Sejumlah kejutan dibuat PSI agar bisa lolos ke parlemen di Pemilu 2024. Meski demikian, pengamat pesimistis, kejutan-kejutan itu mampu mendongkrak elektabilitas PSI. Mengapa demikian?
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
Partai Solidaritas Indonesia atau PSI membuat kejutan tatkala menggaet Kaesang Pangarep, putra Presiden Joko Widodo, sebagai anggota partai, Sabtu (23/9/2023). Kejutan tak berhenti di situ. Berselang dua hari atau persisnya pada Senin (25/9/2023), Kaesang sudah langsung ditetapkan menjadi Ketua Umum PSI. Namun, akankah langkah-langkah itu bisa membuat PSI menciptakan kejutan lainnya, yakni menembus parlemen di Pemilu 2024?
Kaesang menghadiri silaturahmi dengan organisasi sukarelawan pendukung Jokowi, yaitu Solidaritas Merah Putih (Solmet), di Jakarta Selatan, Rabu (11/10/2023) siang. Hadir dalam kesempatan itu anggota dan pengurus Solmet serta beberapa pengurus PSI, salah satunya Sekretaris Jenderal PSI Raja Juli Antoni.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Saat tiba di lokasi acara, Rabu siang, Kaesang langsung disambut anggota Solmet. Suasana acara berlangsung santai, akrab, dan sesekali terdengar gelak tawa dari peserta saat berdialog dengan Kaesang.
”Untuk strategi, saya berulang kali mengatakan, itu rahasia. Namun, yang pasti, kami akan memenangkan dan masuk ke Senayan (perlemen) supaya bisa melanjutkan dan melakukan perubahan yang lebih baik untuk Indonesia ke depannya,” ujar Kaesang saat ditanya media mengenai strategi PSI untuk lolos ke parlemen.
Jika PSI lolos ke parlemen pada Pemilu 2024, kata Kaesang, PSI akan mengegolkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Perampasan Aset Koruptor. Kalaupun tidak bisa karena mungkin ada partai yang tidak suka, akan dimulai dari internal PSI. Jika ada kader PSI di DPR atau DPRD korupsi, hartanya akan disita.
”Kami dari PSI mohon titip diri di Solmet. Mau gimana pun kami ini hanya partai kecil, sekarang. Namun, insya Allah, pada Pemilu 2024, PSI akan menjadi salah satu partai yang diperhitungkan,” kata Kaesang disambut tepuk tangan anggota Solmet yang hadir.
Untuk melangkah ke sana (perlemen), PSI memerlukan bantuan dari Solmet dan mohon doa restu agar bisa masuk ke Senayan pada Pemilu 2024. PSI sangat terbuka dengan Solmet untuk menjadi pengurus PSI.
Saat ditanya ke mana dukungan PSI dalam Pilpres 2024, Kaesang menjawab, ”Belum. Masih lama. Buat apa buru-buru. Mau last minute juga sama saja. Pemilu masih Februari tahun depan,” ujarnya lagi.
Silfester Matutina, Ketua Umum Solmet, menuturkan, ia mengajak untuk memilih partai yang tidak ada koruptornya. Capres dan partai yang dipilih ke depan yang berani mengegolkan UU perampasan aset. Solmet menginginkan anak-anak muda masuk dan berjuang di parlemen dan sistem serta berharap kepada PSI.
”Solmet mendukung politik optimisme, politik anak muda jaman now. Ke depan PSI diharapkan berani menggaungkan zero to corruption, zero ketidakadilan hukum, dan zero intoleransi. Kami akan mendukung PSI berproses dan yakin menang di Pemilu 2024,” ujarnya.
Berdasarkan data yang dihimpun Kompas, beberapa waktu belakang ini juga sejumlah tokoh bergabung dengan PSI, yaitu Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) periode 2017-2021 Agus M Herlambang dan juga mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI Kisenda Wiranata.
Tidak mudah
Terkait sejauh mana ”efek Kaesang” mampu berdampak secara elektoral bagi PSI untuk bisa lolos ke parlemen pada pemilu mendatang, Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menilai, efeknya tidak terlalu besar. Sebab, waktunya sangat terbatas, tinggal tersisa beberapa bulan sebelum pemilu. Dengan waktu terbatas, tidak mudah bagi PSI melakukan sosialisasi dan mobilisasi.
”Apalagi, tingkat pengenalan publik pada PSI belum besar,” tuturnya.
Selain itu, efek calon legislatif (caleg). Ketika berhadapan dengan partai-partai lain, caleg-caleg PSI sebagian besar politisi yang belum pernah memiliki pengalaman kompetisi langsung dalam pemilu. Oleh karena itu, ketika berhadapan dengan petahana dinilai berat.
Kemudian, pilihan calon pemilih juga dilihatnya sudah mulai stabil. Perubahan-perubahan suara kemungkinan terjadi, tetapi Arya menduga, tidak terlalu besar. Apalagi, PSI kehilangan banyak kader yang pindah ke partai lain atau keluar dari PSI.
Terkait masuknya sejumlah tokoh ke PSI baru-baru ini, Arya menilai, dalam politik perlu pengalaman dan bertarung dengan caleg yang sudah berpengalaman. Di partai lain juga ada mantan aktivis dan mantan jenderal.
”Dulu ketika PSI mengampanyekan Jokowi pada pemilu sebelumnya juga tidak tembus di parlemen,” kata Arya.
Sementara terkait sejauh mana PSI mampu meraup suara anak-anak muda, menurut Arya, partai-partai lain juga memiliki sayap muda yang terorganisasi. Partai lain juga kemungkinan konsolidasinya lebih rapi.
Mengenai isu mengegolkan UU perampasan aset koruptor yang dikemukakan PSI, Arya menilai, anak muda memang memiliki perhatian terhadap isu korupsi. Namun, tidak otomatis ketika isu itu dipergunakan, akan mendapat suara. Pilihan publik sangatlah kompleks.
Jadi, mampukah PSI menembus parlemen di Pemilu 2024? Kita tunggu.