Persoalan kebangsaan hingga etika demokrasi dan moral elite politik menjadi pokok pembahasan dalam pertemuan Ganjar Pranowo dengan Franz Magnis-Suseno.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo, Jumat (24/11/2023), menemui Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Franz Magnis-Suseno untuk bersilaturahmi. Selain mendiskusikan kondisi masyarakat terutama masalah kemiskinan dan kesejahteraan, keduanya juga membahas mengenai etika demokrasi dan moral elite politik yang menduduki jabatan publik.
Ganjar tiba di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara di bilangan Cempaka Putih, Jakarta, pada pukul 08.35 WIB. Ganjar lantas menggelar pertemuan tertutup dengan Magnis-Suseno selama lebih kurang satu jam.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Seusai pertemuan, Ganjar mengungkapkan, diskusi bersama Magnis-Suseno selalu menarik. Ia pun memperlihatkan hadiah buku berjudul Etika Politik dan Iman dalam Tantangan karya rohaniawan yang akrab dipanggil Romo Magnis tersebut.
Ganjar mengatakan, kedua buku itu bisa menjadi bekal untuk memperhatikan tata cara bernegara dengan baik. ”Semua orang membaca kedua buku ini dan bisa membekali saya. Saya senang mendapatkan cerita baik dari Romo (Magnis-Suseno), cerita etik dan moral dalam berbangsa dan bernegara,” ujarnya.
Ganjar menjelaskan, sikap kenegarawanan itu penting, dan salah satu cara mengaplikasikan sikap tersebut adalah dengan memperhatikan serta mendengar suara masyarakat kecil. Seorang politisi, apalagi yang menduduki jabatan publik, haruslah bekerja sebagai pelayan rakyat. Apalagi, bangsa ini masih belum terbebas dari kemiskinan.
”Beliau (Magnis-Suseno) cerita soal kemiskinan, lalu akses-akses menuju kesejahteraan, dan itu yang beliau ceritakan. Sebenarnya itu mencolek hati para politisi, kita-kita yang duduk dalam jabatan publik untuk lebih perhatian pada mereka,” ungkap Ganjar.
Ketika ditanya kunjungan ini untuk mencari dukungan kepada Magnis-Suseno dalam menghadapi Pemilihan Presiden 2024, Ganjar membantahnya. Menurut dia, pertemuan ini hanya silaturahmi biasa dan untuk berdiskusi soal bangsa dan negara. Ia mengatakan, Magnis-Suseno, sebagai tokoh intelektual dan tokoh agama, tidak boleh berpihak secara terbuka.
”Tentu beliau punya sikap pribadi, tetapi tidak boleh berpihak secara terbuka. Saya menghormati beliau. Ini (silaturahmi) antara orang lebih muda datang ke orang yang lebih tua, meski warna rambutnya sama,” ucap Ganjar sembari bercanda.
Magnis-Suseno mengatakan, tidak ada pesan khusus yang diberikan kepada Ganjar dalam pertemuan tersebut. ”Semoga Tuhan memberkati dan silakan jalan terus,” ujarnya.
Namun, Magnis-Suseno mengingatkan agar tidak membiarkan oligarki, politik dinasti, dan korupsi yang dilakukan elite politik yang merusak demokrasi dan tatanan kebangsaan.
Kita harus kembali kepada integritas, kejujuran, perpolitikan itu bukan memenangkan kiri kanan orang, tetapi menyelamatkan dan memajukan bangsa Indonesia.
Ia juga menyoroti kondisi bangsa akhir-akhir ini. Mulai dari masalah yang terjadi pada Mahkamah Konstitusi yang menyebabkan terjadi kemerosotan etika demokrasi hingga peristiwa di Komisi Pemberantasan Korupsi, yakni Ketua KPK Firli Bahuri ditetapkan sebagai tersangka dugaan pemerasan.
”Kita harus mengatasi masalah-masalah yang dirasakan ini,” katanya.
Magnis-Suseno meyakini, Indonesia masih mempunyai masa depan yang cerah terutama pada pemimpin yang memiliki nilai integritas dan kejujuran. Ia berpesan agar pemilu itu bukan dijadikan sebagai ajang untuk memenangkan pihak-pihak tertentu dan melupakan kepentingan bangsa.
”Kita harus kembali kepada integritas, kejujuran, perpolitikan itu bukan memenangkan kiri kanan orang, tetapi menyelamatkan dan memajukan bangsa Indonesia,” tutur Magnis-Suseno.