Satu bulan jelang pendaftaran calon presiden dan wakil presiden, dinamika koalisi partai politik semakin dinamis. Sejumlah parpol berganti gerbong koalisi, bahkan satu bakal pasangan capres-cawapres telah dideklarasikan.
Oleh
IQBAL BASYARI
·5 menit baca
Manuver Partai Kebangkitan Bangsa yang meninggalkan Koalisi Indonesia Maju dan beralih ke Koalisi Perubahan untuk Persatuan seakan mengagetkan publik. Tak hanya pindah gerbong, masuknya PKB langsung membawa Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar menjadi bakal calon wakil presiden mendampingi Anies Rasyid Baswedan. Anies-Muhaimin pun dideklarasikan sebagai bakal capres-cawapres di Hotel Majapahit, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (2/9/2023) lalu.
Sejak Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) dideklarasikan pada awal Maret, bakal cawapres untuk mendampingi Anies masih menjadi pertanyaan. Setali tiga uang, PKB yang berkoalisi dengan Gerindra dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya sejak 13 Agustus 2022 pun belum mendapatkan kepastian Muhaimin menjadi bakal cawapres mendampingi Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
Padahal, kurang dari tiga pekan sebelum deklarasi Anies-Muhaimin, KKIR baru saja mendapat kawan baru, yakni Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN). Keduanya bergabung mendukung Prabowo, sekaligus nama koalisi diubah menjadi Koalisi Indonesia Maju (KIM).
Di sisi lain, masuknya PKB yang disusul dengan deklarasi Anies-Muhaimin membuat konstelasi di KPP pun berubah. Partai Demokrat akhirnya keluar, sementara Partai Keadilan Sejahtera masih belum memutuskan dukungan kepada Muhaimin.
”Memang dalam membangun koalisi itu butuh kesabaran, kejelian, kepandaian membaca tanda-tanda dan ayat-ayat, serta yang paling penting butuh stamina dan kesabaran. PKB itu 12 bulan lebih membangun koalisi yang pada akhirnya ternyata belum berjodoh,” kata Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid dalam bincang-bincang Satu Meja the Forum bertajuk ”Koalisi Berubah, Siapa Memberi Arah?” yang disiarkan Kompas TV, Rabu (6/9/2023).
Memang dalam membangun koalisi itu butuh kesabaran, kejelian, kepandaian membaca tanda-tanda dan ayat-ayat, serta yang paling penting butuh stamina dan kesabaran. PKB itu 12 bulan lebih membangun koalisi yang pada akhirnya ternyata belum berjodoh.
Acara yang dipandu Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo itu juga menghadirkan narasumber lain, yakni Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto, Wakil Ketua Umum Demokrat Benny K Harman, Sekjen Partai Persatuan Pembangunan Arwani Thomafi, serta Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya.
Bagi PKB, lanjut Jazilul, masalah koalisi sudah selesai karena KKP mendeklarasikan bakal capres-cawapres. Pihaknya pun optimistis PKS akan ikut mendukung Muhaimin sebagai bakal cawapres mendampingi Anies, tinggal menunggu momentum yang tepat. Pihaknya pun masih terbuka dengan masuknya parpol lain meskipun semua parpol parlemen sudah memiliki koalisi masing-masing.
”PKB ikut bahagia kalau ada koalisi lain yang segera ingin deklarasi. Koalisi kami juga masih membuka seandainya partai-partai lain juga mau bergabung. Namun, dua partai ini sudah cukup,” tuturnya.
Benny mengatakan, Demokrat memiliki dua pilihan koalisi setelah keluar dari KPP, yakni bergabung dengan poros koalisi Gerindra atau PDI-P. Demokrat juga tidak memiliki persyaratan untuk bergabung pada salah satu poros koalisi. Namun, koalisi yang akan dipilih Demokrat harus memiliki kesetaraan di antara sesama anggota parpol koalisi.
Untuk kembali ke Koalisi Perubahan untuk Persatuan, saya rasa 100 persen tidak mungkin. Oleh sebab itu, kami sudah melakukan upaya lanjutan, mengetuk pintu ke rumah-rumah tadi, tinggal apakah yang punya rumah akan membuka pintu.
”Untuk kembali ke Koalisi Perubahan untuk Persatuan, saya rasa 100 persen tidak mungkin. Oleh sebab itu, kami sudah melakukan upaya lanjutan, mengetuk pintu ke rumah-rumah tadi, tinggal apakah yang punya rumah akan membuka pintu,” ujarnya.
Benny menuturkan, Demokrat sudah mengetuk pintu PDI-P dan Gerindra. Namun, hingga saat ini belum ada yang membukakan pintu bagi Demokrat untuk bergabung. Apalagi, secara prosedural dan mekanisme organisasi, yang menentukan akan bergabung dengan siapa atau partai mana adalah Majelis Tinggi Partai Demokrat yang dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono.
Demokrat juga masih mengkaji koalisi mana yang paling tepat. Namun, secara politis dan ideologis, Demokrat merasa lebih tepat bergabung dengan partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri. Sebab, kedua parpol sama-sama mengutamakan dan menjadikan rakyat sebagai episentrum. Terlebih, tidak ada masalah dalam hubungan antara Yudhoyono dan Megawati sehingga tidak ada masalah serius yang menghambat koalisi kedua parpol.
”Kalau secara politis atau ideologis, akan ada yang mengatakan Partai Demokrat ini akan lebih pas ke sana (PDI-P). Namun, apakah akan ke sana (PDI-P) atau tidak, tentu fifty-fifty dengan Partai Gerindra sampai dengan saat ini. Sebab, belum ada keputusan dari Majelis Tinggi Partai Demokrat,” kata Benny.
Hasto menilai, Muhaimin orang yang hebat dan berani karena meninggalkan Gerindra dan Prabowo. Padahal, keduanya sudah setahun sepakat membangun koalisi, bahkan memiliki sekretariat bersama. ”Kemudian akhirnya bisa bertemu dengan Anies yang konon katanya susah antara PKS dan PKB bisa bertemu. Ini terobosan politik di dalam Pilpres 2024,” ucapnya.
İa mengatakan, deklarasi cawapres Ganjar masih menunggu hasil kalkulasi politik dan momentum. Sebab, pengumuman bakal cawapres diharapkan tidak hanya menciptakan efek elektoral, tetapi juga membangun optimisme dari semua anggota koalisi, yakni PPP, Perindo, dan Hanura.
PDI-P pun tidak khawatir proses deklarasi cawapres yang cukup lama membuat parpol lain hengkang. Berdasarkan pengalaman di Pilpres 2014 dan 2019, kalkulasi yang matang akan menentukan kemenangan, bukan cepat tidaknya pengumuman capres-cawapres. Oleh karena itu, saat ini koalisi mulai membentuk tim kampanye dan melengkapi semua aparatur dalam tim pemenangan ini.
Justru ini menguatkan bahwa politik itu seni, apalagi semakin terkonsolidasi.
Menurut Hasto, deklarasi awal yang dilakukan Anies-Muhaimin tidak menjadi ancaman bagi Ganjar dan bakal cawapresnya nanti. Sebab, begitu cawapres Ganjar diumumkan, semua pasukan langsung bergerak melakukan pemenangan. ”Justru ini menguatkan bahwa politik itu seni, apalagi semakin terkonsolidasi,” ucapnya.
İa mengatakan, penentuan pemimpin dilakukan dengan tidak saling mencampakkan. Sebab, moral politik, kerakyatan, dan kemanusiaan selalu diutamakan oleh PDI-P. Maka, hubungan dengan parpol koalisi lain harus kompak dan tidak boleh ada salah satu yang menonjol.
”Enggak ada misalnya kok mengganti koalisi enggak saling ngasih tahu. Kita rembuk bareng politik ini. Dengan rembuk bareng, guyub bareng, rakyat akan melihat, ini kok kokoh yang mendukung Ganjar,” kata Hasto.
Arwani menuturkan, kerja sama PPP dengan PDI-P tidak dibangun dalam beberapa hari, melainkan sisi historis keduanya sudah sangat panjang, yakni sejak era Orde Baru hingga Reformasi. Oleh karena itu, kerja sama politik bukan hanya dalam konteks kejar-kejaran dengan parpol dan kandidat lain. Kerja sama yang dibangun untuk membangun bangsa dan negara.
Kami akan sangat menghormati Ibu Megawati sebagai Ketua Umum PDI-P sehingga para ketua umum nantinya akan punya ruang yang luas untuk bisa bersama-sama memutuskan cawapres.
”Kami akan sangat menghormati Ibu Megawati sebagai Ketua Umum PDI-P sehingga para ketua umum nantinya akan punya ruang yang luas untuk bisa bersama-sama memutuskan cawapres,” katanya.
Yunarto mengemukakan, ada beberapa fenomena yang mesti diperhatikan dalam manuver koalisi parpol di Pilpres 2024. Pertama, asal jadi capres atau cawapres. Fenomena ini akan membuat proses penjajakan yang singkat dan dengan siapa pun bisa langsung terjadi. Hal ini membuat ide, gagasan, dan perbedaan nilai akan dikesampingkan.
Kedua, ada lagi fenomena asal ”lurah” setuju. Ketika itu terjadi, publik akan terus-menerus berbicara dalam konteks gimik, bahkan masuk dalam hal-hal yang sangat tidak substantif.
”Kalau itu terjadi, kita betul-betul mendegradasi pertarungan ide dan gagasan. Dan fenomena sekarang sangat-sangat terasa. Kita harapkan distop, dan moga-moga ada pertarungan ide dan gagasan karena kita tahu tantangan jauh lebih berat bila dibandingkan 2019,” kata Yunarto.