Ihwal Pengamalan Pancasila, Muhaimin: Masih Ada Kesenjangan antara Ide dan Realitas
Muhaimin Iskandar menilai, masih ada jurang lebar antara ide Pancasila dan realitas pelaksanaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bakal calon wakil presiden dari Koalisi Perubahan, Muhaimin Iskandar, menilai masih ada kesenjangan antara ide dan realitas dalam penerapan Pancasila. Bukan hanya pembangunan, kesenjangan juga masih terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara hingga implementasi amanat konstitusi.
Karena itu, Muhaimin mengajak penyelenggara negara untuk kembali berpedoman pada Pancasila. ”Secara konseptual, Pancasila sering diasumsikan sebagai ideologi tahan banting, sesuai dengan zaman dan tantangannya. Secara operasional, Indonesia masih memiliki jurang lebar antara ide Pancasila dan realitas pelaksanaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujar Muhaimin saat parade dan apel peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Tugu Proklamasi, Jakarta, Minggu (1/10/2023).
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu menambahkan, kesenjangan masih ditemukan dalam pembangunan, pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta praktik menjalankan konstitusi.
Muhaimin berharap Hari Kesaktian Pancasila bisa menjadi momentum untuk meneguhkan Pancasila sebagai visi dan arah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila harus dimaknai secara dinamis sehingga mampu menjawab tantangan, baik nasional maupun global. Dengan demikian, Pancasila bukan sekadar gagasan belaka, melainkan dapat diimplementasikan untuk mencapai kemandirian, kekuatan, keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan.
”Pancasila membumi, harus menjadi bagian dari denyut nadi anak bangsa. Yang kuat harus tetap kuat, tetapi yang lemah tak boleh terus-menerus diperlemah dan dilemahkan. Mereka harus bangkit untuk menjadi bangsa yang kuat agar sejajar dengan warga bangsa yang kuat lainnya,” tuturnya.
Pancasila, lanjut Muhaimin, menghadirkan demokrasi yang dipahami dengan makna kesamaan di hadapan hukum dan perundang-undangan. Karena itu, tidak boleh ada diskriminasi, tebang pilih, dan ketidakadilan dalam proses hukum Indonesia. Sebab, Pancasila memiliki nilai sempurna yang telah dirumuskan para pendiri bangsa dan ulama.
”Namun, rumusan-rumusan konkret dalam Pancasila bisa terwujud apabila pemerintah dan negara konsisten menjalankan konstitusi. Insya Allah keadilan itu akan terwujud di negeri ini,” ungkapnya.
PKB, lanjut Muhaimin, juga menyiapkan kader yang paham akan nilai-nilai Pancasila. Kader PKB hadir sebagai kader Pancasila sehingga layak memimpin Indonesia agar lebih adil, makmur, dan sejahtera.
Penyeimbang
Secara terpisah, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, berpandangan, narasi Pancasila, toleransi, dan keberagaman memang terus konsisten digaungkan oleh PKB. Narasi tersebut juga berperan penting untuk menyeimbangkan arah politik dari koalisinya.
Adapun Muhaimin merupakan pendamping dari Anies Baswedan, bakal capres Koalisi Perubahan. Mereka diusung oleh Partai Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan PKB. Anies dan PKS, kata Ujang, dikenal sebagai sosok dan partai yang erat dengan arah politik kanan (konservatif).
Rumusan-rumusan konkret dalam Pancasila bisa terwujud apabila pemerintah dan negara konsisten menjalankan konstitusi. Insya Allah keadilan itu akan terwujud di negeri ini.
”Apalagi, saat ini PKS dikenal sebagai partai Islam beraliran kanan. Narasi toleransi, Pancasila, hingga keberagaman bisa menetralkan hal tersebut,” katanya.
Selain itu, dengan terus menggaungkan narasi Pancasila, PKB bisa menyudahi isu bahwa partai pimpinan Muhaimin tersebut kini mengarah ke kanan. Jadi, kerugian elektoral bisa terhindarkan apabila PKB terus memosisikan diri sebagai partai tengah.
Seusai parade dan apel peringatan Hari Kesaktian Pancasila, Muhaimin menegaskan, PKB konsisten berada di tengah, tidak ekstrem baik ke kiri maupun kanan. Dengan platform kebinekaan, secara perlahan semua kelompok akan berada di tengah.
Beberapa hari lalu, Anies dan Muhaimin juga berkunjung ke kediaman bekas pemimpin Front Pembela Islam, Rizieq Shihab. Hal itu memunculkan respons publik bahwa PKB kini menggadaikan nilai-nilai Pancasila yang selama ini digaungkannya. Merespons hal itu, Muhaimin menyatakan, pihaknya diundang untuk menjadi saksi pernikahan.
”Tapi, sekeras-kerasnya perbedaan pandangan, saya mengajak semuanya untuk berdiri sejajar, tidak ada yang menafikan satu dengan yang lain. Semua kita tarik dari yang kanan ke tengah, dari yang kiri ke tengah, itulah Pancasila,” katanya.