Nyonya Iriana Jokowi menyampaikan permainan ular naga, engklek, dan congklak perlu kembali dibudayakan. Permainan itu kembali dimainkan Nyonya Iriana bersama para siswa di SD Negeri 4 Manukaya, Bali.
Oleh
NINA SUSILO
·2 menit baca
"Ular naga panjangnya, bukan kepalang. Berjalan-jalan selalu kian kemari. Umpannya lezat, itulah yang dicari, ini dianya yang terbelakang."
Nyonya Iriana, Nyonya Wury, serta para istri Menteri Kabinet Indonesia Bersatu kembali ke masa kecil. Dengan berdiri saling berhadapan dan berpasangan, seperti dilakukan Nyonya Iriana dan Nyonya Wury, mereka saling menggenggam tangan satu sama lain dengan tubuh agak dicondongkan ke depan hingga menyerupai kerangka pintu. Di deretan selanjutnya diisi oleh para istri menteri Kabinet Indonesia Bersatu yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM) dengan cara yang sama.
Sementara anak-anak sekolah berjalan melintasi bagian bawah rangkaian tangan berjalin tersebut. Mereka bermain ”Ular Naga” dengan gembira. Keceriaan pun menular.
Para anggota OASE KIM, Jumat (9/6/2023), memainkan permainan tradisional bersama siswa-siswa Sekolah Dasar Negeri 4 Manukaya, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Bukan hanya permainan ular naga, ada juga permainan congklak, bola bekel, dan engklek. Nyonya Iriana pun ikut melompat-lompat di kotak engklek seperti mengenang masa kecilnya.
Permainan tradisional ini mungkin mulai tergerus oleh permainan-permainan modern berbasis gawai. Akibatnya, anak-anak semakin mager alias malas gerak.
Iriana pun berharap permainan tradisional bisa kembali merakyat dan menjadi favorit anak-anak Indonesia. ”Ya, harus dilanjutkan terus untuk kegiatan ini, enggak boleh punah. Jadi dari tingkat SD, PAUD, sudah diperkenalkan mainan tradisional,” tuturnya dalam keterangan seusai kegiatan.
Kunjungan kerja anggota OASE KIM diawali dengan perjalanan dari Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, dengan Pesawat Boeing TNI AU 737-400.
Setibanya di Bali, rombongan langsung menuju ke SDN 4 Manukaya, Gianyar, untuk demo Gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), berolahraga bersama, dan memainkan sejumlah permainan tradisional bersama siswa. Adapun agenda berikutnya, Jumat malam, menghadiri Parade Perempuan Berkebaya Adat Bali di Bali Art Center, Kota Denpasar.
Di SDN 4 Manukaya, Nyonya Iriana dan rombongan disambut tari puspanjali yang dibawakan oleh anak-anak taman kanak-kanak (TK). Setelahnya, di lapangan sekolah, demo Gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) diikuti 30 orang siswa TK PWP Widya Santhi.
Di lapangan sekolah, para anggota OASE KIM juga bersama-sama senam sekolah sehat bersama sekitar 100 anak SD dari Provinsi Bali. Iriana tampak bersemangat mengikuti setiap gerakan senam yang dipandu oleh dua orang siswa SD.
Setelah senam, barulah permainan tradisional dimainkan bersama. Permainan tradisional yang mengutamakan gerak dan kegembiraan bersama serta hidup sehat diharap semakin membudaya.
Direktur Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Hasbi yang juga hadir menyampaikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan diharapkan dapat menjadi pendorong bagi para siswa untuk memiliki budaya sehat yang lebih baik.
”Di sini ada praktik cuci tangan pakai sabun yang merupakan budaya untuk hidup bersih dan sehat, kemudian kita juga memiliki beberapa permainan, ada sepit-sepitan, kemudian ada engklek, ada congklak, ada bola bekel untuk memperbanyak aktivitas fisik peserta didik yang nantinya akan mampu menjadi budaya sehat di sekolah maupun di luar,” tambahnya.