Di Tengah Dinamika Peta Politik, Gerindra-PKB Klaim Tetap Solid
Pasangan bakal capres dan cawapres dari koalisi Gerindra dan PKB masih akan dibahas Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa mengklaim solid dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya. Dua partai itu kini juga dalam komunikasi yang intens dengan Golkar yang berpotensi bergabung dalam koalisi. Jika Golkar betul bergabung, pengamat melihat potensi masalah baru yang muncul dalam koalisi itu.
”Kami (PKB dan Gerindra) semakin solid. Kini, tim sekretariat bersama juga sedang merumuskan strategi, visi, program, dan rencana kegiatan ke depan,” ujar Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKB Daniel Johan saat dihubungi di Jakarta, Kamis (27/4/2023).
Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR), lanjut dia, juga tidak terpengaruh dengan dinamika yang terjadi di partai pendukung pemerintah lainnya. Hal ini seperti ditetapkannya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden (capres) dari PDI-P dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang juga melakukan hal serupa.
Gerindra dan PKB terus fokus dalam merumuskan hal-hal yang diperlukan oleh KKIR. Selain itu, kata Johan, KKIR juga berpotensi ketambahan Partai Golkar. Sebab, komunikasi Gerindra dan PKB dengan Golkar berlangsung intens dan serius.
”Sejauh ini, komunikasi intens yang menunjukkan keseriusannya untuk bergabung itu Partai Golkar,” ucap Johan.
Adapun Golkar tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama Partai Amanat Nasional (PAN) dan PPP. Dinamika yang sedang terjadi di KIB, menurut Johan, merupakan persoalan internal koalisi itu. ”Kami lihat saja nanti KIB-nya seperti apa,” tuturnya.
Bergabungnya Golkar dalam KKIR dapat memicu masalah baru, yakni dalam penentuan bakal cawapres. Sebab, PKB terlebih dahulu mengincar kursi bakal cawapres untuk mendampingi Prabowo.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman membenarkan Gerindra dan PKB kini sangat solid dalam koalisi. Paduan dua partai itu sudah lebih dari cukup untuk mengajukan capres dan cawapres.
”Untuk pasangan bakal capres dan cawapresnya akan diputuskan dan diumumkan Pak Prabowo (Ketua Umum Partai Gerindra) serta Gus Muhaimin (Ketua Umum PKB),” katanya.
Selain itu, KKIR bersilaturahmi dengan partai lainnya sebagai ikhtiar untuk menyamakan frekuensi dan memperbesar koalisi.
Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin, bergabungnya Golkar dalam KKIR dapat memicu masalah baru, yakni dalam penentuan bakal cawapres. Sebab, PKB terlihat terlebih dahulu mengincar kursi bakal cawapres untuk mendampingi Prabowo.
”Jadi dinamikanya nanti ada pada penentuan bakal cawapres. Baik PKB maupun Golkar tentu saja mengincar kursi bakal cawapres untuk masing-masing ketua umumnya,” ujarnya.
Dengan demikian, skema bergabungnya Golkar ini peluangnya hanya 50 persen. Sebab, ada skema lain yang dapat dilakukan Golkar, yakni mengusung Ganjar.
Dinamika yang kini terjadi di partai pendukung pemerintah lainnya dinilai berdampak pada KKIR. Sebab, wacana koalisi besar yang merupakan gabungan KKIR dan KIB kian kecil peluangnya untuk terbentuk.
”Mengecilnya peluang koalisi besar tentu saja berdampak pada Gerindra-PKB. Mereka kehilangan simpul suara yang besar,” katanya.