Ucapkan Selamat Waisak, Presiden Jokowi Ungkap Keramahan Sambut Para Biksu ke Borobudur
Penerimaan hangat dan ramah bagi sejumlah biksu dari sejumlah negara yang menuju Borobudur disampaikan Presiden Jokowi saat mengucapkan selamat memperingati hari raya Waisak bagi umat Buddha di tahun ini.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO, NINA SUSILO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo menyampaikan ucapan selamat memperingati hari raya Waisak bagi umat Buddha. Perjalanan sejumlah biksu dari sejumlah negara menuju Candi Borobudur di Provinsi Jawa Tengah pun disampaikan Kepala Negara melalui unggahan di media sosial resminya.
”Kepada saudara-saudaraku umat Buddha, selamat memperingati Hari Raya Waisak. Semoga semua makhluk berbahagia,” kata Presiden Joko Widodo melalui akun Instagram resminya, Minggu (4/6/2023).
Kepada saudara-saudaraku umat Buddha, selamat memperingati hari raya Waisak. Semoga semua makhluk berbahagia.
Pada unggahannya, Kepala Negara menuturkan, sejumlah biksu dari sejumlah negara berjalan kaki menempuh ribuan kilometer menuju Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. ”Para biksu ini melakukan ritual Tudhong dari Thailand, Malaysia, Singapura, sampai ke Indonesia dan mendapatkan penerimaan yang hangat dan ramah di sepanjang jalan,” ujar Presiden Jokowi.
Dalam pesan Waisak 2567 TB/2023, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Sangha Agung Indonesia Bhikkhu Khemacaro Mahathera menuturkan, Buddha mengajarkan praktik cinta kasih dan kasih sayang. Buddha juga mengajarkan perasaan senang melihat kebahagiaan orang lain, serta keseimbangan batin yang dikembangkan ke segala penjuru dan kepada semua makhluk secara luas, luhur, tanpa batas, tanpa permusuhan, dan tanpa niat buruk.
Siswa Buddha hendaknya mengembangkan keharmonisan dalam diri, keharmonisan dalam keluarga, dan keharmonisan dalam bermasyarakat. ”Setelah keharmonisan dalam diri sendiri dan keluarga dikembangkan, kita perlu mengembangkan keharmonisan dalam bermasyarakat,” kata Khemacaro.
Keharmonisan dalam bermasyarakat, menurut Khemacaro, dapat dicapai dengan mengembangkan Tri-Kerukunan Umat Beragama sebagai wujud toleransi dalam beragama. ”Kerukunan dalam internal umat beragama, kerukunan di antara umat beragama, serta kerukunan antara umat beragama dan pemerintah adalah perwujudan kebersamaan dalam perbedaan yang merupakan implementasi nyata dari semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya.
Harmonis dalam kemajemukan yang diajarkan Buddha mengarah pada pencapaian damai dalam diri, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan damai dalam bernegara. Keharmonisan dalam bermasyarakat sangat penting dalam mewujudkan negara yang damai. Negara yang damai akan menunjang pada terwujudnya masyarakat yang sejahtera. ”Hal ini selaras dengan program pemerintah dewasa ini, untuk mewujudkan pelaksanaan moderasi beragama,” kata Khemacaro.
Khemacaro pun mengajak seluruh umat Buddha bersama mewujudkan keharmonisan dalam bermasyarakat demi terwujudnya negara yang damai tersebut. ”Hidup harmonis dengan tanpa permusuhan, tanpa kekerasan, tanpa menyakiti, dan tanpa perselisihan. Serta menyadari bahwa sesungguhnya kita semua bersaudara, kita pada hakikatnya satu, kita Indonesia, kita Pancasila,” ujarnya.
Hidup harmonis dengan tanpa permusuhan, tanpa kekerasan, tanpa menyakiti, dan tanpa perselisihan. Serta menyadari bahwa sesungguhnya kita semua bersaudara, kita pada hakikatnya satu, kita Indonesia, kita Pancasila.
Ajakan mengaktualisasikan ajaran Buddha Dharma di dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa serta perdamaian bangsa, pun menjadi materi yang diunggah akun Instagram resmi Sekretariat Wakil Presiden. Ucapan selamat memperingati hari trisuci Waisak 2567 BE (Buddhist Era) pun disampaikan bagi seluruh umat Buddha di Tanah Air. (CAS/INA)