Hasil survei terakhir Litbang Kompas merekam setidaknya 18,1 persen pemilih loyal Jokowi akan memilih siapa pun bakal capres yang didukung oleh Presiden ke-7 RI tersebut.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU
·3 menit baca
Baliho bergambar Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bersama dengan Presiden Joko Widodo terpasang di sejumlah jalan protokol di sejumlah daerah di Indonesia. Salah satunya baliho yang menampilkan kedua tokoh tersebut berada di kendaraan taktis militer, Prabowo berada di kursi pengemudi, sementara Jokowi di kursi penumpang.
Di jagat maya, akun media sosial bakal calon presiden (capres) dari Partai Gerindra itu pun gencar mengunggah foto dan video kebersamaan bersama Jokowi. Prabowo juga sempat bertemu dengan sejumlah sukarelawan pendukung Jokowi pada Pilpres 2014 dan 2019 yang juga merupakan kelompok pendukung Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka.
Dalam berbagai kegiatan, Prabowo kerap menyebut bahwa dirinya tak malu-malu untuk belajar politik dari Jokowi yang telah mengalahkannya di Pilpres 2014 dan 2019. Pada setiap pidato yang disampaikan, baik dalam agendanya sebagai Menhan maupun Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo juga selalu menyelipkan nama Jokowi dan komitmennya untuk melanjutkan program pembangunan yang telah dicanangkan Presiden ke-7 RI tersebut.
Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Andre Rosiade, mengakui, pihaknya memang terus berupaya untuk meyakinkan publik bahwa Prabowo merupakan bakal capres yang bisa melanjutkan program pembangunan Jokowi. Hal itu tak terlepas dari upaya untuk mendapatkan insentif elektoral menjelang Pilpres 2024. Langkah itu pun dinilai memberikan dampak positif terhadap kenaikan elektabilitas Prabowo.
”Saat ini pemilih Pak Jokowi yang memilih Pak Prabowo semakin banyak. Itu menambah pemilih Pak Prabowo sejak 2014,” kata Andre, saat dihubungi, Selasa (22/8/2023).
Berdasarkan survei Litbang Kompas pada 27 Juli-7 Agustus 2023, jumlah pemilih loyal Jokowi yang pasti memilih sosok yang didukung Jokowi mencapai 18,1 persen. Dari total pemilih loyal Jokowi itu, lebih dari 30 persen mendukung Prabowo. Adanya endorsement Jokowi juga terbukti mampu meningkatkan elektabilitas Prabowo hingga 3,8 persen.
Insentif elektoral yang didapatkan Prabowo dari dukungan Jokowi menjadi yang paling tinggi dibandingkan dua bakal capres papan atas lainnya. Elektabilitas bakal capres dari PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo, misalnya, naik 0,8 persen jika didukung Jokowi. Sementara elektabilitas bakal capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Rasyid Baswedan, naik 1,4 persen jika didukung Jokowi.
Meski tak mendapatkan insentif elektoral sebesar bakal capres lain dari dukungan Jokowi, PDI-P tetap berupaya mengasosiasikan Ganjar dengan Jokowi, termasuk dengan memasang baliho yang menampilkan kebersamaan kedua tokoh tersebut. Namun, langkah itu disebut tidak sekadar untuk mendongkrak elektabilitas, tetapi juga terkait dengan aspek ideologis, kultural, historis, dan ikatan emosional sebagai sesama kader PDI-P.
”Pesan adanya gambar Pak Jokowi dan Ganjar Pranowo adalah kesesuaian visi gerak kemajuan Indonesia Raya yang sudah dikukuhkan dalam Rakernas III. Memahami Pak Jokowi harus dari gerak kemajuan, blusukan, kepemimpinan yang berdialog dan kemampuan eksekusinya, serta visi masa depan, bukan dari banyak sedikitnya spanduk yang dipasang,” ungkap Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto.
Kesinambungan
Dalam Rakernas III, awal Juni lalu, PDI-P salah satunya memutuskan untuk menegaskan kesinambungan kepemimpinan, program, dan warisan dari Presiden Jokowi. Tidak hanya sebatas melanjutkan pemindahan ibu kota negara, tetapi juga hilirisasi industri, pembangunan koridor strategis dan keterhubungan melalui infrastruktur, serta mempercepat kemajuan dalam seluruh aspek kehidupan dengan memanfaatkan bonus demografi.
Wajar jika para bakal capres terus mengejar efek Jokowi untuk mendapatkan dukungan suara pemilih Jokowi. Ada 18 persen pemilih loyal yang bakal berpengaruh signifikan pada perolehan suara
”PDI-P menempatkan komitmen kesinambungan kepemimpinan Bung Karno, Megawati Soekarnoputri, Presiden Jokowi, dan ke depan Ganjar Pranowo, sebagai kesinambungan kepemimpinan guna mewujudkan Indonesia yang semakin maju, berdaulat, berdikari, dan berkepribadian dalam kebudayaan,” ujar Hasto.
Masih mengacu survei yang sama, komitmen untuk melanjutkan program yang telah dicanangkan pemerintah justru memberikan dampak elektoral yang lebih tinggi kepada para bakal capres ketimbang sekadar mendapatkan dukungan dari Jokowi. Prabowo, misalnya, akan dipilih 35,4 persen responden jika melanjutkan program pemerintahan Jokowi. Adapun Ganjar dipilih 36,9 persen persen responden dan Anies 22,1 persen.
Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam dalam bincang-bincang ”Satu Meja The Forum” yang dipandu Wakil Pemimpin Umum Kompas Budiman Tanuredjo, Rabu (23/8) malam, menilai wajar jika para bakal capres terus mengejar efek Jokowi untuk mendapatkan dukungan suara pemilih Jokowi. Ada 18 persen pemilih loyal yang bakal berpengaruh signifikan pada perolehan suara. Oleh karena itu, tidak hanya Ganjar dan Prabowo, Anies yang mengusung gagasan perubahan dan perbaikan pun juga menekankan bahwa dirinya tak menegasikan semua capaian Jokowi, tetapi mengevaluasi dan memperkuat yang perlu diperbaiki. Anies pun mendapatkan limpahan suara dari pemilih Jokowi.
Bincang-bincang bertajuk ”Berebut Pemilih Jokowi” juga menghadirkan narasumber Ketua DPP PDI-P Eriko Sutarduga, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman, dan peneliti Litbang Kompas, Bestian Nainggolan.
Menurut Umam, 18 persen pemilih loyal itu juga menunjukkan kecenderungan yang menarik. Alih-alih sekadar mengikuti rekomendasi Jokowi, para pemilih justru bisa menilai kandidat dari kemampuannya meneruskan program pemerintah. ”Ini kabar baik, masyarakat politik kita memiliki literasi politik yang lebih kuat,” ujarnya.