Partai Demokrat Tak Merasa Anas Urbaningrum sebagai Ancaman
Selasa siang, Anas Urbaningrum keluar dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat, untuk menjalani masa cuti menjelang bebas. Partai Demokrat tak merasa terancam dengan munculnya kembali Anas.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Partai Demokrat tidak merasa terancam dengan munculnya kembali Anas Urbaningrum di publik. Anas hanya dianggap sebagai bagian dari masa lalu Demokrat. Namun, terlepas dari itu, Demokrat patut pula mengantisipasi apabila Anas memanfaatkan momentum politik menjelang Pemilihan Presiden 2024 untuk ”menekan” Demokrat dan Koalisi Perubahan.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP Partai Demokrat Andi Arief saat dihubungi di Jakarta, Selasa (11/4/2023), mengatakan, Demokrat tidak melihat Anas sebagai sebuah ancaman. Demokrat hanya akan takut pada ancaman rakyat.
”Kalau ancaman tokoh-tokoh yang tidak puas dari mantan-mantan pemimpin Demokrat, itu dinamika biasa,” ujar Andi.
Pada Selasa siang Anas keluar dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat, untuk menjalani masa cuti menjelang bebas. Sebelumnya, eks Ketua Umum Demokrat itu menjalani hukuman penjara sejak 24 September 2014 karena tersandung kasus korupsi proyek Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sarana Olahraga di Hambalang, Bogor, pada 2010.
Kalau ancaman tokoh-tokoh yang tidak puas dari mantan-mantan pemimpin Demokrat, itu dinamika biasa.
Menanggapi bebasnya Anas, Andi menyampaikan, semua orang mempunyai masa kelam. Namun, masih ada waktu untuk memperbaiki diri kemudian hari.
Lingkungan politik akan menjadi salah satu yang menentukan. Semoga lingkungan politik setelah keluar dari (Lapas) Sukamiskin yang menjadi pilihan adalah yang bersih hati, pikiran, dan tindakan.
”Lingkungan politik akan menjadi salah satu yang menentukan. Semoga lingkungan politik setelah keluar dari (Lapas) Sukamiskin yang menjadi pilihan adalah yang bersih hati, pikiran, dan tindakan,” tutur Andi.
Andi pun menyarankan Anas agar meminta maaf secara terbuka kepada Ketua Majelis Tinggi Susilo Bambang Yudhoyono dan seluruh kader Demokrat yang hampir karam saat dipimpinnya. ”Mungkin di situlah hati yang bersih akan muncul,” ucapnya.
Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng pun menyampaikan bahwa Demokrat tidak pernah khawatir atas kemunculan kembali Anas di publik. Menurut dia, biarlah saat ini setiap pihak fokus mengurusi partainya masing-masing. Sebagaimana telah diberitakan, Anas disebut-sebut bakal merapat ke Partai Kebangkitan Nusantara.
”Jadi, kenapa mesti takut? Masing-masing partai urus partai masing-masing. Lagi pula, kalau sudah keluar dari Demokrat, kan, bukan lagi urusan Partai Demokrat,” ujar Andi Mallarangeng.
Momentum politik
Peneliti di Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Noory Okthariza, meyakini, Anas pasti mengikuti setiap perkembangan politik dari balik penjara setidaknya 1-2 tahun belakangan ini. Kini, Anas pun keluar dari balik jeruji besi bertepatan dengan momentum politik.
Sebagai seorang politisi, apalagi pernah menjabat sebagai ketua umum, Anas diyakini sadar betul bagaimana memanfaatkan momentum politik secara maksimal. Saat ini, setidaknya yang terlihat adalah dua kutub.
Nah, sebagai seorang yang sadar bahwa momentum politik itu penting dan di dalam politik yang sekarang itu katakanlah ada kutub A dan kutub B, pasti dia harustake side. Dia tidak mungkin bersikap netral atau di tengah-tengah, karena kalau di tengah-tengah, keuntungannya untuk dia apa? Dia, kan, tidak ada kursi, tidak ada kekuasaan, tidak ada akses apa pun.
Pertama, koalisi besar yang disebut-sebut menggabungkan antara Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Artinya, jika terbentuk, koalisi besar ini akan terdiri dari Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Kedua adalah Koalisi Perubahan untuk Persatuan, yang di dalamnya terdapat Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
”Nah, sebagai seorang yang sadar bahwa momentum politik itu penting dan di dalam politik yang sekarang itu katakanlah ada kutub A dan kutub B, pasti dia harustake side. Dia tidak mungkin bersikap netral atau di tengah-tengah, karena kalau di tengah-tengah, keuntungannya untuk dia apa? Dia, kan, tidak ada kursi, tidak ada kekuasaan, tidak ada akses apa pun,” kata Noory.
Yang namanya politik, kan, ’siapa pun lawan bersama, kita jadi kawan’. Bersatu atas nama kepentingan. Nah, di sini yang pasti kelabakan, menurut saya, Demokrat dan Koalisi Perubahan untuk Persatuan.
Menurut Noory, dinamika politik ke depan semakin menarik dicermati. Kemunculan Anas sangat mungkin dimanfaatkan oleh siapa pun yang berkepentingan, entah itu pihak hasil Kongres Luar Biasa Partai Demokrat di Deli Serdang yang dipimpin Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko ataupun pihak lawan politik dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan.
”Yang namanya politik, kan, ’siapa pun lawan bersama, kita jadi kawan’. Bersatu atas nama kepentingan. Nah, di sini yang pasti kelabakan, menurut saya, Demokrat dan Koalisi Perubahan untuk Persatuan,” ucap Noory.
Kehadiran Anas patut diantisipasi oleh Demokrat ataupun Koalisi Perubahan untuk Persatuan karena ternyata pengaruhnya masih besar. Sebagaimana diketahui, Anas merupakan seorang aktivis dan mantan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
”Jadi, lagi-lagi, dia (Anas), kan, seorang politisi. Meski hak politik dicabut, tetapi, kan, dia bisa bebas untuk ber-statement, mengeluarkan pendapat. Nah, itu yang menurut saya lebih rawan mungkin dibaca buat orang-orang yang tidak suka dengan Anas,” tutur Noory.