Elektabilitas Gerindra pada survei ”Kompas” Mei 2023 melonjak jadi 18,6 persen, naik 4,3 poin dari survei pada Januari 2023.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO, KURNIA YUNITA RAHAYU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Partai Gerindra dalam Survei Litbang Kompas Mei 2023 mengalami kenaikan elektabilitas tertinggi dibandingkan partai politik lainnya. Hal ini dinilai elite Gerindra antara lain sebagai buah dari performa positif Ketua Umum Partai Gerindra sebagai Menteri Pertahanan sekaligus karena kerja-kerja elektoral kader Gerindra.
Survei Litbang Kompas pada 29 April hingga 10 Mei 2023 menunjukkan Partai Gerindra meraih elektabilitas 18,6 persen atau kedua tertinggi setelah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang mendapat elektabilitas 23,3 persen. Namun, raihan elektabilitas Gerindra pada survei kali ini melonjak tinggi dari survei pada Januari 2023 yang tercatat 14,3 persen.
Dengan begitu, Gerindra mendapat kenaikan elektabilitas 4,3 poin, melebihi kenaikan elektabilitas dari parpol lain. Beberapa partai politik lain mengalami kenaikan elektabilitas berada dalam kisaran 0,1 sampai 1,6 poin. Adapun margin of error dalam survei ini +/- 2,83 persen.
Peneliti Senior Litbang Kompas, Yohan Wahyu, di Jakarta, Selasa (23/5/2023), menuturkan, kenaikan elektabilitas Gerindra terutama disumbang dari wilayah Jawa dan Sulawesi. Di survei Januari 2023, elektabilitas Gerindra di Jawa mencapai 45,9 persen dari total responden yang memilih Gerindra. Angka ini kemudian naik di survei Mei 2023 yang mencapai 48,2 persen.
Sementara di Sulawesi pada survei Januari 2023, persentase elektabilitas mencapai 8,7 persen naik di survei di Mei 2023 menjadi 10,7 persen. ”Dengan basis pemilih nasional lebih banyak di Jawa, kenaikan elektabilitas di wilayah ini tentu memberikan efek pada kenaikan elektoral secara nasional,” kata Yohan.
Wakil Ketua Umum Gerindra Habiburokhman saat dihubungi di Jakarta, Selasa, mengapresiasi hasil survei Litbang Kompas tersebut. Apalagi, jika ditilik, elektabilitas Gerindra saat ini sudah bisa melebihi hasil survei Kompas pada Oktober 2022, yakni 16,2 persen.
”Tinginya elektabilitas Gerindra menambah semangat kami untuk memastikan kemenangan Pak Prabowo menjadi Presiden dan Gerindra menguasai 120 kursi Parlemen (dari total 580 kursi DPR),” ujar Habiburokhman.
Habiburokhman menduga penyebab utama tingginya elektabilitas Gerindra adalah performa luar biasa Prabowo selaku Menteri Pertahanan. Publik, menurut dia, melihat ada perbaikan yang sangat signifikan di sektor pertahanan. Alhasil, publik mengapresiasinya dan berdampak pada elektoral partai.
Selain itu, kader Gerindra terutama yang ada legislatif memang diminta untuk all out bekerja melayani rakyat di daerah masing-masing. Mereka bukan saja harus merumuslan kebijakan pro-rakyat di ruang sidang, melainkan harus hadir di tengah-tengah masyarakat dan memberikan bantuan yang dibutuhkan. ”Ke depan, kami akan terus maksimalkan kerja-kerja politik kami,” ujarnya.
Secara terpisah, Wakil Ketua Dewan Pembina DPP Partai Gerindra Desmond Junaidi Mahesa menambahkan, kenaikan elektabilitas Gerindra ini diduga juga ikut diakibatkan atas perubahan penilaian masyarakat kepada Prabowo. Prabowo belakangan ini terus menampilkan wajah dan pernyataan yang sejuk meski ada ”gonjang-ganjing” politik. Alhasil, hal ini diyakini mendorong masyarakat untuk memilih Gerindra dan Prabowo.
”Jadi, itu mungkin salah satu membuat partai kami dan elektabilitas Prabowo semakin naik karena tidak masuk dalam ranah-ranah konflik. Jadi, kami jaga betul,” kata Desmond.
Peningkatan elektabilitas Gerindra ini juga diyakini karena Prabowo bisa dekat dengan tokoh mana pun. Tidak ada sekat pembatas, mulai dari Prabowo dengan Presiden Joko Widodo, Prabowo dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, hingga Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.
”Karena yang selalu dipesankan oleh Pak Prabowo dan apa yang dilakukan oleh Pak Prabowo tidak membawa pengaruh buruk. Yang ada bahwa Pak Prabowo bertemu apa adanya, didukung terima kasih, tidak didukung orang, ya tetap saja kami jalan,” ujar Desmond.
Yang perlu dipahami, kata Desmond, apa yang terjadi saat ini adalah publik akan menilai partai bukan sekadar berkuasa, melainkan sejauh mana bisa bersama-sama memperbaiki Republik ini. Jadi, jika partai bisa mengajak publik bersama-sama memperbaiki Republik ini, ia meyakini partai itu akan mendapat penilaian positif dari publik.