Dampingi Ganjar, Kumpulan Relawan Nilai Andika Perkasa Bisa Selesaikan Persoalan Geopolitik Nasional
Mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Andika Perkasa digadang-gadang pantas jadi calon wapres Ganjar Pranowo. Ia dinilai tepat memperkuat Indonesia selesaikan soal geopolitik nasional meski harus perkuat basis massanya.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kumpulan relawan yang mendukung Mantan Panglima TNI, Andika Perkasa mendeklarasikan dukungannya agar ia maju sebagai calon wakil presiden mendampingi Ganjar Pranowo, calon presiden PDI-P dan sejumlah partai politik lainnya. Kehadiran Andika dinilai dapat memperkuat dan menyelesaikan persoalan geopolitik nasional. Namun, ada pengamat yang menilai, Andika butuh waktu untuk perkuat basis massanya yang masih kecil.
Para relawan yang tergabung dalam Barisan Rakyat Andika Perkasa Indonesia atau Bara Api menyatakan dukungannya pada mantan Panglima TNI, Jenderal TNI (Purn) Andika Perkasa. Ia digadang-gadang mampu menjadi calon wakil presiden (cawapres) mendampingi calon presiden (capres) Ganjar Pranowo yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDI-P.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Ketua Umum Bara Api Adi Kurniawan mengatakan, situasi sekarang menuntut agar kalangan militer yang pantas menjadi cawapres Ganjar. Sebab, tokoh berlatar belakang militer dapat menuntaskan persoalan geopolitik internasional.
Selain berdasarkan rekam jejaknya, Andika dinilai sebagai sosok yang baik. “Andika Perkasa adalah sosok yang bersih, beliau tidak memiliki cacat hukum, beliau tidak pernah melakukan kasus-kasus dalam bentuk apa pun,” kata Adi di Jakarta, Selasa (11/7/2023).
“Andika Perkasa adalah sosok yang bersih, beliau tidak memiliki cacat hukum, beliau tidak pernah melakukan kasus-kasus dalam bentuk apa pun”
Adi menambahkan, Andika merupakan tokoh militer berprestasi dan humanis. Ia berhasil mengubah wajah institusi TNI yang bersahabat bagi masyarakat. Hal itu cocok dengan Ganjar yang dinilai merakyat.
Meski demikian, Adi mengakui pernah bertemu, tetapi tak berkomunikasi dengan Andika terkait keinginan mantan panglima TNI itu menjadi cawapres Ganjar. Deklarasi ini bentuk inisiatif para relawan sebagai masyarakat.
“Saya siap ditugaskan apa saja maupun tidak ditugaskan. Saya siap membantu, saya siap melaksanakan”
Sebelumnya, Andika mengapresiasi seluruh pihak yang menilainya pantas menjadi cawapres. Namun, penunjukan seorang individu sebagai capres dan cawapres adalah kewenangan partai politik. Bahkan, ada yang menyebut Andi Perkasa bisa menjadi Ketua Tim Sukses Kemenangan Ganjar Pranowo.
“Saya siap ditugaskan apa saja maupun tidak ditugaskan. Saya siap membantu, saya siap melaksanakan,” ujar Andika di Jakarta, Rabu (4/6/2023).
Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto pernah mengatakan bahwa Andika termasuk salah satu nama yang masuk radar bakal cawapres Ganjar. Walau ia turut mengapresiasi nama kandidat capres lain, yakni Anies Rasyid Baswedan dan Prabowo Subianto, tetapi ia tetap mendukung Ganjar secara personal (Kompas.id, 8/7/2023).
Kurang basis massa
Menanggapi hal ini, Peneliti di Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Firman Noor, mengatakan dalam beberapa tahun belakangan ini, Andika memang digadang-gadang jadi tokoh nasional. Namun, ketika selesai menjabat sebagai Panglima TNI, Firman menilai bahwa Andika terlalu profesional untuk membangun suatu basis massa karena selama ini ia dikenal sebagai sosok yang selama ini banyak mengurusi ketentaraan.
“Berbeda dengan beberapa jenderal karena masa tugasnya sedikit lebih panjang, dia sempat bersentuhan lebih lama dengan masyarakat, kemudian punya basis massa yang lebih banyak”
“Berbeda dengan beberapa jenderal karena masa tugasnya sedikit lebih panjang, dia sempat bersentuhan lebih lama dengan masyarakat, kemudian punya basis massa yang lebih banyak,” tutur Firman.
Setelah masa tugas selesai, Andika juga tak banyak terlibat dalam kegiatan masyarakat. Hal ini tentu menimbulkan konsekuensi tersendiri. Karena tak berasal dari kalangan partai politik, waktu yang tersisa dinilai tak cukup untuk menarik perhatian publik.
“Dia enggak punya basis massa yang jelas karena memang tidak sempat membangun basis massa yang betul-betul kokoh, mengakar,” kata Firman.
"Membangun jejaring relawan berskala nasional yang militan dan disiplin tetap membutuhkan waktu"
Selain itu, waktu yang ada tak cukup untuk membentuk basis massa guna menyongsong Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Hal itu membutuhkan banyak pendanaan dan logistik untuk merebut hati masyarakat.
Relawan Andika saat ini juga dinilai kalah kuat dengan jejaring relawan lainnya, seperti Relawan Pro Jokowi (Projo) dan Relawan Ganjar Pranowo (GP). Sebab, membangun jejaring relawan berskala nasional yang militan dan disiplin tetap membutuhkan waktu.
Kiprah Andika di akar rumput masih kalah bersaing dibandingkan dengan mantan panglima TNI lainnya, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo. Firman menilai, basis massa Gatot lebih luas ketimbang Andika karena sempat bersentuhan dengan masyarakat.
Antisipasi pakta pertahanan AS-PNG
Sebelumnya, beberapa tokoh nasional juga disebut-sebut mendukung Andika berpasangan dengan Ganjar karena sosok kemiliterannya yang dinilai memiliki ketegasan, disiplin dan akan memperkuat Ganjar jika menjadi Presiden RI mendatang. Salah satunya, Guntur Soekarno, putra sulung Presiden Soekarno, dan beberapa tokoh lainnya.
"Amerika Serikat misalnya membangun kekuatan militer dan pakta pertahanan bersama dengan Papua Niugini, yang berada di sebelah Papua, rumah kita sendiri. Apa yang harus dilakukan oleh pemerintah? Tantangan seperti ini mengharuskan Ganjar didampingi tokoh militer yang kuat untuk menghadapinya, bukan militer yang cuma mengurusi para aktivis menegakkan demokrasi sebelum reformasi dahulu," ujar seorang tokoh lainnya, beberapa waktu lalu.
Ia merujuk situs Voice of America (VOA) Mei 2023 lalu yang memberitakan kerja sama AS dan PNG menandatangani pakta pertahanan kedua negara untuk atasi kebijakan politik luar negeri China. Dengan kerja sama tersebut, AS memiliki akses di PNG mencegah infiltrasi China melalui berbagai akses seperti pelabuhan dan perbatasan yang nota bene berbatasan dengan Indonesia.