Relawan Pendukung Ganjar-Mahfud dan Tagar Atikoh Ibu Negara
Untuk mengajak masyarakat memilih Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Gerakan PINK mengajak masyarakat untuk menyatukan kepedulian terhadap isu-isu perempuan dan anak. Tagar Atikoh Ibu Negara diperkenalkan.
Oleh
DENTY PIAWAI NASTITIE
·3 menit baca
Kelompok perempuan dan ibu rumah tangga menjadi target potensial untuk mendulang suara dalam Pemilu 2024. Menyadari hal ini, relawan pendukung Ganjar Pranowo-Mahfud MD memperkenalkan gerakan Perempuan untuk Indonesia Kuat, atau disebut Gerakan PINK, untuk menggaet suara perempuan.
Data Komisi Pemilihan Umum menyebutkan jumlah pemilih perempuan dalam Pemilu 2024 adalah 102,58 juta orang, sementara pemilih laki-laki 102,21 juta orang. Jumlah pemilih perempuan dalam pemilu sebelumnya juga terbilang besar. Pada pemilu 2019, jumlah pemilih perempuan tercatat 126.000 orang lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki.
Dengan besarnya jumlah pemilih perempuan, kelompok ini menjadi target potensial mendulang suara dalam Pemilu 2024. Selain itu, partisipasi perempuan dalam pemilu juga penting untuk memastikan program yang dijalankan oleh presiden dan wakil presiden terpilih dapat mewakili kebutuhan dan kepentingan perempuan.
Penggagas Gerakan PINK, Donna H Pediarto, dalam keterangan pers, Rabu (1/11/2023) sore, mengatakan, dalam setiap pemilu, isu-isu tentang perempuan selalu menjadi topik hangat. Ironisnya, begitu pemilu berlalu, perempuan dan anak-anak kembali menjadi kelompok tertinggal dalam kebijakan yang tidak berpihak. Untuk itulah, menurut Donna, Gerakan PINK disampaikan kepada masyarakat.
Selain untuk mengajak masyarakat memilih Ganjar Pranowo-Mahfud MD, gerakan ini juga ingin mengajak masyarakat untuk menyatukan kepedulian terhadap isu-isu perempuan dan anak. ”Melalui gerakan ini kami ingin mendorong partisipasi perempuan dalam Pemilu 2024. Perempuan banyak sekali, lintas komunitas dan generasi. Sebaiknya perempuan jangan diam saja,” ujarnya.
Rulita Anggraini dari PINK Movement mengatakan, untuk mengajak partisipasi perempuan, kelompoknya menjadikan Atikoh, istri Ganjar Pranowo, sebagai simbol perjuangan. Atikoh dinilai sebagai sosok yang peduli pada isu kesehatan ibu dan anak, penegakan hukum, kesenjangan penghasilan di dunia kerja, serta pemenuhan hak-hak anak. Atikoh juga disebut peduli pada isu parenting dan kesehatan mental anak dan remaja.
Sosok Atikoh itulah yang kemudian membuat relawan pendukung Ganjar-Mahfud membuat tagar #2024AtikohIbuNegara. Tagar ini diperkenalkan untuk mengajak masyarakat memahami pentingnya peran ibu negara dalam mendampingi presiden terpilih untuk menangani isu-isu terkait perempuan dan anak. Selain itu, kelompok ini juga menggunakan warna pink yang tidak berafiliasi dengan kelompok politik mana pun. ”Warna pink dapat menyatukan aspirasi perempuan,” ujar Rulita.
Saat ini sosok Ganjar Pranowo merupakan bakal calon presiden yang populer di kalangan pemilih perempuan. Survei Charta Politika yang dilakukan selama September 2023 terhadap 2.000 responden menunjukkan kelompok perempuan memilih Anies Baswedan sebanyak 23 persen, Ganjar 38 persen, dan Prabowo Subianto 32 persen. Di kelompok ibu rumah tangga, pilihannya adalah Anies 22 persen, Ganjar 39 persen, dan Prabowo 32 persen.
Peneliti Charta Politika Indonesia, Ardha Ranadireksa, mengungkapkan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan Ganjar, bakal calon presiden dari PDI Perjuangan itu, disukai kalangan pemilih perempuan. Faktor penyumbang elektabilitas ialah kinerja Ganjar di bidang pemberdayaan perempuan saat menjabat Gubernur Jawa Tengah.
”Dari sisi program kerja Ganjar sebagai Gubernur Jateng, program pemberdayaan perempuan Jateng juga sempat mendapat apresiasi dari Kementerian PPPA (Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) pada tahun 2019,” kata Ardha.
Delia Wildianti, peneliti di Pusat Kajian Politik FISIP Universitas Indonesia, mengatakan, suara perempuan sangat penting untuk mendulang suara. Namun, kebutuhan pemilih perempuan belum terwakili dalam isu-isu yang diangkat oleh bakal calon presiden dan wakil presiden.
”Kalau lihat potensi suaranya, memang besar. Tapi, jangan hanya diperebutkan dengan gimik-gimik saja. Harus menyentuh kebutuhan dan kebijakan yang memang dibuat untuk perempuan,” ujar Delia.
Menurut Delia, setidaknya ada empat isu penting yang harus dibahas oleh bakal calon presiden dan wakil presiden, yaitu isu perlindungan dan hak perempuan; jender, krisis iklim dan energi berkeadilan; perempuan dalam politik dan tata kelola pemerintah; serta peran perempuan dalam isu perdamaian dan keamanan.
Berkaca pada Pemilu 2019, kehadiran perempuan hanya dipakai untuk mobilisasi massa dan mendulang suara. Bagaimana suara dan kebutuhan perempuan dapat menjadi sesuatu yang diperjuangkan harus menjadi pekerjaan rumah bersama.