Berkorban Kerbau di Kudus, Anies Coba Dekati Ceruk Pemilih Jawa
Anies Baswedan, bakal capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, memilih Kudus untuk melaksanakan ibadah kurban. Dalam konteks Pilpres 2024, hal ini menjadi upaya mendekatkan diri dengan pemilih di wilayah Jawa.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Bakal calon presiden yang diusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan atau KPP, Anies Rasyid Baswedan, berkurban kerbau di Kudus, Jawa Tengah. Langkah itu diambil karena dia ingin menghormati kearifan lokal dan tradisi panjang akulturasi budaya di Kudus. Namun, pengamat menilai Anies juga ingin merebut hati basis pemilih Jawa.
Langkah Anies melaksanakan kurban di Kudus diapresiasi pihak Masjid Menara Kudus karena dinilai memahami kearifan lokal yang bersumber pada akar budaya.
Peneliti Politik BRIN Aisah Putri berpandangan, berkurban di Kudus bisa membawa simbol tertentu jika dikaitkan dengan agenda pilpres.
Dalam pemilu presiden, pemilih Jawa selalu menjadi kelompok yang menentukan dalam pemilu yang jumlahnya besar.
Mantan Gubernur DKI yang sedang menjalankan ibadah haji di tanah suci Mekkah, Arab Saudi itu memilih lokasi kurban di Masjid Al Aqsha Menara Kudus. Hewan kurban berupa seekor kerbau itu diterima oleh takmir masjid Gus Ahmad Arinal Haq atau dikenal sebagai Gus Ari.
Dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas, Sabtu (1/7/2023), Gus Ari mengungkapkan, Kudus merupakan daerah yang memiliki tradisi panjang akulturasi budaya dan kearifan lokal di Indonesia. Sunan Kudus yang menjadi tokoh penting dalam akulturasi tersebut berhasil melakukan pendekatan kebudayaan untuk menyebarkan syiar atau dakwah Islam di wilayah yang saat itu didominasi Hindu.
Sunan Kudus mengajak pengikutnya berkurban kerbau untuk menghormati masyarakat Hindu yang memuliakan sapi sebagai hewan suci. “Betul, beliau (Anies), beberapa hari ini berkoordinasi dengan kami untuk mengirimkan seekor kerbau sebagai hewan kurban,” kata Gus Ari.
Langkah Anies itu diapresiasi pihak Masjid Menara Kudus karena dinilai memahami kearifan lokal yang bersumber pada akar budaya yang telah dipegang teguh dan dijaga ratusan tahun lamanya. Sebelum mengirim hewan kurban, menurut Gus Ari, Anies sempat ta’aruf (berkenalan) dulu. Sehingga, pengiriman kurban sesuai dengan tata cara pelaksanaan kurban di Masjid Menara Kudus.
“Kurban ini kami apresiasi sekaligus menunjukkan bahwa pemahaman beliau tentang akar budaya masyarakat Kudus begitu baik,” imbuhnya.
Gus Ari pun berharap akan ada semakin banyak lagi yang memperhatikan tata cara dan kearifan lokal yang sudah ada. Sehingga, niat baik bisa dibarengi dengan pemahaman tentang tradisi yang hasilnya akan sangat diterima oleh masyarakat.
Peneliti Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional Aisah Putri berpandangan, berkurban di Kudus bisa membawa simbol tertentu jika dikaitkan dengan agenda pemilu presiden ke depan. Dalam konteks elektoral, Anies tampak jelas mendekatkan diri dengan pemilih dan kelompok Islam moderat.
Upaya mendekatkan diri
Tidak hanya dari kurban di Kudus, tetapi dari banyak hal lain seperti menemui kyai-kyai dari kelompok Nahdlatul Ulama, dan tokoh NU Yenny Wahid, anak dari Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid, yang kerap disebut menjadi calon wakil presiden potensialnya.
Berkurban di Kudus bisa membawa simbol tertentu jika dikaitkan dengan agenda pemilu presiden ke depan.
“Hal ini jelas menunjukkan ada itikad baik untuk mendekatkan diri dengan kelompok Islam moderat. Ini menjadi strategi penting bagi Anies dan timnya untuk memenangkan pemilu terutama dengan image yang melekat padanya setelah pilkada 2017. Di mana saat itu, image dirinya lekat dengan kelompok Islam konservatif dan radikal,” terangnya.
Aisah menambahkan, jika melihat sejarah pemilu di Indonesia, citra Anies dari Pilkada DKI Jakarta 2017 tidak menguntungkan. Sebab, berkaca pada situasi Pilpres 2019 citra Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Sandiaga Salahudin Uno juga cenderung lekat dengan kelompok Islam konservatif yang berujung pada kekalahan. Situasi serupa pun bisa berulang pada Anies jika masih merepresentasikan Islam kanan.
“Oleh karena itu, ini adalah upaya Anies untuk memperluas sayap dukungan dengan mendekatkan diri pada kelompok Islam moderat,” jelasnya.
Selain itu, dia juga menduga Anies sedang berupaya mendekatkan diri pada pemilih Jawa. Sebab, dalam pemilu presiden, pemilih Jawa selalu menjadi kelompok yang menentukan dalam pemilu yang jumlahnya besar. Dalam pilpres ke depan, Anies juga merasa perlu mendekatkan diri dengan kelompok pemilih Jawa, karena pemilih ini cenderung sudah menjadi basis massa bakal capres lainnya.
“Apalagi, dalam beberapa kali isu identitas Jawa-Arab kemudian menjadi pembahasan dan Anies juga sempat menyatakan diri sebagai Jawa tulen untuk menegaskan diri,” katanya.
Anies juga beberapa kali melakukan kunjungan ke daerah Jawa dan memiliki banyak posko relawan di daerah tersebut. Ini menunjukkan bahwa aspek kelompok pemilih Jawa menjadi penting baginya, yang menjadi kelompok kunci yang ingin didekati.