Kurangi Risiko Kecelakaan, Sistem Keselamatan Terbang Menyeluruh Diterapkan
Dunia penerbangan yang berada pada domain angkasa memiliki karakteristik dan keunikan berbeda dibandingkan daratan dan lautan. Dunia penerbangan sangat rentan terhadap potensi kecelakaan.
Oleh
DENTY PIAWAI NASTITIE
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Prosedur keselamatan penerbangan sering kali dianggap sebagai rutinitas dan belum sampai pada tahap membudaya. Untuk mengurangi risiko kecelakaan pesawat, sistem keselamatan terbang secara menyeluruh dibutuhkan.
Wakil Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Madya TNI A Gustaf Brugman meminta semua prajurit TNI AU, khususnya yang mengoperasikan pesawat terbang, agar memperhatikan sistem keselamatan terbang menyeluruh. Keselamatan terbang menyeluruh terdiri dari teknis, faktor manusia, dan organisasi.
”Menciptakan budaya keselamatan yang baik tidak dapat sekadar mengikuti aturan, tetapi aturan tersebut harus betul-betul dipahami,” kata Gustaf saat membuka seminar ”Strategi Pembangunan Total System in Aviation Safety Guna Mewujudkan Generative Safety Culture TNI Angkatan Udara”, di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (9/11/2023).
Hadir dalam seminar ini sebagai pembicara, Royal Australian Air Force (RAAF) Co-Leader Joint Working Group on Safety and Airworthiness, Air Commodore Anthony Jones; Head of Air Force Inspectorate, Republic of Singapore Air Force, Colonel Nick Wong Wai; pengajar di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institute Teknologi Bandung, Hisar Manongam Pasaribu; dan Wakil Ketua Divisi Keselamatan PT Kereta Api Indonesia (KAI) Sigit Winarto.
Gustaf mengatakan, dunia penerbangan yang berada pada domain angkasa memiliki karakteristik dan keunikan berbeda dibandingkan daratan dan lautan. Terlebih lagi, domain angkasa secara natural bukanlah habitat ideal bagi manusia sehingga dunia penerbangan sangat rentan terhadap potensi kecelakaan.
Ia menyebutkan, selama ini hal yang diperhitungkan keselamatan adalah aspek teknis dan faktor manusia. Pemahaman tersebut mulai berubah dalam beberapa tahun terakhir setelah Badan Keselamatan Penerbangan Eropa (EASA) mengadopsi pendekatan keamanan menyeluruh sejak satu dekade lalu.
”Pendekatan yang digunakan dari total system approach (pendekatan keamanan menyeluruh) ini adalah menganggap industri penerbangan sebagai satu kesatuan sistem yang mengintegrasikan berbagai elemen dan aspek dalam penerbangan untuk meminimalkan risiko,” katanya.
Sementara itu, Hisar Manongam Pasaribu mengatakan, pada rentang waktu tahun 1960-1970-an kecelakaan udara kerap terjadi karena faktor teknis. ”Saat itu teknologi dan pengetahuan terbatas,” katanya.
Seiring waktu, jumlah penerbangan semakin banyak. Orang-orang mulai memperhatikan teknologi dan penggunaan data untuk mengurangi risiko kecelakaan pesawat. Namun, kecelakaan tetap terjadi.
Pendekatan terhadap keselamatan terbang pun berubah. Kalau sebelumnya keselamatan terbang memperhatikan faktor teknis, pada rentang tahun 1970-1990-an keselamatan terbang memperhatikan faktor manusia, kemudian pada 1990-an sampai sekarang digunakan pendekatan organisasi untuk mengetahui penyebab kecelakaan.
Sejak itu kemudian muncul pendekatan keamanan menyeluruh untuk mengetahui penyebab kecelakaan. ”Ada penelitian yang menyebutkan kecelakaan pesawat terjadi bukan karena kesalahan seorang individu, tapi beberapa orang melakukan kesalahan di berbagai lini. Kesalahan yang menumpuk dampaknya baru terasa saat kejadian,” katanya.
Kepala Pusat Kelaikan Keselamatan Terbang dan Kerja TNI AU Marsda Benedictus Benny mengatakan, sejak pertengahan 1990-an hingga saat ini fokus keselamatan terbang bergeser dari faktor teknis dan manusia menjadi faktor organisasi yang saling terkait. Elemen yang terlibat dalam penerbangan meliputi pesawat, navigasi udara, air traffic control, aerodrome, dan sistem manajemen operasi penerbangan.
”Perlu ada pendekatan berupa pendekatan keamanan menyeluruh untuk mengelola dan mengoperasikan sistem penerbangan menuju tercapainya keselamatan terbang dan kerja,” katanya.
Pendekatan keamanan menyeluruh telah banyak diterapkan di beberapa negara, baik sipil maupun militer. Pendekatan keamanan menyeluruh dalam konteks keselamatan memiliki beberapa keuntungan, seperti integrasi yang lebih baik, pengenalan risiko yang lebih komprehensif, peningkatan koordinasi dan komunikasi, pengurangan risiko secara holistik, dan peningkatan efisiensi dan efektivitas.