Kisah Transformasi Agus Harimurti Yudhoyono dalam Empat Buku
”Keempat buku itu saya harap bisa mengisi ruang diskusi, termasuk berdemokrasi di negeri kita, kata Agus Harimurti Yudhoyono.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·3 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono saat acara Peluncuran Buku Tetralogi Transformasi Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Djakarta Theater, Jakarta, Kamis (10/8/2023). Buku Tetralogi Transformasi AHY ini berisi kumpulan pemikiran dan gagasan Agus Harimurti Yudhoyono.
Dalam perayaan Hari Ulang Tahun Ke-45, Agus Harimurti Yudhoyono meluncurkan buku Tetralogi Transformasi AHY yang memuat pengalaman, pemikiran, dan gagasan Ketua Umum Partai Demokrat itu sejak bertugas di TNI hingga terjun ke dunia politik. Bagi pria yang tenar dengan panggilan AHY itu, transformasi merupakan keniscayaan yang mesti dilewati agar semakin siap menghadapi masa depan yang dinamis.
Peluncuran buku Agus Harimurti Yudhoyono di Djakarta Theater, Jakarta, Kamis (10/8/3023) malam, dihadiri sejumlah politisi papan atas dari berbagai partai politik (parpol). Mereka, di antaranya, ialah Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Puan Maharani, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Hary Tanoesoedibjo, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu, serta Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo. Bakal calon presiden (capres) dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Anies Baswedan, juga hadir dalam acara tersebut.
Di hadapan yang hadir, Agus menceritakan bahwa sebenarnya tidak ada rencana untuk menerbitkan buku Tetralogi Transformasi AHY. Tetapi karena teringat pesan dan dorongan ibundanya, Ani Yudhoyono, Agus akhirnya membagikan perjalanan hidup, pengalaman, serta gagasan-gagasannya dalam bentuk buku.
”Seorang patriot adalah orang yang berani keluar dari zona nyaman dan menghadapi ujian atau tantangan baru ke depan,” kata Agus saat peluncuran buku Tetralogi Transformasi AHY, Kamis malam.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono saat menyampaikan pidatonya pada acara Peluncuran Buku Tetralogi Transformasi Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Djakarta Theater, Jakarta, Kamis (10/8/2023).
Buku Tetralogi Transformasi AHY ini terdiri dari empat buku yang berisi kumpulan pemikiran dan gagasan. Buku pertama berjudul TNI Hebat, Negara Kuat, yang berisi kumpulan pemikirannya selama 16 tahun masa pengabdian Agus di militer.
Buku kedua berjudul Mewujudkan Indonesia Emas 2045, yang menceritakan transisi pemikiran Agus setelah menjadi Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute(TYI). Kemudian buku ketiga berjudul Merayakan Demokrasi Tanpa Polarisasi, mengulas bagaimana awal transformasi Agus terjun ke dunia politik dengan mengikuti kontestasi Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2017. Buku terakhir berjudul Bersama Kita Kuat, Bersatu Kita Bangkit. Buku ini berisi pemikiran serta tantangan Agus memimpin Partai Demokrat di masa pandemi Covid-19.
Putra sulung Presiden ke-5 RI Susilo Bambang Yudhoyono itu berharap buku tersebut bisa mengisi ruang diskusi dalam berdemokrasi di Indonesia. ”Keempat buku itu saya harap bisa mengisi ruang diskusi, termasuk berdemokrasi di negeri kita,” katanya.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan Anies Baswedan, menjawab pertanyaan awak media di sela-sela kegiatan menonton wayang kulit di Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (10/8/2023) malam.
Sementara itu, Anies Baswedan saat menyampaikan testimoni pada peluncuran buku Tetralogi Transformasi AHY menyampaikan bahwa dirinya mengenal sosok Agus sejak masih di militer dan banyak berdiskusi bersama. Anies menilai, Agus mempunyai rasa memiliki akan negeri Indonesia sehingga persoalan dan masalah yang ada selalu mencari solusi terbaik.
”AHY memiliki kemampuan untuk mendengarkan. Ketika dia berkeliling ke wilayah dan bertemu rakyat, maka AHY selalu mengutip hasil pertemuan tersebut. Kutipan itu dia sampaikan dalam berbagai kesempatan,” ujarnya.
Senada, pendiri Foreign Policy Community Indonesia, Dino Patti Djalal, mengatakan, Agus memiliki kemiripan dengan ayahnya. Agus mempunyai idealisme yang sudah ditanamkan di dalam keluarga yang berlatar belakang militer.
Keempat buku itu saya harap bisa mengisi ruang diskusi, termasuk berdemokrasi di negeri kita.
”Saya ingat waktu AHY masuk politik. Saya bicara ke istri saya, ini adalah keputusan besar. Saya katakan, kalau mau masuk ke tahap selanjutnya, AHY harus kalah, babak belur, sakit, dan pernah membuat kesalahan. Karena, tidak akan seseorang jika belum merasakan kekalahan tersebut,” ucapnya.
Spirit transformasi
Melalui keempat buku itu, Agus ingin mengajak para tokoh membahas spirit tentang transformasi Indonesia. Karena itu, selama acara peluncuran buku berlangsung, tidak ada pembicaraan mengenai politik kontestasi dengan sejumlah petinggi parpol yang hadir. ”Kami tidak berbicara tentang koalisi. Kita tahan dahulu pembicaraan tentang koalisi, termasuk tentang pemilu,” kata Agus.
Agus mengaku senang dan berbahagia karena banyak yang hadir dalam peluncuran bukunya. ”Tadi ada Mbak Puan Maharani walaupun tidak bisa mengikuti acara sampai dengan selesai karena ada kegiatan lain, tetapi tetap menyampaikan langsung ucapan selamat. Para sahabat dan para pemimpin partai politik juga sebagian hadir, termasuk juga ada teman-teman dari mahasiswa, akademisi, pimpinan redaksi media, dan para pengamat,” ucapnya.
ADRYAN YOGA PARAMADWYA
Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Puan Maharani (kedua dari kanan) berpamitan dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (kanan) seusai konferensi pers di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (18/6/2023).
Puan Maharani memang tidak mengikuti acara itu hingga selesai. Meski pamit terlebih dahulu, Puan berharap akan ada pertemuan berikutnya dengan Agus. ”Bisa aja dalam waktu dekat kita cari kesempatan apakah itu informal atau formal, saya selalu melakukan silaturahmi,” katanya.
Sekitar 30 menit sebelum peluncuran buku berlangsung, Agus bertemu dengan Puan dan sejumlah tokoh politik lain yang hadir. Puan mengungkapkan, pertemuan itu hanya membicarakan seputar buku dan ulang tahun Agus saja. Tidak ada pembicaraan yang berkaitan dengan kontestasi politik.
Puan juga hadir untuk menyampaikan ucapan selamat ulang tahun kepada Agus. Menurut dia, dalam usia yang tergolong masih muda, yakni 45 tahun, Agus telah banyak memberikan dedikasi kepada bangsa dan negara.