Asam Sulfat dari Gibran yang Kini Viral
Gara-gara urusan debat capres-cawapres, asam sulfat pun ikut naik daun. Debat diharapkan mampu jadi ajang adu gagasan pasangan capres-cawapres dan capres ataupun cawapres secara personal, tetapi jangan dijadikan polemik.
Urusan debat calon presiden dan calon wakil presiden yang belum waktunya digelar itu kini masih terus jadi perdebatan panjang. Maklum, suasana sudah semakin memanas di masa kampanye Pemilu Presiden 2024 sejak putusan Mahkamah Konstitusi ”memberi jalan” bagi putra sulung Presiden Joko Widodo menjadi bakal cawapres mendampingi bakal capres Prabowo Subianto.
Polemik bertambah rumit karena Komisi Pemilihan Umum (KPU) mewacanakan perubahan format debat capres dan debat cawapres di Pemilihan Presiden 2024, terutama terkait debat antarcawapres.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Menurut KPU, pada debat Pilpres 2024, pihaknya berencana menghadirkan secara bersamaan capres-cawapres dalam lima kali gelaran debat. Untuk itu, tidak ada secara khusus debat cawapres. Ini berbeda dari Pilpres 2019 yang mengusung format 2 kali debat khusus capres, 1 kali khusus cawapres, dan 2 kali debat dengan komposisi bersamaan capres-cawapres.
format debat capres-cawapres yang sudah ditetapkan dalam Pasal 277 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu dan Pasal 50 Peraturan KPU Nomor 15 tahun 2023 mengatakan, debat capres digelar sebanyak lima kali. Dalam penjelasannya, pasal tersebut menyatakan bahwa debat untuk calon presiden dilakukan tiga kali dan debat untuk calon wakil presiden dilakukan dua kali.
Format debat capres-cawapres yang sudah ditetapkan dalam Pasal 277 Undang-Undang Pemilu dan Pasal 50 Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2023 mengatakan, debat capres digelar sebanyak lima kali. Dalam penjelasannya, pasal tersebut menyatakan bahwa debat untuk calon presiden dilakukan tiga kali dan debat untuk calon wakil presiden dilakukan dua kali.
Rencana ini disampaikan KPU setelah menggelar rapat persiapan debat dengan tim kampanye pasangan capres-cawapres, Rabu (29/11/2023). Soal model debat ini menjadi perdebatan setelah dinilai akan menguntungkan pasangan tertentu. Sasarannya tentu cawapres Prabowo, Gibran Rakabuming Raka, yang dinilai masih belum siap sehingga harus didampingi capresnya. Itulah yang kini menjadi topik perbincangan tersendiri.
Akhir-akhir ini, urusan debat semakin menghangat setelah selip lidah dialami Gibran Rakabuming Raka. Saat Gibran membahas upaya mengatasi tengkes di posyandu kawasan Poris Gaga, Tangerang, Senin (4/12/2023), dia menyebut asam sulfat penting untuk ibu hamil. Padahal, zat yang penting untuk ibu hamil adalah asam folat. Sebaliknya, asam sulfat biasa digunakan dalam industri serta bersifat sangat korosif dan berbahaya bagi tubuh.
Ketika dikonfirmasi, Gibran hanya mengatakan, ”Ya, mohon maaf, mohon dikoreksi.” Namun, ketika ada yang menyebut hal ini sebagai alasan dia takut menghadapi debat calon wapres, Gibran menjawab dingin, ”Biar masyarakat yang menilai.”
Baca juga : Debat Capres-Cawapres Pengaruhi Lima Persen Elektabilitas
Sebelumnya, Gibran juga mengatakan akan mengikuti keputusan KPU.
Calon wapres lain, Muhaimin Iskandar, yang mendampingi capres Anies Baswedan dalam Pemilu 2024 ini, menyesalkan wacana tiadanya debat khusus cawapres. ”Debat ini bagian dari transparansi rencana dan gagasan ke depan. Karena itu, harus ada adu gagasan jika ingin pemilu baik,” tambahnya.
Mahfud MD, cawapres pendamping Ganjar Pranowo, tak terlampau ambil pusing. ”Saya siap debat, khusus maupun tidak khusus. Namanya calon pemimpin harus siap. Kalau ditiadakan atau diadakan, terserah KPU saja,” ujarnya.
Saya siap debat, khusus maupun tidak khusus. Namanya calon pemimpin harus siap. Kalau ditiadakan atau diadakan, terserah KPU saja.
Sejauh ini, Ketua KPU Hasyim Asy’ari mengatakan, hal tersebut belum tuntas dibahas. KPU masih akan mematangkan usulan metode debat yang diajukan oleh tim pasangan capres-cawapres masing-masing.
Anggota KPU, Idham Holik, Senin (4/12/2023), juga mengatakan, KPU masih akan melakukan rapat koordinasi kembali dengan semua tim kampanye. Namun, ujarnya, keputusan akan diambil KPU secara mandiri.
Wapres minta kemampuan pribadi
Wakil Presiden Ma’ruf Amin menilai akan lebih elok apabila debat dilakukan untuk menampilkan kemampuan calon presiden dan calon wapres secara pribadi. ”Kalau misalnya tiga (kali debat) capres, dua (debat) capres mestinya (diikuti) capres sendiri, (lalu) dua wapres sendiri, satu (debat) bareng capres dengan wapres misalnya. Itu mungkin lebih elok, ya,” tuturnya kepada wartawan, Selasa (5/12/2023).
Kalau misalnya tiga (kali debat) capres, dua (debat) capres mestinya (diikuti) capres sendiri, (lalu) dua wapres sendiri, satu (debat) bareng capres dengan wapres misalnya. Itu mungkin lebih elok, ya.
Hal terpenting, lanjut Wapres, sesi debat tidak mungkin dihilangkan. Sebab, ini akan menyalahi aturan perundang-undangan. Namun, karena KPU belum memutuskan, Wapres pun memilih menunggu keputusan akhir KPU.
Pesona
Debat dalam pemilu presiden jelas memiliki pesona dan manfaat tersendiri. Sebab, ini menjadi ajang bagi publik untuk mengenali kapasitas para kandidat ketika dihadapkan dalam satu arena pertukaran gagasan. Ketangkasan berpikir dan artikulasi dalam menyampaikan gagasan diperlihatkan di sana.
Selip lidah, salah ucap, sesat pikir, atau kelemahan berlogika tentu menjadi hal yang sedapat mungkin dihindari kandidat karena dapat menjadi titik serang lawan debat.
Dalam konteks demokrasi, setiap kandidat harus diberi kesempatan sama untuk menampilkan kapasitas dan visinya. Mengurangi eksposur khusus untuk cawapres bisa diartikan sebagai pengurangan peluang untuk penilaian publik yang lebih mendalam.
Pakar kebijakan publik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, melalui rilisnya di tanggal 2 Desember 2023 berpendapat, dalam konteks demokrasi, setiap kandidat harus diberi kesempatan sama untuk menampilkan kapasitas dan visinya. Mengurangi eksposur khusus untuk cawapres bisa diartikan sebagai pengurangan peluang untuk penilaian publik yang lebih mendalam.
Menurut Nur, transparansi dan akuntabilitas adalah prinsip dasar dalam demokrasi. Perubahan format debat yang mengurangi eksposur khusus untuk cawapres dapat merusak prinsip-prinsip ini.
Baca juga : Agar Debat Tak Sekadar Seremoni
Jika debat menjadi arena di mana capres mendominasi percakapan, peluang untuk mengevaluasi cawapres secara independen menjadi terbatas. Hal ini bukan hanya soal memberikan kesempatan sama kepada semua kandidat untuk berbicara. Hal ini juga tentang memastikan pemilih memiliki informasi cukup untuk membuat keputusan tepat.
Nur berpandangan, dengan sesi khusus debat cawapres tentu cawapres memiliki waktu yang cukup untuk menyampaikan gagasannya. Publik pun mempunyai waktu lebih banyak untuk melihat kapasitas setiap cawapres.
Pengaruh politik yang mungkin bertujuan untuk menguntungkan kandidat tertentu harus diwaspadai demi menjaga integritas proses pemilu.
Dalam konteks politik Indonesia yang sering kali kompleks, menurut Nur, setiap perubahan dalam proses pemilu harus dilihat dalam konteks lebih luas, termasuk dinamika kekuasaan dan pengaruh politik. Pengaruh politik yang mungkin bertujuan untuk menguntungkan kandidat tertentu harus diwaspadai demi menjaga integritas proses pemilu.
Nur menuturkan, transparansi, kesetaraan, dan akuntabilitas mesti dijaga dalam setiap aspek pemilu. Pemilu bukan hanya tentang memilih pemimpin, melainkan juga tentang menegakkan nilai-nilai demokrasi itu sendiri.
Kuda dan bayonet
Sebagai ilustrasi, mari sejenak melihat salah satu sesi debat calon presiden di Amerika Serikat. Petahana dari Partai Demokrat, Barack Obama, dalam debat capres AS tahun 2012 silam menunjukkan kemampuan berlogika dan kepiawaian dalam menyusun kalimat saat menangkis kritik calon presiden dari Partai Republik, Mitt Romney.
Saat itu, Romney memberikan kritik tajam dengan membandingkan jumlah kapal perang AS di era Obama yang disebutnya jauh lebih sedikit dibandingkan posisi tahun 1917. Dan bagaimana cara Obama, Presiden AS yang pernah mengenyam pendidikan di SD Menteng, Jakarta, ini dalam menangkis dan menyerang balik kalimat Romney?
Melalui jawaban seperti itu, Obama seolah meluruskan pemahaman lawan debatnya yang masih menganggap bahwa kekuatan angkatan perang suatu negara ditentukan oleh lomba ’banyak-banyakan’ jumlah kapal perang. Era seperti itu sudah berubah.
Alih-alih terpancing dan terjebak alur pertanyaan lawan, Obama bilang bahwa jumlah kuda dan bayonet di Amerika Serikat saat ini pun lebih sedikit dibandingkan dahulu. Hal ini karena perang di zaman sekarang sudah tidak lagi dilakukan para prajurit dengan menunggang kuda sambil menenteng senapan berbayonet.
Melalui jawaban seperti itu, Obama seolah meluruskan pemahaman lawan debatnya yang masih menganggap bahwa kekuatan angkatan perang suatu negara ditentukan oleh lomba ”banyak-banyakan” jumlah kapal perang. Era seperti itu sudah berubah.
Baca juga : Debat Tanpa Pertukaran Pikiran Untungkan Petahana
Saat ini tak perlu banyak kapal perang karena toh ada kapal induk. Sebuah kapal induk dapat dijadikan pangkalan tempat banyak pesawat jet tempur tinggal landas. Tangkisan kokoh dan serangan balik yang jitu dari Obama.
Kemampuan menyampaikan sesuatu dengan ringkas, bernas, dan kuat secara logika seperti ini pun amat ditunggu dari para capres dan cawapres yang akan berlaga di Pilpres 2024. Saat berproses dan kemudian memutuskan mencalonkan diri sebagai capres atau cawapres, seseorang tentu diharapkan siap untuk memimpin negara.
Dengan pemahaman semacam ini, para capres dan cawapres yang akan berlaga di Pilpres 2024 tentu juga siap untuk mengikuti ajang debat. Memimpin negara saja bisa, masa mengikuti debat cawapres saja tidak berani?