Lulus Pendidikan, 214 Prajurit Bergabung ke Kopassus
Selain menambah pasukan, Kopassus diharapkan terus meningkatkan kemampuan sekaligus memodernisasi peralatan khusus milik pasukan elite tersebut.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN, EDNA CAROLINE PATTISINA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah mengikuti pendidikan selama tujuh bulan, sebanyak 214 anggota TNI Angkatan Darat dinyatakan lulus menjadi prajurit Komando Pasukan Khusus atau Kopassus. Para prajurit itu diharapkan akan memperkuat satuan elite TNI AD tersebut. Meski begitu, TNI AD diingatkan bahwa penambahan pasukan juga harus disertai peningkatan kemampuan prajurit serta moderninasi alat persenjataan.
Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Mayor Jenderal (TNI) Deddy Suryadi mengungkapkan, Pendidikan Komando 107 tahun 2023 diikuti 232 prajurit yang terdiri dari 54 perwira, 88 bintara, dan 90 tamtama. Namun, hanya 214 prajurit TNI AD yang berhasil lulus hingga tahap akhir pendidikan.
”Kalian harus mampu mempertahankan diri dari berbagai tekanan. Saya tegaskan lagi, pendidikan komando bukanlah akhir perjuangan, tetapi justru langkah awal kalian untuk berkarya dan mengabdi kepada TNI, bangsa, dan negara,” ujar Deddy, menyampaikan harapan, saat menutup pendidikan komando di Pantai Permisan, Cilacap, Jawa Tengah, Senin (7/8/2023).
Dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas, Selasa (8/8/2023), Deddy juga menyampaikan harapan prajurit komando yang baru lulus pendidikan termotivasi untuk memberikan pengabdian terbaik di satuan khusus. Sebab, mereka telah menerima brevet dan mengikrarkan janji prajurit komando.
Para prajurit baru Kopassus, lanjut Deddy, telah melalui tiga tahapan pendidikan yang terbagi menjadi tahap basis, tahap hutan gunung, dan tahap rawa laut. Tahap basis merupakan ilmu dasar yang wajib dimiliki prajurit komando, baik secara perorangan maupun kelompok. Para prajurit diharapkan mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat baik dalam kondisi stres maupun lelah.
Adapun tahap gunung hutan mengaplikasikan semua materi teknik dan taktik yang diterima prajurit sewaktu tahap basis. Tahapan ini menempa para prajurit untuk mampu bertahan di berbagai medan dan cuaca ekstrem hingga kekuatan tekad dalam mempertaruhkan nyawa.
Penambahan kekuatan juga harus dibarengi dengan peningkatan kemampuan personel serta modernisasi peralatan khusus Kopassus.
”Tahap basis diakhiri dengan uji kompetensi komando (UKK) dan tes psikologi khusus, sedangkan tahap gunung hutan ditutup dengan long march siang dan malam dari Bandung ke Cilacap. Jaraknya 455 kilometer dengan 10 titik perhentian,” ucap Deddy.
Rangkaian pendidikan ditutup dengan tahap rawa laut yang menuntut prajurit untuk menghadapi gelombang, arus, dan pasang surut air laut serta lumpur daerah rawa hingga sungai. Seluruh tantangan harus dilalui prajurit dengan kombinasi teknik dan taktik khusus.
Secara terpisah, analis militer dari Semar Sentinel, Fauzan Malufti, mengatakan, penambahan kekuatan juga harus dibarengi dengan peningkatan kemampuan personel serta modernisasi peralatan khusus Kopassus. Ini karena pasukan komando masih sangat relevan dalam peperangan modern.
”Yang terkini, saat perang Rusia-Ukraina. Pasukan khusus dari kedua belah pihak berperan penting, khususnya dalam penyusupan ke garis belakang pertahanan musuh untuk menyabotase dan membunuh target bernilai tinggi seperti komandan lapangan,” katanya.
Pasukan khusus juga turut serta dalam pengintaian dan pengumpulan data intelijen. Data itu dimanfaatkan untuk memandu serangan artileri dan pesawat nirawak (drone) yang diluncurkan prajurit kawan. Berbagai misi pasukan khusus, kata Fauzan, umumnya sama sejak dulu, tetapi pemanfaatan teknologinya kian berkembang.
Oleh karena itu, Kopassus hingga pasukan khusus TNI lainnya dinilai penting untuk terus berlatih dengan pasukan khusus negara lain dalam rangka mengukur kemampuan secara langsung. Merujuk catatan Kompas, kiprah Kopassus mulai disejajarkan dengan pasukan khusus dunia lainnya sejak keberhasilan saat membebaskan sandera penumpang pesawat Garuda ”Woyla” dalam operasi di Bandara Don Muang, Thailand, tahun 1981.