Enam Pesawat Nirawak Anka Turkish Aerospace Bakal Dirakit di Indonesia
Anka merupakan salah satu pesawat nirawak yang dikembangkan oleh Turkish Aerospace, perusahaan badan usaha milik negara Turki. Dalam waktu dekat, enam unit Anka akan tiba di Indonesia.
Oleh
IQBAL BASYARI, dari ISTANBUL, TURKI
·3 menit baca
ISTANBUL, KOMPAS — Indonesia akan segera menerima pesanan pesawat nirawak Anka yang diproduksi oleh Turkish Aerospace. Sebanyak enam unit Anka yang dibuat di Turki akan segera dikirim ke Indonesia, sedangkan enam unit lainnya akan dirakit di Indonesia bersama PT Dirgantara Indonesia melalui transfer teknologi.
Presiden dan CEO Turkish Aerospace Temel Kotil mengatakan, Turkish Aerospace dan Indonesia telah menandatangani pembelian 12 unit pesawat nirawak Anka. Dalam kontrak disepakati enam unit Anka yang pertama diproduksi di Turki, sedangkan enam unit Anka yang kedua akan dirakit di Indonesia bersama PT Dirgantara Indonesia melalui program transfer teknologi. Namun, ia enggan mengungkap nilai kontrak pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) tersebut.
”Dalam kontrak disebutkan demikian (transfer teknologi) karena kami ingin mendukung Indonesia agar mampu membangun alutsista semacam ini,” kata Kotil saat ditemui di sela International Defence Industry Fair (IDEF) 2023 di Istanbul, Turki, Kamis (27/7/2023).
Anka merupakan salah satu pesawat nirawak yang dikembangkan oleh Turkish Aerospace, perusahaan badan usaha milik negara Turki. Anka pertama kali mengudara pada 16 Juli 2010. Pesawat nirawak ini memiliki daya tahan hingga 30 jam yang bisa terbang hingga ketinggian 30.000 kaki serta memiliki daya jangkau lintasan sekitar 250 kilometer.
Pesawat nirawak Anka dapat digunakan untuk berbagai peran, pengawasan, akuisisi target dan pengintaian, serta misi serangan. Untuk itu, Anka dibekali sejumlah sensor, di antaranya intelijen, pengawasan, dan pengintaian; penargetan; serangan udara ke darat; pengawasan maritim; perlindungan perbatasan dan pesisir; relai komunikasi; serta peperangan elektronik dan kecerdasan sinyal.
Anka merupakan salah satu produk dari Turkish Aerospace yang disebut sangat sukses. Selain digunakan oleh Turki, Anka juga diekspor ke sejumlah negara lain, yakni Tunisia, Kazakhstan, Angola, Indonesia, Malaysia, Kirgistan, dan Chad. Di Turki, Anka telah digunakan lebih dari 180.000 jam operasi untuk operasi keamanan tanah air dan maritim.
Kotil menuturkan, saat ini pembuatan enam unit Anka untuk Indonesia masih dilakukan di hanggar Turkish Aerospace yang berada di Ankara. Perkembangan terbaru, mesin Anka segera tiba pada Agustus mendatang sehingga pembuatannya bisa segera diselesaikan dan dikirimkan ke Indonesia. ”Indonesia merupakan pasar yang sangat penting bagi kami,” ujarnya.
Wakil Presiden Eksekutif Divisi Helikopter Turkish Aerospace Mehmet Demiroglu menambahkan, pihaknya belum memiliki data mengenai usia pakai Anka karena produk ini tergolong masih cukup baru. Namun, sama seperti pesawat lainnya, usia pakai Anka diperkirakan 30 tahun jika perawatannya dilakukan dengan baik.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat membuka IDEF 2023 mengatakan, Turki menuai kesuksesan dalam industri pertahanan beberapa tahun terakhir. Turki mampu memproduksi berbagai alutsista, seperti kendaraan lapis baja, meriam, roket, sistem pertahanan udara, termasuk sistem radar yang telah teruji di wilayah konflik. Capaian itu membuat Turki mampu memenuhi hampir semua kebutuhan perang darat, laut, dan udara dari industri pertahanan domestik.
”Kami termasuk salah satu dari tiga negara teratas di dunia dalam teknologi pesawat nirawak dan bersenjata. Turki juga merupakan salah satu dari sepuluh negara yang membuat kapal perangnya sendiri,” ujar Presiden Erdogan.
Adapun beberapa alutsista termutakhir di antaranya TCG Anadolu yang diklaim sebagai kapal unmanned aerial vehicle (UAV) pertama di dunia yang kini digunakan Angkatan Laut Turki. Selain itu, ada pesawat tempur tak berawak Kizilelma, serta pesawat tempur generasi kelima bernama KAAN produksi Turkish Aerospace.
Presiden Erdogan menuturkan, Turki menjadi pemain penting dalam ekspor alutsista ke sejumlah negara. Hal itu ditunjukkan dalam capaian ekspor produk industri pertahanan selama 2022 yang mencapai 4,4 miliar dollar AS. Sementara dalam enam bulan pertama di 2023, nilai ekspor mencapai 2,3 miliar dollar AS dari target tahun ini 6 miliar dollar AS.
”Kami tidak hanya menjual produk, tetapi juga mengembangkan kemitraan jangka panjang dan mengembangkan proyek bersama. Kami senang untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman kami di bidang industri pertahanan untuk kepentingan teman-teman kami,” ujar Presiden Erdogan.