pada tahun 1998, Prabowo ditetapkan sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) dengan pangkat letnan jenderal.
Namun, kariernya terhenti seiring dengan lengsernya Presiden Soeharto. Prabowo sempat dimutasi menjadi Komandan Sesko ABRI di Bandung. Pada 24 Agustus 1998, Prabowo mengakhiri kariernya di dunia militer setelah diberhentikan/pensiun dini dari institusi tersebut.
Bisnis kemudian menjadi jalan yang ditekuni Prabowo selanjutnya. Usaha-usahanya, antara lain, bergerak di bidang perkebunan (kelapa sawit) dan pertambangan (batubara). Mapan sebagai pengusaha, Prabowo pun terjun ke dunia politik.
Baca juga : Prabowo Tetap Bekerja, Gibran Blusukan di Tangerang
Hal itu dilatari oleh kegelisahannya melihat kondisi bangsa yang jauh dari harapan kesejahteraan dan pengelolaan keuangan negara yang dianggapnya belum tepat. Padahal, sumber daya alam bangsa sangat besar. Menurut Prabowo, Indonesia seharusnya bisa menjadi kekuatan atau macan Asia.
Langkah politik dimulainya dengan menjadi anggota Dewan Penasihat Partai Golkar 2004-2008, partai yang dekat dengan keluarganya. Namun, pada tahun 2008, ia memutuskan mendirikan partai sendiri, Partai Gerindra, sebagai kendaraan untuk pengabdian yang lebih besar.
Meski tergolong baru, Gerindra mendapat suara cukup besar pada Pemilu 2009 dan berhasil mendudukkan 26 kadernya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dalam Pemilu 2009 itu pula Prabowo maju dalam kontestasi dengan menjadi cawapres mendampingi Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri. Sayangnya, pasangan ini kalah dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.
Setelah itu, Prabowo dua kali maju menjadi calon presiden. Pada Pilpres 2014, ia berpasangan dengan Hatta Rajasa dan pada Pilpres 2019 berpasangan dengan Sandiaga Uno. Namun, dua kali pula Prabowo dikalahkan oleh Joko Widodo yang menjadi presiden selama dua periode.
Seusai Pemilu 2019, Prabowo menerima tawaran untuk bergabung dalam kabinet Jokowi dengan menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Hal ini menjadi salah satu upaya rekonsiliasi dan mengurangi segregasi antarpendukung, sekaligus jalan untuk persiapan pemilu berikutnya.
Baca juga : Prabowo Mencari Restu ”Penguasa” Banten
Partai Gerindra yang didirikannya terus berkembang menguasai Indonesia. Gerindra menjadi pemenang ketiga karena meraih 11,81 persen suara sah nasional dalam Pemilu 2014. Posisinya naik menjadi pemenang kedua pada Pemilu 2019 karena memperoleh 12,57 persen suara sah nasional. Jalan bagi Prabowo untuk maju kembali dalam Pilpres 2024 pun semakin terbuka lebar. Terlebih, Gerindra sudah punya modal 78 kursi atau 13,6 persen dari total kursi DPR.
Perjumpaan politik
Kegagalan menjadi presiden dalam dua kali kontestasi membuat Prabowo merancang ulang strategi pemenangan. Peluang berpasangan dengan tokoh-tokoh yang akan memberi efek elektoral yang tinggi kepadanya dijajaki, termasuk dari kalangan generasi muda, seperti Gibran.
Gibran merupakan Wali Kota Surakarta yang terpilih pada pilkada 2020, dengan PDI-P sebagai partai pengusungnya. Ia dilantik sebagai wali kota pada 26 Februari 2021 dalam usia 33 tahun. Sebelum menjadi wali kota, Gibran dikenal sebagai pengusaha di bidang jasa boga.
Perjumpaan Prabowo dengan Gibran dalam konteks politik terjadi pertama kalinya pada 19 Mei 2023 di Surakarta. Pada pertemuan itu, sejumlah sukarelawan Presiden Jokowi dan Gibran menyatakan dukungan kepada Prabowo untuk maju kembali sebagai calon presiden. Pertemuan ini berefek dipanggilnya Gibran oleh DPP PDI-P di Jakarta untuk mengklarifikasi peristiwa tersebut. Hal itu karena sebelumnya PDI-P telah memutuskan untuk mendukung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjadi bakal calon presiden.
Meski demikian, pertemuan Prabowo-Gibran berlanjut dengan kunjungan balasan Gibran ke kediaman Prabowo di Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada 18 Juni 2023. Di sana, Prabowo mengajari Gibran cara berkuda.
Angin perubahan berpihak kepada Gibran. Keputusan Mahkamah Konstitusi mengenai usia minimal capres dan cawapres menjadi paling rendah 40 tahun atau pernah/sedang menduduki jabatan yang dipilih melalui pemilu, termasuk pilkada, membuatnya dapat maju dalam kontestasi.
Prabowo mendeklarasikan Gibran sebagai cawapresnya pada 22 Oktober 2023. Keduanya menjadi pasangan terakhir yang mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum. Keputusan menjadikan Gibran sebagai cawapres diambil setelah Prabowo bersama Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan menemui Presiden Jokowi. Juga setelah Gibran mengunjungi sejumlah ketua umum parpol dalam Koalisi Indonesia Maju, termasuk Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.
Jalan panjang dan berliku yang ditempuh Prabowo menuju kursi presiden bertemu dengan jalan singkat yang dilalui Gibran untuk menjadi orang nomor dua negeri ini. Jalan yang singkat dilihat dari segi usia, kiprah kepemimpinan, dan gemblengan politik.
Sebuah formula baru kepemimpinan yang coba ditawarkan Prabowo-Gibran kepada 204,8 juta pemilih Indonesia di Pemilu 2024 nanti.