Anies Ajak Selesaikan Pekerjaan Rumah untuk Wujudkan Indonesia Maju
Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkapkan, salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan adalah mewujudkan persatuan tanpa ada ketimpangan.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Mantan Gubernur DKI Jakarta yang juga bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan atau KPP, Anies Rasyid Baswedan, menyampaikan bahwa Indonesia merupakan negara yang punya peluang menjadi negara besar, tetapi juga menghadapi tantangan besar. Sejumlah pekerjaan rumah perlu diselesaikan agar Indonesia bisa menjadi negara yang maju dan adil serta siap mengambil peran di kancah global.
”Kita ingin Indonesia lebih maju dan adil maka diperlukan usaha terus-menerus, tidak selesai, satu tahun, lima tahun, sepuluh tahun. Ini perlu dimulai dengan mindset (pola pikir) kita bukan hanya warga Indonesia, tapi sebagai warga dunia. Kita tempatkan Indonesia (berada) di sentral, Indonesia strategis,” kata Anies saat berbicara pada Kuliah Kebangsaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, Selasa (29/8/2023).
Kuliah kebangsaan betajuk ”Hendak ke Mana Indonesia Kita? Gagasan, Pengalaman dan Rancangan Para Pemimpin Masa Depan” itu dihadiri sejumlah civitas akademika, seperti Dekan FISIP UI Semiarto Aji Purwanto dan para mahasiswa FISIP UI. Hadir pula sejumlah panelis, yakni Guru Besar FISIP UI Valina Singka Subekti, Guru Besar Sosiologi FISIP UI Sudarsono Hardjosoekarto, dan Ketua Departemen Ilmu Hubungan Internasional FISIP UI Asra Virgianita.
Menurut rencana, kuliah kebangsaan itu juga akan menghadirkan tokoh lain, seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Kuliah kebangsaan akan digelar pada Agustus hingga September 2023.
Dalam kuliah kebangsaan itu, Anies menjelaskan, Indonesia mempunyai kawasan strategis yang dapat memengaruhi dunia. Dalam hal maritim, ada sekitar 50.000 kapal besar perdagangan yang melintasi Selat Malaka tiap tahun. Sementara dari sisi energi, sekitar 80 persen kebutuhan energi di Asia Timur dipasok dari Indonesia.
”Apa yang terjadi di republik ini (Indonesia) juga berdampak ke negara yang lain. Bila keadaan negara kita stabil dari sisi ekonomi, kita akan menyaksikan dampaknya terhadap Asia Timur,” tambah Anies.
Meski demikian, lanjut Anies, untuk bisa mengambil peran secara global, Indonesia harus menyelesaikan pekerjaan rumah di dalam negeri. Salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan adalah mewujudkan persatuan tanpa ada ketimpangan. Selama ini, pembangunan lebih banyak difokuskan di Pulau Jawa.
Persatuan ini dijaga bukan lewat retorika, tapi lewat perasaan kesetaraan, kesamaan, dan keadilan. Sulit membangun kesatuan dalam ketimpangan baik di kampung maupun di kota, apalagi negara. Penting menjaga persatuan dengan menghadirkan keadilan. Itu kuncinya.
”Anda datang di Jakarta UMP (upah minimum provinsi)-nya Rp 4,9 juta, kemudian Anda datang di satu kabupaten UMP-nya Rp 1,2 juta-Rp 1,5 juta. Akan tetapi, begitu masuk ke toko, akan ketemu dengan harga yang sama,” kata Anies.
Oleh karena itu, Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 ini berpandangan, harus ada kesempatan yang setara di seluruh wilayah Indonesia. Tak hanya kesetaraan dalam perekonomian, tetapi juga kesejahteraan, akses kesehatan, akses pendidikan, serta lapangan kerja.
Anies menekankan pentingnya kesejahteraan yang setara dalam mewujudkan persatuan bangsa. Sebab, untuk menjaga persatuan bangsa itu dibutuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
”Persatuan ini dijaga bukan lewat retorika, tapi lewat perasaan kesetaraan, kesamaan, dan keadilan. Sulit membangun kesatuan dalam ketimpangan baik di kampung maupun di kota, apalagi negara. Penting menjaga persatuan dengan menghadirkan keadilan. Itu kuncinya,” ujarnya.
Selain itu, upaya menghadirkan kesejahteraan yang setara bagi seluruh rakyat juga dengan menghadirkan pemerintah yang baik (good governance). Salah satu carnya adalah dengan memusnahkan korupsi.
Anies menyebut ada tiga jenis korupsi, yakni korupsi karena kebutuhan, korupsi karena keserakahan, dan korupsi karena sistem. Korupsi karena kebutuhan biasanya terjadi lantaran penghasilan seseorang itu tidak cukup untuk membiayai keperluan sehari-hari, sehingga solusinya adalah dengan memberikan remunerasi yang baik.
Namun, untuk memberantas korupsi karena keserakahan, Anies berpandangan, jalan keluarnya adalah memiskinkan koruptor. Sementara untuk memberantas korupsi karena sistem, jalan keluarnya adalah membenahi sistem yang berlaku.
”Jadi, membereskan soal korupsi, kami melihat ada tiga akar yang harus dibereskan. Tidak hanya soal penangkapan, tidak hanya soal kalimat pencegahan, tapi akar masalahnya kebutuhan, keserakahan, dan sistem. Kalau itu kita tangani Insya Allah bisa,” kata Anies.
Kebebasan berpendapat
Dalam paparannya, Anies turut menyinggung iklim demokrasi di Indonesia. Menurut dia, kualitas demokrasi Indonesia masih harus ditingkatkan. Anies mengatakan, demokrasi tak sebatas pada penyelenggaraan pemilu, tetapi demokrasi merupakan nilai dan norma yang tumbuh di tengah masyarakat.
”Kami lihat kualitas demokrasi harus ditingkatkan. Demokrasi bukan soal pemilu, tetapi ada nilai menumbuhkan aspirasi yang bisa diproses tanpa rasa takut, tekanan,” katanya
Menanggapi gagasan yang disampaikan Anies, Valina mengatakan, Indonesia masih jauh tertinggal dari sisi kualitas sumber daya manusia dibandingkan Malaysia, Singapura, dan Korea Selatan. Menurut dia, pembenahan sumber daya manusia harus dibarengi dengan demokrasi yang sehat.
Menurut Valina, kulitas demokrasi Indonesia juga mengalami penurunan. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong kualitas demokrasi Indonesia.
Sementara itu, Sudarsono Hardjosoekarto menyoroti tantangan dalam kemandirian pangan, persaingan tenaga kerja asing, dan keadilan yang bersumber dari undang-undang. Menurut Sudarsono, kebijakan saat ini hanya berdasarkan pada kepentingan elite saja.
”Saat ini seolah-olah (kebijakan) baik bagi pangan kita, bagi tenaga kerja kita, tetapi sebenarnya itu adalah strategi yang membuat kita rugi,” katanya.
Gagasan para tokoh
Semiarto Aji Purwanto menjelaskan, kuliah kebangsaan ini menjadi acara rutin tahunan. Tak hanya Anies, acara ini juga akan menghadirkan tokoh-tokoh nasional untuk menyampaikan sebuah gagasan tentang Indonesia di hadapan civitas akademika FISIP UI.
Menurut rencana, bakal capres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Ganjar Pranowo, juga akan mengisi Kuliah Kebangsaan pada 11 September 2023. Adapun bakal capres dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, diharapkan bisa hadir pada akhir September nanti.
Aji menegaskan tak mengundang ketiga tokoh ini sebagai bakal capres untuk berkampanye. Mereka diundang dalam kapasitas sebagai tokoh bangsa yang dapat memberikan kuliah kebangsaan kepada mahasiswa. FISIP UI tidak hanya belajar teori dan konsep, tetapi juga harus mempunyai kepekaan terhadap sosial budaya dan sosial politik yang ada di Indonesia.
”Topik kuliah kebangsaan kali ini membahas topik-topik kontemporer yang terjadi di Indonesia dengan menggunakan konsep diskusi panelis,” ujarnya.