Di tengah makin intensifnya para bakal capres melakukan konsolidasi, arah dukungan politik Presiden Jokowi dan Nahdlatul Ulama juga jadi faktor penting pada Pemilu 2024.
Presiden Joko Widodo melakukan konsolidasi dengan dua kelompok sukarelawannya di dua lokasi berbeda.
Arah dukungan Jokowi harus diperhitungkan sebagai faktor pendongkrak elektabilitas bakal capres.
Jika Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, anak sulung Jokowi, jadi maju sebagai cawapres, dipastikan Jokowi akan mendukungnya.
JAKARTA, KOMPAS — Kurang dari dua pekan menjelang dibukanya pendaftaran pasangan calon presiden dan calon wakil presiden untuk Pemilu 2024 pada 19 Oktober, para bakal calon presiden dan elite politik makin intensif melakukan konsolidasi. Hal itu, antara lain, dilakukan dengan menemui tokoh, sukarelawan, dan masyarakat.
Pada Sabtu (7/10/2023), bakal calon presiden (capres) Anies Baswedan bertemu dengan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla untuk membahas, antara lain, strategi pemenangan di pilpres. Sementara Prabowo Subianto menemui sukarelawannya, Setia Prabowo, di Jakarta. Adapun Ganjar Pranowo menemui kelompok tani wanita di Jakarta Barat.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo melakukan konsolidasi dengan dua kelompok sukarelawannya di dua lokasi berbeda. Sabtu pagi, Jokowi menghadiri acara Konsolidasi Nasional Jaringan Relawan Alap-alap di Sentul, Bogor, Jawa Barat. Pada Sabtu sore, Jokowi memberikan pengarahan pada penutupan Rapat Pimpinan Nasional Solidaritas Ulama Muda Jokowi (Samawi). Di dua acara itu, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang juga putra bungsu Jokowi, yaitu Kaesang Pangarep, ikut hadir.
Dalam Konsolidasi Nasional Jaringan Relawan Alap-alap, Jokowi menyampaikan, ke depan, Indonesia membutuhkan pemimpin yang bernyali tinggi dan berani mengambil risiko karena persoalan yang dihadapi kian kompleks. Meski demikian, Presiden tak menyebutkan figur capres yang didukungnya.
Dalam Rapimnas Samawi, Presiden menyampaikan bahwa pemilu harus berjalan dengan damai dan lancar, tidak ada ujaran kebencian ataupun kabar bohong. ”Kalau setiap pemilu saling benci, fitnah, merendahkan, kapan bangsa ini menjadi bangsa besar? Karena bangsa besar kalau kita kuat persatuan kita,” ucapnya.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda dalam paparan survei dan diskusi ”Kekuatan Politik Elektoral Menuju Pendaftaran Capres-Cawapres 2024” mengungkapkan, arah dukungan Jokowi harus diperhitungkan sebagai faktor pendongkrak elektabilitas bakal capres.
Arah dukungan Jokowi harus diperhitungkan sebagai faktor pendongkrak elektabilitas bakal capres.
Berdasarkan hasil survei Poltracking pada 3-9 September 2023, ujar Hanta, bakal cawapres dapat memberikan tambahan pemilih 2-3 persen. Hal ini cukup signifikan karena elektabilitas Ganjar dan Prabowo sangat kompetitif. Pada survei Poltracking terbaru, tingkat elektabilitas Prabowo 38,9 persen, Ganjar 37,0 persen, Anies 19,9 persen, dan sekitar 4,2 persen memilih tidak menjawab atau belum tahu. Dengan demikian, selisih Prabowo dan Ganjar sekitar 4 persen.
Menurut Hanta, jika Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, anak sulung Jokowi, jadi maju sebagai cawapres, dipastikan Jokowi akan mendukungnya. ”Kalau Gibran jadi bakal cawapres, badannya Pak Jokowi pasti di situ,” ucapnya.
Sementara itu, Guru Besar Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga Kacung Marijan mengatakan, selain arah dukungan Jokowi, Jawa Timur kini juga semakin penting karena 15 persen pemilih ada di wilayah itu. Selain itu, Jatim merupakan basis utama Nahdlatul Ulama (NU).
Menurut dia, ketika seorang tokoh NU dari Jatim dipilih sebagai bakal cawapres, hal itu dinilai akan memiliki dampak berganda kepada anggota NU yang tersebar di banyak provinsi, seperti Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan.