Capres-Cawapres Beradu Gagasan, Berharap Tuai Dukungan
Capres dan cawapres menyampaikan gagasan di berbagai forum publik menjadi tren baru di tengah singkatnya masa kampanye.
Masa kampanye Pemilihan Presiden 2024 belum juga dimulai. Namun, visi, misi, program, dan gagasan utama yang akan diusung para pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) jika terpilih sudah terdengar di berbagai forum publik. Perdebatan tentang substansi yang disampaikan juga mulai terjadi. Hal yang baru dalam tren pemilihan presiden.
Di hadapan para tokoh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang memenuhi auditorium Universitas Muhammadiyah Surabaya, Jawa Timur, Jumat (24/11/2023), Prabowo Subianto menegaskan bahwa dirinya tidak sekadar berbicara perubahan, tetapi juga transformasi Indonesia untuk meraih cita-cita Indonesia Emas pada 2045. Untuk mencapai hal itu, sejumlah program telah dirancang oleh capres dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) itu bersama cawapres Gibran Rakabuming Raka dan timnya.
Di bidang ekonomi, misalnya, hilirisasi yang sudah dimulai sejak 2020 oleh Presiden Joko Widodo dianggap perlu dilanjutkan agar Indonesia bisa setara dengan negara industri lain. Dalam ranah pembangunan manusia, Prabowo-Gibran berjanji memberikan makan siang gratis kepada seluruh siswa di sekolah dan susu untuk ibu hamil agar kebutuhan gizi mereka terpenuhi. Tujuannya menekan angka tengkes.
Menanggapi gagasan tersebut, Sukadiono, Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya, yang menjadi salah satu dari lima panelis dalam acara ”Dialog Terbuka Muhammadiyah dengan Calon Pemimpin Bangsa”, mempertanyakan efektivitas gagasan memberi makan siang untuk siswa dengan pencegahan tengkes. Kepada Prabowo, ia menyatakan bahwa tengkes merupakan persoalan struktural yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu kali makan per hari.
”Setidaknya, dari tiga kali makan dalam sehari, kami bisa intervensi satu kali,” ujar Prabowo menjawabnya.
Bukan hanya soal tengkes, sejumlah hal juga ditanyakan, termasuk penegakan hukum dan penghormatan hak asasi manusia (HAM). Selain itu, ada pula yang menanyakan arti gemoy, julukan yang belakangan dilekatkan kepada Prabowo dan membuat Menteri Pertahanan itu kian populer.
”Saya sendiri tidak mengerti apa itu gemoy-gemoy,” kata Prabowo.
Baca juga: Prabowo-Gibran Siap Adu Gagasan dengan Capres-Cawapres Lain
Sehari sebelumnya, pasangan capres dan cawapres yang diusung PDI Perjuangan, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hanura, dan Partai Perindo, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, juga menghadiri acara dialog PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Pada kesempatan itu, Ganjar dan Mahfud yang datang bersama menekankan pentingnya kesinambungan program untuk membangun Indonesia unggul. Kesinambungan menjadi krusial karena selama ini arah pembangunan nasional dianggap telah berjalan dengan baik walaupun masih membutuhkan berbagai macam peningkatan agar bisa menjadi nilai tambah.
Misalnya, kata Ganjar, sejumlah potensi ekonomi masih bisa ditingkatkan. Perbaikan sumber daya manusia juga masih harus terus dilakukan melalui pendidikan. Bukan hanya itu, pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme juga harus digencarkan.
Mahfud juga menggarisbawahi soal ketimpangan sosial ekonomi dan minimnya perlindungan hukum terhadap masyarakat kelas bawah. Ia mengungkapkan masih sering melihat perampasan hak masyarakat miskin secara sewenang-wenang. Oleh karena itu, konsep penegakan hukum yang adil dan tidak pandang bulu telah disusun dan bakal diimplementasikan jika terpilih nanti.
”Kami menggariskan ke atas, penegakan hukum tanpa pandang bulu untuk di atas, penegakan hukum dan kepastian hukum,” ujar Mahfud.
Baca juga: Ganjar Ajak Gibran Bertanding secara Adil, Sehat, dan Menyenangkan
Sementara itu, pasangan capres dan cawapres dari Koalisi Perubahan, Anies Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar, saat menghadiri Dialog Publik Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (22/11), menyampaikan pentingnya keadilan untuk diterapkan pada semua ranah kebijakan pemerintah. Menurut Anies, kebijakan yang tidak adil dan merata akan menghasilkan ketimpangan di masyarakat.
Ibarat rumput kering, ketimpangan bisa terbakar kapan saja menjadi perpecahan bangsa. ”Persatuan sesungguhnya ditopang oleh rasa keadilan,” ujarnya.
Anies juga menawarkan perubahan dalam pendekatan pembangunan. Pada sektor ekonomi, menurut dia, pemerintah hendaknya tidak selalu berfokus pada pertumbuhan, tetapi juga pemerataan. Sebab, hanya dengan pemerataan, seluruh masyarakat bisa merasakan besarnya pertumbuhan yang telah terjadi.
Selain itu, kata Anies, pendekatan pembangunan semestinya juga tidak lagi mengandalkan pola dari atas ke bawah. Kolaborasi antarelemen masyarakat justru perlu diprioritaskan. Contohnya apa yang dilakukan Muhammadiyah pada bidang pendidikan dan kesehatan.
”Kalau negara membayang kemajuan itu lewat tangan negara saja, itu salah. Kemajuan adalah kolaborasi antarnegara dan masyarakat sipil,” kata Anies.
Tidak hanya di PP Muhammadiyah, ketiga pasangan capres dan cawapres yang akan berkontestasi pada Pilpres 2024 itu juga menghadiri sejumlah forum publik lain, baik yang diselenggarakan lembaga riset, organisasi kemasyarakatan (ormas), kampus, maupun media massa, selama sebulan terakhir. Tema yang dibahas pun beragam, sesuai dengan segmentasi pemilih yang diwakili oleh lembaga dimaksud.
Dalam forum yang diselenggarakan Centre for Strategic and International Studies (CSIS), misalnya, Anies, Ganjar, dan Prabowo menyampaikan pandangan soal arah kebijakan luar negeri di hadapan para tamu yang tidak hanya berasal dari dalam negeri, tetapi juga duta besar dari sejumlah negara.
Bagian dari strategi
Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sekaligus Asisten Pelatih Tim Pemenangan Nasional Anies-Muhaimin (Timnas Amin) Jazilul Fawaid mengatakan, penyampaian gagasan di sejumlah forum publik merupakan bagian dari strategi yang digencarkan untuk memenangi Pilpres 2024. Sebab, gagasan, pengalaman, dan prestasi adalah keunggulan yang bisa ditonjolkan oleh pasangan mantan Gubernur DKI Jakarta dan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat yang mereka usung. Hal tersebut dilihat dari seringnya Anies-Muhaimin diundang ke sejumlah forum untuk menyampaikan gagasan dan pengalaman mereka, baik dalam memimpin maupun memberikan solusi atas sejumlah permasalahan.
Selain itu, Anies-Muhaimin juga satu-satunya yang mengusung gagasan berbeda dibandingkan dengan dua pasangan capres-cawapres lain. Anies-Muhaimin menawarkan konsep perubahan, sedangkan Ganjar-Mahfud dan Prabowo-Gibran menekankan keberlanjutan dari program pembangunan yang sudah dilaksanakan pemerintah saat ini.
”Dengan tema perubahan, (kami) memerlukan waktu dan strategi agar masyarakat lebih memahaminya,” ujar Jazilul, saat dihubungi, Sabtu (25/11/2023).
Menurut dia, strategi itu juga telah membuahkan hasil. Mengacu hasil survei yang dilakukan sejumlah lembaga, Anies-Muhaimin mampu meyakinkan pemilih dari segmentasi yang spesifik. ”Terlihat pada hasil survei, pasangan Amin sangat diterima pada pemilih rasional, berpendidikan tinggi, dan kelompok pemilih kota,” kata Jazilul.
Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno mengungkapkan, sejak awal Prabowo telah menegaskan untuk berkontestasi dengan mengedepankan gagasan, program, dan konsep. Namun, gagasan dimaksud harus terukur dan telah dikaji secara mendalam agar bisa diimplementasikan langsung. Bukan gagasan populis yang sekadar jadi slogan, tetapi sulit dilaksanakan.
Menurut Eddy, masih terlalu dini untuk mengukur apakah gagasan yang selama ini disampaikan sudah bisa diterima oleh publik. Akan tetapi, jika melihat dari tren kenaikan elektabilitas Prabowo-Gibran berdasarkan hasil survei sejumlah lembaga, ia meyakini, hal itu tidak lepas dari kontribusi politik gagasan yang diprioritaskan selama ini.
”Pak Prabowo sudah melarang keras kami melaksanakan kampanye nyinyir, hoaks, dan menjelek-jelekkan pihak lain. Kami menjalankan program pemenangan berbasis gagasan dan berkampanye untuk menyatukan,” ujar Eddy.
Baca juga: Tiga Pasangan Bakal Capres-Cawapres Siap Beradu Gagasan
Juru bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Tama S Langkun, mengatakan, Ganjar dan Mahfud merupakan tokoh politik paripurna. Keduanya berprestasi, berpengalaman, dan memiliki rekam jejak yang baik. ”Mempertemukan mereka sebanyak-banyaknya dengan rakyat adalah salah satu cara terbaik untuk memperoleh dukungan publik,” ujarnya.
Ganjar-Mahfud disebut sebagai pasangan yang paling siap beradu gagasan. Mereka juga berlatar belakang aktivis sehingga sudah terbiasa beradu argumen dan tidak takut dari kejaran pertanyaan. Oleh karena itu, TPN mempersilakan berbagai elemen masyarakat menguji mereka.
”Saya rasa dukungan masyarakat pun semakin menguat, semakin banyak kelompok masyarakat yang meminta waktu audiensi dan menyatakan dukungan,” ujar Tama.
Kecenderungan baru
Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS Arya Fernandes melihat, menjelang Pilpres 2024 ada kecenderungan baru yang dilakukan masyarakat sipil. Sejumlah lembaga riset, ormas, dan media massa berinisiatif menguji pasangan capres-cawapres. Tidak hanya menguji gagasan dan program yang akan dilaksanakan ketika terpilih, tetapi juga kompetensi mereka saat berhadapan langsung dengan publik.
Penampilan mereka setidaknya akan berdampak dalam meyakinkan pemilih yang masih ragu atau memantapkan dukungan pemilih loyal
Kecenderungan itu, kata Arya, hadir untuk mengoptimalkan ruang untuk menggali gagasan para kandidat di luar masa kampanye resmi mengingat durasi kampanye Pilpres 2024 hanya 75 hari, jauh lebih singkat ketimbang pilpres sebelumnya yang lebih dari 200 hari. Selain itu, komitmen para elite untuk tidak mengeksploitasi sentimen identitas untuk mencegah perpecahan juga dinilai turut menciptakan iklim tersebut.
”(Dengan semangat mengedepankan gagasan ketimbang sentimen identitas) seharusnya kontestasi 2024 menjadi lebih berbobot ketimbang sebelum-sebelumnya. Walaupun masih ada juga kandidat yang melakukan kampanye berbasis gimik,” ujarnya.
Nuansa baru ini tidak hanya menciptakan semangat baru di kalangan masyarakat. Hal itu juga terjadi pada kandidat. Setidaknya, hal itu bisa dilihat dari keterbukaan dan antusiasme para capres dan cawapres memenuhi undangan yang diberikan sejumlah lembaga, tidak terkecuali CSIS.
Ia menambahkan, kehadiran para kandidat untuk menyampaikan gagasan di forum publik juga bakal memberikan insentif positif terhadap capaian elektoral mereka. Sebab, penampilan mereka setidaknya akan berdampak dalam meyakinkan pemilih yang masih ragu atau memantapkan dukungan pemilih loyal. Lebih dari itu, penampilan dan apa yang mereka sampaikan juga bisa menjadi dasar bagi pemilih untuk mengubah pilihannya.