Perjumpaan-perjumpaan Rival Politik di Tanah Suci yang Menyejukkan
Setelah perjumpaan tak disengaja antara Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, Anies bertemu pula dengan Puan Maharani di Tanah Suci. Rivalitas dalam politik tidak memutus tali silaturahmi.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·4 menit baca
Sejumlah elite politik yang berbeda sikap dalam menghadapi Pemilihan Presiden 2024, berjumpa di sela ibadah haji, di Tanah Suci. Meski tak disengaja, perjumpaan demi perjumpaan yang kemudian disiarkan ke publik di Tanah Air itu, menyejukkan. Suasana sejuk diharapkan bisa mengalir ke akar rumput dan berlangsung hingga terpilih pemimpin baru di 2024.
Kamis (29/6/2023) malam, waktu Arab Saudi, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang juga Ketua DPR, Puan Maharani, bertemu mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, di sela-sela ibadah haji, di Mina, Arab Saudi. Pertemuan berjalan santai. Bahkan, Puan dan Anies sempat berfoto bersama didampingi pasangan masing-masing.
Melalui keterangan tertulis, Jumat (30/6), Puan mengungkapkan, pertemuan dirinya dengan Anies merupakan bagian dari silaturahmi. ”Silaturahmi harus terus selalu dijaga, kapan pun, di mana pun, apalagi, di Tanah Suci,” ujarnya.
Menurut Ketua DPP PDI-P Said Abdullah yang ikut mendampingi Puan sekeluarga beribadah haji, pertemuan Puan dengan Anies tersebut tidak direncanakan. Kala itu, keduanya tengah beristirahat seusai berkegiatan panjang, lebih tepatnya seusai Puan melempar jumrah kedua dari Mina.
”Beliau berdua saling bercakap-cakap santai, saling mendoakan. Apalagi, Mbak Puan seusai lempar jumrah sebagai simbol telah mengusir hawa jahat, membuahkan tali silaturahmi” ujar Said saat dihubungi Kompas dari Jakarta.
Said berharap, pertemuan antara Puan dan Anies ini bisa menciptakan kondisi politik Tanah Air menjadi lebih sejuk, lebih asyik dan tanpa ketegangan. Tidak ada satu pun yang menginginkan suasana Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 penuh ketegangan, seperti yang terjadi pada pilpres sebelumnya. ”Saatnya memberi teladan kepada rakyat, bahwa perbedaan pilihan politik tidak lantas membuat sesama kita saling memutuskan silaturahmi, apalagi saling bermusuhan,” ujar Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR ini.
Seperti diketahui, Puan dan Anies berbeda sikap dalam menghadapi Pilpres 2024. Puan sebagai bagian dari PDI-P telah memutuskan mengusung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden (capres). Adapun Anies diusung sebagai bakal capres oleh Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang merupakan koalisi Partai Demokrat, Nasdem, dan Partai Keadilan Sejahtera.
Tiga hari sebelumnya, persisnya pada Senin (26/6), Ganjar juga berjumpa dengan Anies, di Istana Jamuan Tamu Raja, di Mina. Perjumpaan ini terungkap dari foto yang dikirimkan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa.
Sehari setelah pertemuan, Suharso menceritakan, tidak sengaja melihat Ganjar dan Anies. Sebelum ia menghampiri dan berfoto bersama keduanya, ia melihat dari kejauhan, Ganjar dan Anies mengobrol akrab. Ia pun tidak mau kehilangan momen bersejarah tersebut, lalu bergerak menghampiri keduanya. ”Indonesia mesti melihat ini,” kata Suharso mengulangi ucapannya kepada Ganjar dan Anies.
Berteman lama
Ia menambahkan, baik Ganjar maupun Anies saat itu hanya berkata singkat, yakni bahwa mereka sudah berteman sejak menjadi mahasiswa di Universitas Gadjah Mada (UGM), Daerah Istimewa Yogyakarta. Mereka pun tertawa dan tidak keberatan saat Suharso mengajak berfoto bersama. Seusai berfoto, Suharso mendoakan keduanya agar menjadi haji mabrur sebelum meninggalkan keduanya.
Saat ditanya terkait pertemuan Ganjar dan Anies, Said Abdullah membenarkan pertemuan keduanya tanpa direncanakan sebelumnya. Menurut dia, pertemuan Ganjar dan Anies, lalu Anies dan Puan, wajar saja terjadi karena semua sama-sama tengah melaksanakan ibadah haji. Terlebih, panitia haji menempatkan para tokoh tersebut masuk dalam kategori very important person (VIP).
”Kondisi inilah yang memudahkan pertemuan keduanya. Mohon doanya, pertemuan tokoh-tokoh bangsa ini membawa kebaikan ke depan,” ucap Said.
Senada dengan Said, Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra memandang positif perjumpaan Ganjar dan Anies, serta Anies dan Puan, di Tanah Suci. Menurut dia, pertemuan tersebut bisa menjadi pengingat bagi bangsa bahwa perbedaan sikap dan pilihan politik tidak berarti membuat para tokoh tidak berkomunikasi, apalagi bermusuhan.
”Semoga bisa menjadi teladan bagi masyarakat di akar rumput,” kata Herzaky.
Keinginan bertemu
Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes melihat, saat ini, terlihat semacam kesadaran baru pada level elite politik. Ada upaya pendinginan suhu politik dari elite untuk membuat pemilu berjalan dalam damai dan kompetisi berjalan sehat. Hal ini tampak dari keinginan para elite untuk bertemu, baik sekadar silaturahmi hingga membahas topik-topik yang berat seperti kemungkinan bekerja sama menghadapi 2024.
Di tengah kompetisi politik yang diprediksi bakal ketat dan sengit, apalagi melihat elektabilitas tiga bakal capres, yakni Anies, Ganjar, dan Prabowo Subianto (bakal capres Partai Gerindra) yang tak terpaut jauh berbasis hasil survei sejumlah lembaga, tidak mudah untuk mewujudkan perjumpaan-perjumpaan itu. Sebab, partai ataupun kandidat diyakini akan menggunakan modal-modal kampanye yang mengkritik atau mengomparasikan capaian-capaian antarkandidat. ”Itu yang membuat ketika, misalnya, suatu kandidat menyampaikan komparasi pencapaian politik, sering kali di level masyarakat membuat kompetisi semakin kuat,” ujarnya.
Dengan tak mudahnya perjumpaan antarelite yang berbeda sikap, ketika mereka berjumpa, patut diapresiasi.
”Saya kira komitmen para elite ini yang perlu dijaga untuk menciptakan kondusivitas di pemilu. Saya kira masing-masing di antara mereka punya kesadaran menghadirkan kampanye berkualitas dan harus diikuti pula oleh pendukungnya. Meskipun itu tentu tidak mudah karena dalam situasi kompetitif, pertarungan narasi dan capaian itu pasti akan terjadi,” tambah Arya.
Pesan yang dibawa dari perjumpaan demi perjumpaan elite itu pun diharapkan bisa mengalir ke akar rumput, khususnya pendukung setiap capres. Dengan demikian, perbedaan pilihan politik yang merupakan sebuah keniscayaan, tak sampai mengoyak persaudaraan di antara anak bangsa.