Hari Sumpah Pemuda mengingatkan posisi strategis generasi muda. Namun, sebagian politisi cenderung memanfaatkan generasi muda jadi pendulang suara di pemilu.
Oleh
DENTY PIAWAI NASTITIE, NIKOLAUS HARBOWO, EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Besarnya proporsi pemilih berusia 17-40 tahun pada Pemilu 2024 membuat suara generasi muda diperebutkan para kontestan pemilu, tak terkecuali bakal calon presiden dan calon wakil presiden. Mereka pun berjanji memperjuangkan gagasan serta kepentingan anak muda. Namun, sebagian generasi muda merasa hanya dimanfaatkan untuk mendulang suara alih-alih dianggap sebagai agen pembangunan dan perubahan sosial.
Berdasarkan daftar pemilih tetap untuk Pemilu 2024, dari total 204,8 juta pemilih, sekitar 106,3 juta atau 52 persen berusia 17-40 tahun. Jika dirinci, persentase pemilih berusia 17-30 tahun mencapai 31,29 persen dari total pemilih dan 31-40 tahun sebanyak 20,7 persen.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Peneliti di Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Aisah Putri Budiatri, mengungkapkan, besarnya proporsi pemilih berusia muda membuat mereka bisa menjadi penentu kemenangan kontestan di Pemilu 2024.
”Itu artinya kandidat yang berhasil ’memenangkan’ suara pemilih muda akan mampu memenangi pemilu,” ujar Aisah saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu (28/10/2023).
Besarnya potensi pemilih muda ini pun disadari para kontestan pemilihan anggota legislatif ataupun pemilihan presiden. Kesadaran ini, lanjut Aisah, membuat para kontestan pemilu gencar mendekati kalangan muda dan menggaungkan pentingnya peran pemuda dalam politik untuk menarik dukungan suara dari mereka.
Keberpihakan
Beragam strategi dilancarkan pasangan bakal calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) untuk mendekati generasi muda. Tidak hanya melibatkan kaum muda dalam proses politik, tetapi juga menerima gagasan dan berjanji memperjuangkan kepentingan anak muda.
Saat ditemui di Sekolah Partai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Lenteng Agung, Jakarta, Sabtu siang, bakal capres Ganjar Pranowo menegaskan pentingnya gagasan keberpihakan kepada anak muda. Sebab, para pemuda punya peran untuk mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045.
Bakal capres dari koalisi PDI-P, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Hanura, dan Partai Persatuan Indonesia itu telah merancang program untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), salah satunya sekolah gratis. Ganjar menjelaskan, negara memastikan seluruh masyarakat dapat mengakses pendidikan. Ini karena Indonesia memiliki urgensi untuk membentuk generasi penerus yang produktif, berjejaring kuat, dan memahami dunia digital.
”Kalau SDM, terutama dari kalangan muda, lebih bagus, bangsa ini bisa lebih siap menghadapi dan menjawab tantangan ke depan,” ujar Ganjar.
Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka juga rajin mendekati kalangan muda. Sabtu kemarin, misalnya, Prabowo menemui para pemuda yang tengah memperingati Hari Sumpah Pemuda sekaligus mendeklarasikan kelompok Penerus Negeri. ”Begitu saya masuk, bisa merasakan semangat anak-anak muda, semangat optimisme dan kegembiraan,” kata Prabowo.
Bakal capres dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) itu juga memilih Gibran yang berusia 36 tahun sebagai pendampingnya. Sejumlah elite partai anggota KIM mengungkapkan, Gibran dipilih sebagai representasi generasi muda.
Prabowo menyampaikan generasi muda adalah harapan bangsa. Peran aktif pemuda dapat mempermudah terwujudnya Indonesia Emas 2045.
Secara terpisah, Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya menyampaikan, pasangan Anies Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar juga fokus memperjuangkan kepentingan anak muda. Sejumlah solusi atas keresahan para pemuda, seperti lapangan kerja dan perubahan iklim, disiapkan sebagai salah satu program kerja.
”Yang paling penting adalah ketika mereka resah tentang lapangan pekerjaan, misalnya, agenda konkretnya apa? Ini paling penting. Maka dibutuhkan pemimpin yang mampu berdialog dalam konteks itu dan membuat agenda-agenda bersama,” tutur Willy.
Belum terwakili
Peneliti Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia, Fuadil ’Ulum, menilai, elite politik selama ini belum sepenuhnya mewakili kepentingan generasi muda. Mereka belum berhasil menjawab kebutuhan generasi muda, terutama terkait lapangan kerja.
Ketika kampanye, tokoh politik memberikan janji yang kemudian tidak terealisasi. Itu bikin kecewa
Menurut Fuadil, selama ini langkah elite politik cenderung pragmatis. ”Tokoh politik justru berlomba-lomba merias dirinya untuk mengambil perhatian generasi muda dengan memakai jaket bomber, mengendarai motor gede, atau joget di media sosial untuk menarik perhatian generasi muda. Tetapi, apakah itu bisa menjawab persoalan yang dihadapi generasi muda?” ujarnya.
Kezia Permata (25), karyawan swasta di Yogyakarta, mengungkapkan, banyak generasi muda yang skeptis atau tidak percaya dengan politik karena kerap menerima janji yang kemudian dilupakan elite politik. ”Ketika kampanye, tokoh politik memberikan janji yang kemudian tidak terealisasi. Itu bikin kecewa,” katanya.
Sementara itu, peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-95 dilakukan di berbagai daerah. Di Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggelar acara Gemilang Jakarta. Acara yang salah satunya diisi dengan kirab para pelajar itu dimaksudkan untuk memperkuat identitas dan karakter generasi muda melalui kebudayaan.
Adapun Pemprov Jawa Timur menggelar upacara peringatan Sumpah Pemuda di Blitar. Dalam kesempatan itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengajak para pemuda menggelorakan kembali semangat Sumpah Pemuda, di antaranya dengan merawat persatuan dan kesatuan dalam bingkai keberagaman budaya, suku, agama, dan bahasa.
Di Sumatera Selatan, Komando Daerah Militer II/Sriwijaya menggelar upacara di Taman Makam Pahlawan Palembang. Kepala Staf Kodam II/Sriwijaya Brigadir Jenderal Ruslan Effendy mengatakan, kompetensi yang dimiliki anak muda harus diwadahi dengan kegiatan patriotisme dan nasionalisme.