Kala Jokowi Menjawab Ihwal Cawe-cawe di Depan Megawati
Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri mencolek Presiden Joko Widodo saat ia diminta menjawab lebih dulu pertanyaan ihwal cawe-cawe politik.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO, KURNIA YUNITA RAHAYU
·3 menit baca
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri (tengah) didampingi bakal calon presiden dari PDI-P Ganjar Pranowo (kanan) hadir dalam pembukaan Rakernas III PDI-P di Sekolah Partai PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta, Selasa (6/6/2023).
Tidak seperti biasanya, Rapat Kerja Nasional atau Rakernas III PDI-P digelar secara tertutup di Sekolah Partai, Jakarta Selatan, Selasa (6/6/2023). Agenda yang dibuka untuk publik hanya ketika menyanyikan lagu ”Indonesia Raya”, pembacaan teks Pancasila, serta menyanyikan mars dan himne PDI-P. Rentetan acara mulai dari pidato politik Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri hingga sambutan Presiden Joko Widodo tertutup rapat dari pantauan media.
Saat rangkaian pembukaan usai sekitar dua jam kemudian, barulah sejumlah elite PDI-P menyampaikan keterangan pers. Selama konferensi pers berlangsung, Megawati duduk diapit Presiden Jokowi dan Gubernur Jawa Tengah yang juga bakal calon presiden (capres) PDI-P, Ganjar Pranowo. Ketua DPP PDI-P yang juga anak kandung Megawati, Puan Maharani, dan Prananda Prabowo yang turut dalam konferensi pers duduk berjejer di sebelah kanan Jokowi.
Sejumlah pertanyaan disampaikan wartawan kepada Megawati, tak terkecuali perihal sikap Jokowi yang akan cawe-cawe dalam kontestasi politik 2024. Baik Megawati maupun Jokowi ditanya apakah dalam rapat tertutup itu Megawati sempat menegur Jokowi karena telah menyatakan akan cawe-cawe dalam politik.
Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan didampingi bakal calon presiden dari PDI-P Ganjar Pranowo (kanan) hadir dalam pembukaan Rakernas III PDI-P di Sekolah Partai PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta, Selasa (6/6/2023).
Pertanyaan itu sontak membuat Presiden Jokowi tersenyum. Ihwal cawe-cawe bermula dari kritik sejumlah pihak lantaran Presiden mengumpulkan enam ketua umum parpol pendukung pemerintah di Istana Merdeka, Jakarta, 2 Mei lalu. Sejumlah pihak menuding Jokowi terlalu cawe-cawe atau mencampuri urusan politik praktis.
Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla, misalnya, menilai Jokowi terlalu jauh melibatkan diri dalam perpolitikan. Indikasi cawe-cawe disebut terlihat dari upaya Presiden mengatur koalisi dan memberikan sinyal dukungan kepada tokoh potensial capres tertentu.
Namun, kemudian pada 29 Mei, di hadapan pemimpin redaksi sejumlah media massa di Istana Kepresidenan, Jakarta, Presiden menjelaskan, cawe-cawe yang dimaksud adalah untuk kepentingan negara.
Meski sudah dijelaskan, sikap Presiden yang memilih cawe-cawe tetap mendapat kritik dari sejumlah elite parpol. Tak hanya elite dari parpol nonpemerintah, seperti Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera, sejumlah elite Partai Nasdem yang saat ini masih berada di barisan parpol pendukung pemerintah juga turut mengkritik pilihan politik Jokowi itu.
KOMPAS/NIKOLAUS HARBOWO
Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri diapit Presiden Joko Widodo dan bakal capres dari PDI-P Ganjar Pranowo saat memberikan keterangan pers terkait penyelenggaraan Rakernas III PDI-P di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Selasa (6/6/2023).
Ada banyak kekhawatiran yang muncul ketika Jokowi menyampaikan akan cawe-cawe. Mulai dari kemungkinan intervensi instansi pemerintah dan penyelenggara pemilu hingga ketidaknetralan aparat kepolisian dan TNI di pemilu nanti. Situasi ini dinilai akan berimplikasi buruk bagi demokrasi. Padahal, sebagai elemen negara, mereka harus bersikap netral dan tidak condong memenangkan calon presiden ”jagoan” dari Presiden Jokowi.
Ketika giliran menjawab persoalan cawe-cawe itu, Megawati langsung menyerahkan mikrofon kepada Jokowi. Namun, Jokowi dengan tersenyum meminta Megawati menjawabnya terlebih dahulu. Megawati lantas mencolek badan Jokowi sambil tertawa.
Megawati kemudian meminta wartawan mengulangi pertanyaan. Setelah mendengarnya kembali, Megawati mulai menjawabnya dengan nada tinggi. ”Wartawan itu kenapa suka nakal, sih? Pikirannya itu menurut saya, kok, gimana ya, nanti kalau dibilang yang lebih lugas, ngamuk. Gitu,” ujarnya.
Pilpres bisa berjalan dengan baik tanpa ada riak yang membahayakan negara dan bangsa. Masa (kalau ada) riak-riak yang membahayakan bagi negara dan bangsa, terus saya disuruh diam? Ya, enggaklah.
Menurut Megawati, Presiden tidak bisa ditekan-tekan oleh siapa pun dalam menentukan pilihan. Begitu pula Megawati, ia mengaku tidak pernah menekan Presiden. ”Makanya, kan, ngapain saya tekan Presiden?Lho, itu yang harus bisa dibedakan, lho. Saya ini orang taat aturan,” ucapnya.
Setelah Megawati selesai berbicara, giliran Jokowi menjawab pertanyaan wartawan. Ia memulainya dengan menepis berbagai tuduhan dan spekulasi yang ada. Menurut dia, semua langkah yang diambilnya terkait perpolitikan nasional belakangan ini murni dalam rangka memastikan situasi nasional tetap kondusif dan damai, khususnya menjelang Pilpres 2024.
”Pilpres bisa berjalan dengan baik tanpa ada riak yang membahayakan negara dan bangsa. Masa (kalau ada) riak-riak yang membahayakan bagi negara dan bangsa, terus saya disuruh diam? Ya, enggaklah,” kata Presiden.
Ia mengatakan, sudah menjadi kewajiban moral dan tanggung jawabnya sebagai presiden untuk memastikan transisi kepemimpinan pada 2024 ini berjalan dengan baik dan damai. Dengan begitu, visi kepemimpinan nasional serentak bisa dijalankan.
DOKUMENTASI DPP PDI-P
Presiden Joko Widodo menggandeng Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri saat pembukaan Rakernas III PDI-P di Sekolah Partai PDI-P, Jakarta, Selasa (6/6/2023).
”Saya sampaikan bahwa menjadi kewajiban moral, menjadi tanggung jawab moral saya sebagai presiden dalam masa transisi kepemimpinan nasional di 2024, harus menjaga agar visi kepemimpinan nasional serentak, bisa berjalan dengan baik, tanpa ada riak-riak yang membahayakan negara dan bangsa,” tuturnya.
Dimanfaatkan pihak lain
Seusai pembukaan rakernas, Sekretaris DPD PDI-P Kepulauan Riau Lis Darmansyah mengungkapkan bahwa persoalan cawe-cawe ini sempat dijelaskan di hadapan para kader dalam pertemuan tertutup. Ia menyampaikan, Presiden sempat mengatakan soal cawe-cawe justru dimanfaatkan oleh pihak lain untuk bisa meraih popularitas.
”Iya, beliau (Jokowi), kan, nyindir gitu. Kata beliau, ’Kalau orang memanfaatkan situasi ini, seolah-olah saya ini cawe-cawe’,” kata Lis menirukan penjelasan Jokowi.
Padahal, kata Jokowi sebagaimana disampaikan Lis, sikapnya tidak perlu diragukan lagi. Sebab, sebagai kader PDI-P, Jokowi tahu bagaimana harus bersikap.
Presiden Joko Widodo dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo sewaktu diwawancarai setelah melaksanakan shalat Idul Fitri di Masjid Raya Sheikh Zayed Surakarta, Kota Surakarta, Jateng, Sabtu (22/4/2023).
”Beliau (Jokowi) menyampaikan, di saat beliau sebagai presiden, kan, beliau ini sebagai pejabat publik. Tetapi, beliau tahu di mana beliau berasal. Itu Pak Jokowi yang ngomong. Artinya, Pak Jokowi beri sinyal, tidak usah meragukan sayalah. Karena saya bisa memosisikan diri saya itu siapa. Kira-kira begitu,” ungkap Lis.
Dalam rapat tertutup itu, lanjutnya, Jokowi menyampaikan pandangan dan juga strategi untuk memenangkan Ganjar. Jokowi meminta PDI-P menjadikan Ganjar tidak hanya dimiliki oleh PDI-P, tetapi juga milik masyarakat umum dan semua partai politik.