Kirab Demokrasi bagi Pemilih Pemula
Beragam upaya dilakukan untuk menyosialisasikan pemilu serta parpol peserta Pemilu 2024 kepada pemilih pemula. Praktik berdemokrasi lewat pemilihan ketua OSIS serentak pun digelar untuk mengenalkan kepemiluan sejak dini.
Puluhan siswa-siswi SMK Negeri Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah, mengantre masuk menuju tempat pemungutan suara yang telah dipersiapkan di halaman sekolah, Rabu (27/9/2023) pagi. Setelah memastikan nama mereka masuk dalam daftar pemilih, siswa-siswi itu secara bergantian masuk ke bilik suara.
Antrean serupa terlihat di SMA Negeri Karangpandan, sekitar 6 kilometer dari SMK Negeri Ngargoyoso. Siswa-siswi di sekolah itu berkumpul untuk mencoblos di bilik suara. Ada petugas yang mengarahkan dari pintu masuk, ada petugas yang memverifikasi data, ada pula petugas yang menunggu di dekat kotak-kotak suara.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Hari itu, SMA/SMK/MA se-Kabupaten Karanganyar memang tengah menggelar pemilihan ketua organisasi siswa intra sekolah (OSIS) secara serentak, tak terkecuali SMK Negeri Ngargoyoso dan SMA Negeri Karangpadan. Gelaran itu mereka sebut Milkoi, singkatan dari ”Milih Ketua OSIS”.
Milkoi digagas oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Karanganyar sebagai salah satu rangkaian kirab pemilu di wilayah itu. Milkoi dirancang menjadi miniatur pemilu untuk memberikan ilmu dasar kepemiluan terhadap siswa-siswi SMA/SMK/MA yang merupakan calon pemilih mula. Karena itu, yang terlibat dalam seluruh prosesnya adalah siswa-siswi dari sekolah tersebut. Ada di antara mereka menjadi penyelenggara, pemilih, ataupun peserta.
Suasana Milkoi juga dibuat menjadi lebih menggembirakan. Di SMK Negeri Ngargoyoso, misalnya, sebuah panggung kecil didirikan di sekitar tempat pemungutan suara (TPS). Di panggung itu, siswa dan siswi bebas bernyanyi dan berjoget sembari menunggu giliran mencoblos. Empat pasang calon ketua dan calon wakil ketua OSIS yang tengah berkontestasi berbaur, ikut berdendang bersama para ”pemilih”.
Baca juga: Siar Pemilu di Bumi Lambung Mangkurat
Sejak dini, siswa-siswi diajarkan bahwa pemilu merupakan pesta demokrasi. Pemahaman bahwa menang-kalah dalam kontestasi merupakan hal biasa juga ditanamkan melalui Milkoi serentak. Tahapan-tahapan Milkoi pun dibuat sama seperti pelaksanaan pemilu nasional, seperti tahap kampanye, debat, serta pemungutan dan penghitungan suara.
Ketua KPU Karanganyar Triastuti Suryandari mengungkapkan, pihaknya menggandeng sekitar 50 sekolah untuk menggelar Milkoi karena menilai pemilih pemula harus mendapatkan perhatian lebih besar agar mau berpartisipasi dalam pemilu ataupun pemilihan kepala daerah (pilkada). Hal ini mengingat jumlah pemilih pemula berusia 17-24 tahun di Karanganyar cukup besar, yakni sekitar 27 persen dari total 695.027 pemilih pemilu.
”Kami, kan, sering diundang ke sekolah. Ketika kami sampaikan di layar, kan, kayak pelajaran, membosankan. ’Wah, enggak bisa kayak begini terus.’ Sebab, kalau mereka belum terjun langsung, mereka tidak akan tertarik. Mereka saja tidak tahu kepanjangan KPU. Makanya, tidak bisa kalau kami cuma ngomong-ngomong saja. Mereka harus praktik, ya lewat Milkoi ini,” ujar Triastuti.
Sebenarnya, sosialisasi pemilu ataupun pilkada melalui Milkoi sudah dimulai sejak tahun 2016. Anggota KPU Karanganyar, Muhammad Maksum, mengatakan, manfaat Milkoi sudah dapat dirasakan pada Pilkada 2018 dan Pemilu 2019. KPU Karanganyar tidak pernah merasa kesulitan ketika membutuhkan sumber daya manusia ad hoc, baik untuk petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara maupun Panitia Pemungutan Suara.
Kami seperti memilih secara riil, diajarkan bagaimana proses memilih calon pemimpin kami.
Sosialisasi kepada pemilih pemula tak hanya dilakukan oleh KPU Karanganyar, tetapi juga sebagian besar KPU kabupaten/kota lain di Jawa Tengah, baik dalam rangkaian kirab pemilu maupun di luar kirab. Misalnya, di Kabupaten Banyumas, dalam rangkaian kirab pemilu yang berlangsung 2-8 September lalu, KPU setempat berkeliling ke sejumlah kecamatan dan sekolah untuk pendidikan pemilih pemula.
Pemilih pemula menjadi sasaran sosialisasi karena pada Pemilu 2024 jumlahnya tergolong tinggi. Pemilih pemula adalah mereka yang akan memilih untuk pertama kalinya di Pemilu 2024 atau kisaran usia 17-21 tahun. Dari total 204,8 juta pemilih, sebanyak 46,8 juta atau 22,85 persen berasal dari generasi Z atau berusia 17-21 tahun.
Baca juga: Pesan Harmoni dari Tanah Baduy
Sosialisasi pemilu di sejumlah daerah itu pun disambut baik oleh para pemilih pemula, terutama mereka yang mengikuti Milkoi di Karanganyar. ”Ini salah satu pendidikan character building. Kami seperti memilih secara riil, diajarkan bagaimana proses memilih calon pemimpin kami. Kami jadi tahu bagaimana memilih pemimpin yang baik dan benar. Kami juga diberi hak penuh untuk memilih,” ujar Helena Aurelia, siswa kelas XII SMK Negeri Ngargoyoso.
Estafet jalur III
Kirab Pemilu 2024 dimulai tepat satu tahun jelang pemungutan suara Pemilu 2024, tepatnya 14 Februari 2023. Kirab yang diinisiasi oleh pimpinan KPU RI 2022-2027, yakni Hasyim Asy’ari, August Mellaz, Betty Epsilon Idroos, Mochammad Afifuddin, Parsadaan Harahap, Yulianto Sudrajat, dan Idham Holik, bersama Sekretaris Jenderal KPU Bernad Dermawan Sutrisno, itu digelar dalam tujuh jalur.
Karanganyar berada di jalur III dari tujuh jalur yang dilintasi kirab pemilu. Kirab pemilu di jalur III ini bermula dari Kota Pontianak, Kalimantan Barat, pada 14 Februari 2023. Hingga Selasa (10/10/2023), kirab pemilu sudah melintasi 38 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Jawa Tengah.
Melalui kirab pemilu itu, 18 bendera partai politik peserta pemilu diarak dan diperkenalkan kepada khalayak. Kirab digelar secara estafet dari satu daerah ke daerah lain. Sebelum Karanganyar, 18 bendera partai politik diarak berkeliling Kota Semarang pada 20-25 September. Dalam rangkaian kirab itu, KPU Kota Semarang menyosialisasikan penyelenggaraan pemilu kepada semua elemen masyarakat di wilayahnya.
Baca juga: Pemilu dari Sabang sampai Merauke
Sementara itu, setelah satu pekan berkeliling Karanganyar, pada Senin (2/10/2023) pagi, pataka Kirab Pemilu 2024 diserahkan kepada KPU Kabupaten Sukoharjo. Dengan menunggangi kuda coklat, ketua dan anggota KPU Karanganyar menyusuri perkebunan karet di Kecamatan Polokarto, Sukoharjo, untuk mengantarkan pataka kirab pemilu kepada KPU Sukoharjo. Di Alas Karet itu, Ketua KPU Kabupaten Sukoharjo Nuril Huda beserta rombongan telah siap menyambut.
Dalam penjemputan itu, Nuril juga menaiki kuda, tetapi kuda tersebut berwarna putih. Ia mengenakan busana Jawa ala pendiri Mangkunegaran, Pangeran Sambernyawa, dengan didampingi puluhan orang berkostum prajurit. Penyerahan pataka kirab pemilu tersebut diiringi musik dari tamtaman kerajaan.
Nuril mengungkapkan, kuda putih memiliki filosofi tersendiri, yakni simbol suci dan bersih. Ia menganalogikan hal tersebut sama seperti pemilu. Menurut dia, pemilu tidak akan pernah sukses apabila tidak dilandasi dengan hati yang suci, bersih, dan putih. Artinya, baik penyelenggara maupun peserta pemilu harus menjalani pemilu nanti dengan niat yang bersih, ikhlas, dan jujur.
”Tak ada pemimpin yang baik yang dipilih dan dipersiapkan melalui proses yang tidak baik. Justru, pemimpin yang baik pasti dilahirkan dengan cara-cara yang baik,” tegas Nuril.
Dari Sukoharjo, kirab dilanjutkan ke Klaten. Serah terima pataka kirab pemilu digelar di Alun-alun Klaten, Sabtu (7/10/2023). Tarian kontemporer Klaten Bersinar Menyambut Pemilu Sarana Integrasi Bangsa mewarnai penyambutan pataka kirab. Setelah serangkaian acara digelar, pataka kirab pemilu kembali diarak berkeliling Klaten.