Bacapres Koalisi Perubahan, Anies Baswedan, melirik wilayah Jawa Tengah sebagai ladang pertempuran yang bakal disasar. Simpati para pemilih dari wilayah itu bakal ditariknya melalui gagasan perubahan.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·2 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan, Anies Baswedan, menawarkan gagasan perubahan untuk menarik warga Jawa Tengah. Dia tidak gentar menawarkan pilihan itu meski berada di ”kandang banteng”.
Anies hadir dalam deklarasi dukungan dari kelompok sukarelawan Aliansi Masyarakat Madani di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Kota Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (4/11/2023). Banyak pendukungnya hadir di sana.
”Kami optimistis Jateng ini lahan subur untuk gagasan dan keinginan perubahan,” kata Anies.
Anies menyatakan tidak gentar menawarkan idenya di Jawa Tengah, basis massa bagi PDI Perjuangan. Pesaing Anies, Ganjar Pranowo, adalah gubernur dua periode di wilayah itu.
”Kebutuhan pupuk di Jateng, ini pasokannya baik atau tidak? Kalau tidak baik, mau diteruskan? Kalau harga pupuk mahal, mau diteruskan? Apalagi cari pupuk sulit. Mari, kita bikin perubahan,” kata Anies.
Anies menilai, pemilu bukan sekadar persoalan partai penguasa dari suatu daerah selama bertahun-tahun. Sebaliknya, pemilu justru berbicara perihal masa depan. Dengan demikian, gagasan perubahan bisa menjadi pertimbangan para pemilih.
”Mari kita lakukan perubahan supaya kondisi kita berubah. Itu tawarannya. Silakan partainya boleh apa saja. Pemilu dulu (yang lalu) coblos apa saja, tetapi tahun ini kami ajak pilih perubahan,” kata Anies.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada Wawan Mas’udi mengatakan, pernyataan Anies merupakan suatu hal wajar. Anies ingin mengoptimalkan segala kemungkinan untuk meyakinkan pemilih. Terlebih, Jawa Tengah termasuk salah satu area utama pertempuran pilpres.
”Pak Anies, saya kira ingin memberikan semangat kepada para pendukungnya bahwa selalu ada peluang. Kompetisi elektoral ini tetap terbuka. Siapa saja punya ruang dan kesempatan untuk menarik simpati guna meyakinkan masyarakat,” kata Wawan.
Wawan menduga, ceruk pemilih yang digarap Anies ialah kalangan split voters. Jenis pemilih tersebut cenderung memiliki pilihan berbeda antara partai politik dan calon presiden maupun wakil presidennya. Split voters belum tentu memilih kandidat yang diusung partai politik.
”Dalam konteks tersebut, kandidat yang kelak bersaing tidak ada petahana. Semuanya baru. Tetapi, harus diingat, selain soal itu, ada faktor lain, seperti kesetiaan kepada tokoh dan partai untuk beberapa wilayah di Indonesia,” kata Wawan.