Tim Media Sosial Harian ”Kompas” meluncurkan program #MudaMemilih sebagai upaya edukasi politik kepada generasi muda. Program yang dirancang dalam sejumlah konten media sosial ini bergulir rutin sejak 1 November 2023.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah pemilih generasi Y (milenial) dan generasi Z yang mencapai 115,6 juta atau 56,45 persen dari total pemilih membuat suara mereka diperebutkan para kontestan Pemilu 2024. Sebagai kelompok yang dapat menjadi penentu hasil pemilu, para pemilih muda berusia 17-43 tahun ini membutuhkan referensi dan panduan agar suara yang mereka berikan benar-benar punya dampak bagi kemajuan bangsa.
Berangkat dari hal itu, Tim Media Sosial Kompas meluncurkan program #MudaMemilih sebagai upaya edukasi politik kepada generasi muda. Program yang dirancang dalam sejumlah konten media sosial ini akan bergulir secara rutin pada 1 November 2023 hingga 20 Oktober 2024.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Ditemui di Jakarta, Selasa (29/3/2023), Peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu mengatakan, di atas kertas, jumlah pemilih muda (Gen Z dan Gen Y) semestinya menjadi penentu arah politik dari hasil pemilu nanti. Namun, ada kecenderungan kelompok pemilih muda ini justru berada di persimpangan.
”Pemilih muda ini butuh edukasi bagaimana menggunakan hak pilih. Jangan sampai mereka yang punya hak pilih, suara menjadi tidak sah karena hal-hal teknis. Pemilih muda juga butuh informasi tentang mereka yang akan berkontestasi. Tidak hanya di pemilu presiden, tetapi juga pada pemilu legislatif,” tutur Yohan.
Ia berharap ada panggung yang dapat dijadikan tempat bagi para peserta pemilu legislatif dan pemilu presiden untuk beradu gagasan. Menurutnya, pemilih muda pada Pemilu 2024 seharusnya tidak memilih berdasarkan suka-tidak suka dengan sosok yang akan dipilih, tetapi memilih berdasarkan rekam jejak dan adu gagasan.
Media sosial bisa menjadi salah satu sarana panggung tersebut. Konten-konten informatif tentang teknis penyelenggaraan pemungutan suara sangat dibutuhkan pemilih muda. ”Pada beberapa pemilu sebelumnya, banyak penyumbang invalid vote (suara tidak sah) hanya karena tidak tahu bagaimana mencoblos yang benar sesuai aturan,” ungkapnya.
Yohan juga berharap, media sosial dapat dipenuhi konten-konten edukatif yang membuat pemilih muda mau menggunakan hak pilihnya. ”Jadikan pemilu itu seperti festival demokrasi. Gunakan hak pilih ini seperti menanam saham. Kita berinvestasi untuk pemerintahan lima tahun ke depan,” ucapnya.
Menghadapi fenomena pemilih muda, Manager Media Sosial Harian Kompas Cecilia Gandes mengatakan, pihaknya menginisiasi program #MudaMemilih sebagai edukasi dan literasi tentang Pemilu 2024. Sebelumnya, kampanye ini juga pernah digaungkan untuk menyambut Pemilu 2019.
Program yang dirancang dalam sejumlah konten media sosial ini akan bergulir secara rutin pada 1 November 2023 hingga 20 Oktober 2024. Gandes mejelaskan, kampanye ini memiliki semangat ”Aku muda, aku berani memilih”. Diharapkan anak-anak muda memiliki sikap atas pilihannya, bukan atas pengaruh generasi sebelumnya.
”Kesempatan memilih perlu dibarengi dengan keberanian. Melalui program ini, kami ingin mengajak anak muda berani menggunakan hak pilih dengan bijak dan berdasarkan pertimbangan rasional lewat semangat #MudaMemilih,” kata Gandes.
Baca juga:
Terkait program #MudaMemilih, Media Sosial Strategis bidang Editorial Antonius Sulistyo Prabowo mengatakan, kampanye #MudaMemilih akan digaungkan di akun resmi Instagram @kompasmuda. Kampanye ini juga bersinergi dalam platform Kompas.id dan harian Kompas. Setiap artikel yang membahas isu anak muda dan politik, logo #MudaMemilih akan hadir sebagai penanda.
Secara garis besar, akan ada tiga kategorisasi periode, yaitu sebelum pemilu, saat pemilu, dan pascapemilu. Konten-konten #MudaMemilih akan tayang tiap Rabu. Untuk sampai pada hari pemilihan 14 Februari 2024, kami sudah menyiapkan 17 rencana konten dan tentunya bisa saja terus berkembang,” tutur dia.
Selain informatif dan edukatif, lanjut Anton, konten-konten dalam program ini juga dikemas secara seru dan menyenangkan. Konten-konten tersebut akan disesuaikan dengan sesuatu yang kini digemari anak muda. Tujuannya tak lain agar audiens muda merasa lebih relevan dengan politik dan dan menjadikan konten politik lebih mudah dicerna.
Anton menambahkan, pihaknya terbuka untuk berkolaborasi dengan pihak lain dalam menggaungkan semangat yang sama. Ia berharap, #MudaMemilih dapat membantu pemilih muda untuk yakin bahwa hak pilih mereka punya pengaruh penting bagi bangsa ini.