Mustofa Sam, Keliling Menghidupkan Kembali Dolanan Tradisional
Mustofa Sam melalui Kampoeng Dolanan berusaha melestarikan permainan tradisional yang berfilosofi luhur dengan harapan berdampak positif terhadap perjalanan kehidupan setiap orang.
”Mainmu kurang jauh” menjadi sindiran bagi siapa pun yang dianggap berpandangan sempit. Artinya, bermain atau dolan penting bagi hidup seseorang. Inilah yang diperjuangkan Mustofa Sam dengan menghidupkan kembali permainan tradisional.
Melalui dolanan, seseorang belajar disiplin, taat aturan, berbagi, kerja sama, ikhlas, menerima, berbesar hati, bahagia, jujur, diplomasi, memimpin, mengikuti, dan sederet lema lainnya tentang kebaikan hidup.
Mustofa Sam (31) memercayai permainan tradisional bisa mengembalikan memori kolektif anak-anak dan masyarakat terhadap nilai-nilai luhur kehidupan. Ia teringat pesan dosen semasa kuliah, yakni jadilah pahlawan hidup yang dimulai dari lingkungan sendiri. Pesan dan kesadaran itu yang mendorongnya menginisiasi Kampoeng Dolanan di Jalan Kenjeran Gang 4C Simokerto, Surabaya, Desember 2016, saat merasa ”terpaksa” menjadi pengurus karang taruna.
”Menginisiasi Kampoeng Dolanan tidak sulit, tetapi juga tidak mudah karena sebelumnya pengalaman dalam pendampingan program masyarakat,” kata Mustofa saat hendak mendampingi pelatihan di Rumah Batik Surabaya, Jalan Putat Jaya Barat 8B, Jumat (11/3/2022). Bangunan bertingkat itu direnovasi dari sebelumnya berupa bar dan kafe hiburan bagian dari kompleks lokalisasi Jalan Jarak atau Dolly yang telah ditutup sejak 2014.
Selepas kuliah pada 2012, Mustofa terlibat dalam gerakan inspiring youth education yang salah satu sasaran lokasi programnya kawasan lokalisasi Dolly. Ketika Dolly ditutup, Mustofa melalui Yayasan Gerakan Melukis Harapan bertanggung jawab untuk pendampingan dalam bidang pendidikan dan usaha mikro kecil menengah (UMKM).
”Sejak 2016 saya melepaskan diri dari yayasan karena mendapat tugas untuk mendorong karang taruna sehingga bulan Desember menginisiasi Kampoeng Dolanan,” kata Mustofa, lulusan 2009 Teknik Elektronika Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS). Kegiatan awalnya ialah menghidupkan kembali permainan tradisional dengan mengenalkannya kepada anak-anak.
Ide menghidupkan Kampoeng Dolanan ternyata mendapat dukungan baik. Masyarakat Simokerto membuat, mencari, membeli, dan menyerahkan berbagai alat atau kelengkapan dolanan. Karambol, dakon, lompat tali karet, gatrik, kelereng, egrang, bakiak, gambaran, bola, dan banyak lagi untuk kemudian dimainkan bersama anak-anak yang ternyata membawa kegembiraan.
Gerakan itu kemudian dia perluas dengan kampanye di Jalan Tunjungan pada momen hari bebas kendaraan bermotor setiap hari Minggu. Dari Simokerto, mereka menumpang angkutan kota (lyn) sambil membawa sejumlah permainan tradisional. Di Jalan Tunjungan, semua permainan digelar, dikenalkan dan dimainkan bersama pengunjung, dan yang utama menceritakan filosofi atau nilai-nilai kebaikan dalam dolanan.
Penting
Dakon, misalnya, bukan sekadar dikenal di Indonesia, melainkan juga di Afrika dengan jumlah lubang 38. Di Nusantara, dakon atau congklak punya 16 lubang, termasuk 2 lubang besar. Dalam dakon, pemain mengisi lubang sendiri dan milik lawan kecuali lubang besar lawan dengan biji. Menurut Mustofa, filosofi permainan dakon ialah tujuh lubang melambangkan kesempurnaan yang harus selalu diisi kebaikan. Lubang besar ialah tabungan kebaikan. Lubang milik lawan kecuali yang besar tetap diisi sehingga bermakna memberi.
”Lubang besar lawan tidak diisi karena untuk mengajari lawan agar menabung kebaikan. Sementara lubang kecil milik lawan diisi karena dalam kehidupan kita pada prinsipnya berbagi,” ujar Mustofa yang juga lulusan desain grafis PKBPI (Pendidikan Keahlian Bina Profesi Indonesia).
Demikian pula dalam setiap permainan, menentukan pihak yang ”jadi” atau yang memulai misalnya dengan hompimpa atau suit. Pihak yang ”jadi” harus legawa atau menerima. Itulah keikhlasan. Seseorang yang kalah dan menerima juga bermakna keikhlasan atau berbesar hati.
Permainan lain, mengejar layangan putus. Kerap terjadi seseorang mendapat bagian benang, sedangkan orang lain memegang layangan. ”Untuk menentukan siapa yang berhak mendapat utuh atau sebagian saja berarti berdiplomasi. Jika tidak terjadi masalah, berarti ada keikhlasan dan penerimaan,” kata Mustofa, penerima penghargaan Pemuda Pelopor 2017 dari Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Surabaya.
Masih soal layangan putus, lanjut Mustofa, saat mengejar, seseorang bisa begitu fokus, mengabaikan atau malah tidak merasa sakit ketika kaki, misalnya, terluka pecahan beling atau tertusuk duri. Rasa sakit baru terasa setelah selesai mengejar lalu tergopoh-gopoh mengobati. Dari sisi positif, sikap itu memunculkan karakter fokus pada tujuan atau visi.
Nilai-nilai kebaikan hidup lainnya, menurut Mustofa, kelahiran Bangkalan (Pulau Madura), 2 Mei 1991, ini juga bisa didapat dan diselami dari berbagai permainan tradisional. Sejak menginisiasi Kampoeng Dolanan, Mustofa dan sukarelawan mengidentifikasi setidaknya ada 500 permainan tradisional. Sebesar 60 persen adalah dolanan tanpa alat, sedangkan 40 persen dengan alat.
Meluas
Sulung dari dua bersaudara pasangan Sudarsono-Hoszaimah ini kemudian mendorong Kampoeng Dolanan meluas ke Surabaya. Mustofa membawa gerakan Kampoeng Dolanan ke kampus-kampus untuk mendapat sukarelawan dan sejumlah sekolah. Di SD Negeri Mojo 3, diwujudkan pojok dolanan melengkapi pojok baca. Muncul perubahan positif pada siswa: patuh terhadap waktu (disiplin) serta berani mengingatkan jika ada kesalahan.
Kampoeng Dolanan juga membuat kartu permainan matematika. Kartu seperti domino dan remi, tetapi berisi materi matematika telah rutin dimainkan oleh murid dan guru SD Negeri Sidotopo 4. Para murid yang kepincut permainan terkadang berusaha memecahkan soal-soal yang notabene belum diajarkan, misalnya geometri dan aljabar. ”Permainan kartu matematika memicu anak-anak menjadi lebih cerdas,” kata Mustofa yang terus mendorong dolanan sebagai bagian dari kurikulum pendidikan.
Selain sekolah dan ruang publik, gerakan dolanan juga dibawa ke kampung-kampung lainnya di Surabaya. Setelah itu, ke Lumajang, Banyuwangi, atau keliling Jatim. Mustofa kerap bersepeda motor sendiri sambil membawa beberapa permainan tradisional untuk dikenalkan lagi hingga ke Jawa Tengah dan Jawa Barat.
”Pernah saya dikasih dua egrang ketika ke Jogja untuk dibawa pulang, ternyata repot sekali bawanya sambil sepeda motoran,” kata Mustofa mengenang dan tertawa.
Pernah juga dijalani 1.000 kilometer dari Jatim ke Bali untuk kampanye dolanan. Dalam perjalanan, ketika mendapati penjual mainan tradisional, Mustofa akan berhenti dan membeli. Mainan-mainan itu kemudian dibagikan saat kampanye dolanan di tempat lain. Langkah Mustofa itu tertular dari orang lain, misalnya Zaini Alif, pendiri Komunitas Hong di Bandung yang juga bergerak dalam pelestarian permainan tradisional.
Keikhlasan mendorong pelestarian permainan tradisional membuat Mustofa mendapat apresiasi dari masyarakat. Pada 2015 dan 2017, Mustofa dianugerahi penghargaan Muda Tapi Luar Biasa dari Radio Suara Surabaya. Pada 2017 sebagai Pemuda Pelopor dari Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Surabaya. Pada 2019, Mustofa mengabadikan salah satu capaian dalam pendampingan UMKM, yakni peluncuran buku Jarwo Susanto, Si Anak Dolly.
Mustofa masih terus mendorong pengelolaan Kampoeng Dolanan sehingga membesar. Tanggung jawab sebelumnya, yakni mendampingi sejumlah UMKM, juga masih dilakukan. Semua itu, mungkin ketaatannya dalam prinsip hidup, yakni bermanfaat bagi sesama.
Biodata
Nama : Mustofa Sam
Lahir : Bangkalan, 2 Mei 1991
Pengalaman :
-Yayasan Gerakan Melukis Harapan
-Desain, Penulis, Periklanan, dan Pemberdayaan Masyarakat (2015-kini)
-Perencanaan Strategis UMKM (2015-kini)
-Ketua Kampoeng Dolanan Surabaya (2016-kini)
Penghargaan :
-Muda Tapi Luar Biasa 2015 dan 2017 Radio Suara Surabaya
-Pemuda Pelopor 2017 Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Surabaya
- Buku Jarwo Susanto, Si Arek Dolly, 2019
Pendidikan :
-SD Negeri Simokerto IV Surabaya
-SMP Dapena 1 Surabaya
-SMA Negeri 7 Surabaya
-D-1 Desain Grafis PKBPI
-D-3 Teknik Elektronika PENS