Presiden Kecam Tindak Kekerasan dan Serangan di Gaza
Presiden mengajak semua negara di dunia untuk bersama-sama membangun solidaritas global dalam rangka menyelesaikan masalah Palestina secara adil.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia mengecam keras tindak kekerasan yang terjadi di Gaza, Palestina. Kekerasan dan serangan di Palestina telah mengakibatkan penderitaan dan menimbulkan semakin banyak korban sipil, termasuk perempuan dan anak-anak. Indonesia tidak akan tinggal diam melihat korban sipil yang terus berjatuhan dan ketidakadilan yang terus terjadi pada rakyat Palestina.
”Indonesia juga mengutuk serangan Israel terhadap Rumah Sakit Al-Ahli. Ini jelas pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional,” ujar Presiden Jokowi dalam keterangan melalui video yang ditayangkan di kanal Youtube Sekretariat Presiden pada Kamis (19/10/2023).
Oleh karena itu, Presiden Jokowi telah menginstruksikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi untuk hadir dalam pertemuan luar biasa para menlu anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Jeddah, Arab Saudi, pada Rabu (18/10/2023). Menlu juga diminta untuk terus mengupayakan evakuasi WNI yang saat ini masih terkendala kondisi lapangan.
Bersama dengan OKI, Indonesia akan terus mengirimkan pesan kuat kepada seluruh dunia untuk menghentikan konflik dan penggunaan kekerasan antara Palestina dan Israel tersebut. ”Untuk fokus pada masalah kemanusiaan dan menyelesaikan akar permasalahan, yaitu pendudukan Israel atas Palestina,” ucap Presiden.
Saat ini, Presiden mengajak semua negara di dunia untuk bersama-sama membangun solidaritas global dalam rangka menyelesaikan masalah Palestina secara adil. Selain itu, Indonesia juga mendorong negara-negara di dunia untuk menerapkan parameter internasional yang telah disepakati bersama.
”Ini akan terus Indonesia suarakan di berbagai kesempatan dan forum internasional, termasuk saat bilateral dengan Perdana Menteri Arab Saudi dan di KTT ASEAN-GCC esok hari,” tambah Presiden.
Dari kunjungan kerja ke China, Presiden Jokowi dan Ibu Iriana Joko Widodo telah tiba di Arab Saudi pada Rabu lalu. Di Riyadh, Presiden Jokowi diagendakan menghadiri pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-GCC yang akan diselenggarakan di Hotel The Ritz-Carlton. Selain itu, Presiden juga direncanakan melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) Arab Saudi Mohammed bin Salman al-Saud.
Ini akan terus Indonesia suarakan di berbagai kesempatan dan forum internasional, termasuk saat bilateral dengan Perdana Menteri Arab Saudi dan di KTT ASEAN-GCC esok hari.
Perspektif Islam
Secara terpisah, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla juga berbicara tentang perdamaian dunia di kota Brussels, Belgia, pada European Resources for Mediation Support, Kamis (19/10/2023). Kalla berbicara di hadapan para mediator dan calon mediator perdamaian dari sejumlah negara dan organisasi internasional tentang perdamaian dalam perspektif Islam.
Kalla menegaskan bahwa perdamaian lekat dengan ajaran Islam. ”Setiap kita bertemu orang, selalu kita awali denganassalamualaikum. Salam damai. Ini berarti, dalam kehidupan sosial itu, damai adalah dasar untuk melakukan interaksi sosial. Damai adalah fondasi aktivitas keseharian bersama dengan orang lain,” ucapnya.
Setiap kita bertemu orang, selalu kita awali dengan assalamualaikum. Salam damai. Ini berarti, dalam kehidupan sosial itu, damai adalah dasar untuk melakukan interaksi sosial. Damai adalah fondasi aktivitas keseharian bersama dengan orang lain.
Menurut Kalla, masih ada persepsi bahwa Islam merupakan agama yang antitoleransi dan menghalalkan cara-cara kekerasan. ”Itu semua karena kita memberi penilaian dan persepsi secara subyektif belaka,” katanya.
Masyarakat dunia diajak obyektif melihat kondisi kekinian dan masa lalu yang pernah ada. Paham ekstremisme itu bukan monopoli Islam. Paham dan praktik ekstremisme juga ada di masyarakat beragama lain, seperti Kristen, Hindu dan Buddha.
Kalla menilai, ada semacam ketidakadilan dalam membangun perspektif untuk menilai Islam di dunia sekarang ini dan harus dihentikan. Semua konflik yang terjadi sekarang, terutama yang dialami oleh negara atau masyarakat Islam, ditegaskan bukanlah konflik agama.
”Tetapi, masalah ketidakadilan ekonomi, sosial, dan politik. Ini yang harus dibereskan. Jangan berbicara tentang ajaran Islam melulu. Kondisi Islam yang harus dibenahi,” pungkasnya.