Dikukuhkan Jadi Guru Besar, Jenderal Dudung Tekankan Pentingnya Perubahan Corak Kepemimpinan Militer
Mantan KSAD Jenderal Dudung Abdurachman menekankan kepemimpinan di militer tidak bisa disamakan dengan era perang dunia. Militer sekarang harus ”humble”, empatik, dan mengayomi.
Oleh
DENTY PIAWAI NASTITIE
·3 menit baca
JAKARTA,KOMPAS — Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Dudung Abdurachman dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Sekolah Tinggi Hukum Militer atau STHM di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Selasa (7/11/2023). Dalam pidato pengukuhannya, Dudung mengatakan corak kepemimpinan TNI AD harus berubah menjadi lebih rendah hati dan mengayomi.
Pengukuhan Dudung Abdurachman sebagai guru besar tetap pada Sekolah Tinggi Hukum Militer dilakukan Jenderal TNI Purn Prof AM Hendropriyono selaku Ketua Senat Dewan Guru Besar STHM. Pengukuhan itu ditandai dengan penyerahan surat keputusan Mendikbudristek dan pengalungan gordon Guru Besar STHM. Dudung resmi menjadi profesor dalam bidang ilmu manajemen strategis dengan angka kredit sebesar 922.
Dalam pidato yang berjudul ”Pengaruh Geopolitik dan Geostrategis pada Penguatan Kepemimpinan TNI AD dalam Mewujudkan Visi Ketahanan Nasional”, Dudung menyampaikan bahwa corak kepemimpinan TNI AD harus berubah. ”Kepemimpinan TNI tidak bisa disamakan dengan era perang dunia yang hard power condong mekanis, kaku, dan bertangan besi. Dengan kondisi yang ada sekarang, harus disikapi gaya kepemimpinan humble, empatik, konstruktif, dan mengayomi,” katanya.
Menurut Dudung, gaya kepemimpinan tradisional yang statis dan berjarak dengan masyarakat harus ditinggalkan dan digantikan dengan kepemimpinan yang mengedepankan komunikasi terbuka dengan bawahan dan sikap saling percaya.
Pemimpin yang baik harus berani memperlihatkan kerentanan dan sensitivitas sebagai manusia, dan bukannya malah menonjolkan otoritas. Selain itu, pemimpin harus juga memandang anggota bukan sebagai bawahan tetapi rekan dalam berkarya. ”Gaya kepemimpinan yang humble itu harus tetap disempurnakan dengan ketegasan, kedisiplinan, dan kecepatan mengambil keputusan,” katanya.
Ia menjelaskan, pemimpin harus mengedepankan kolaborasi, kemanusiaan, ekologi, dan kerendahhatian. Hal itu sesuai dengan kerangka kerja sumber daya manusia yang ramah lingkungan (green human resource management) yang dibuat untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Selain itu, prinsipnya dalam hal kepemimpinan juga dibuat berdasarkan pengalaman selama 34 tahun berkecimpung di dunia militer.
”Sekarang anak buah di lapangan, generasi Z dan Y, sudah menggunakan handphone dan media sosial. Kalau dulu kepemimpinan sifatnya top-down, sekarang sudah berbeda. Kita harus mengayomi, mendengarkan pendapat mereka. Kalau kita tidak mendengarkan, dan membuat keputusan sepihak, nanti tidak sejalan dalam organisasi,” katanya.
Dudung merupakan lulusan Akademi Militer 1988. Ketika masih kecil, ia bekerja sebagai loper koran dan penjual kue klepon. Setelah lulus SMA, Dudung mendaftar di Akademi Militer Magelang. Ia menjalani pelatihan dan penugasan di sejumlah daerah di Indonesia, seperti Makassar, Aceh, Ambon, Papua, dan Timor Timur.
Tahun 2020, Dudung diangkat sebagai Pangdam Jaya sebelum akhirnya pada tahun 2021 dilantik sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) menggantikan Andika Perkasa.
Dudung Abdurachman melepaskan jabatannya sebagai KSAD pada Rabu (25/10/2023). Posisinya kini ditempati Jenderal TNI Agus Subiyanto. Dudung mengatakan akan melanjutkan mengajar di kampus dan berkebun untuk mengisi hari setelah pensiun.
Menurut Dudung, pengukuhan ini berarti besar bagi dirinya sebagai anggota militer. ”Meski berkecimpung di dunia militer dan sudah bintang empat, ada ilmu-ilmu sipil yang harus saya kuasai. Ilmu militer itu kan ilmu patron, sementara ilmu sipil itu mengajarkan bagaimana kita berinteraksi, memahami masyarakat, dan memahami lingkungan sehingga saat mengambil keputusan tidak serta-merta menggunakan kekuatan militer,” ujarnya.
Jenderal TNI Purn Prof AM Hendropriyono selaku Ketua Senat Dewan Guru Besar STHM mengatakan, bergabungnya Dudung sebagai Guru Besar Tetap STHM menambah kredibilitas akademik di lembaga itu. ”Ini menjadi kebanggaan kita bersama dengan bertambahnya anggota senat, guru besar, dan mantan KSAD,” kata Hendropriyono, yang dalam kesempatan itu juga mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Ketua Senat Dewan Guru Besar karena sudah berusia 80 tahun.