Airlangga: Tanda Zaman Berlanjut dari ”Merah” ke ”Kuning”
Di Pasar Murah Projo, Airlangga disambut dengan nuansa kuning. Airlangga melihatnya sebagai pertanda keberlanjutan dari merah ke kuning. Menurut pengamat, kehadiran Airlangga upaya tingkatkan daya tawar sebagai cawapres.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Ketua Umum Partai GolkarAirlangga Hartarto mengomentari pemilihan warna latar belakang panggung yang berwarna kuning saat menghadiri acara pasar murah yang diselenggarakan Relawan Pro Jokowi atau Projo. Hal ini dianggap Airlangga sebagai pertanda keberlanjutan zaman dari ”merah” ke ”kuning”.
Di Pasar Murah yang diadakan Relawan Projo, Airlangga Hartarto disambut dengan nuansa kuning.
Airlangga menyebut bahwa kedekatan Partai Golkar dan Projo bukanlah sebuah sinyal, melainkan gelombang.
Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS Arya Fernandes menilai, pergerakan Airlangga untuk memperbesar potensinya sebagai bakal cawapres.
”Lebih senang lagi karena backdrop (latar belakang) Projo siang hari ini warnanya kuning. Ini merupakan tanda-tanda zaman keberlanjutan merah ke kuning,” ujar Airlangga dalam sambutannya di Stadion Mini Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu (8/4/2023).
Ucapan itu sontak disambut tawa riang dan tepuk tangan kader Partai Golkar, relawan Projo, dan ibu-ibu yang hadir. Dalam acara itu tampak Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi, Wakil Ketua Umum Golkar Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Bupati Tangerang Ahmad Zaki Iskandar.
Di latar belakang panggung terpasang spanduk berwarna kuning yang memuat gambar dua pasang ketupat yang mengapit tulisan tajuk acara, yakni Pasar Murah Projo. Pada bagian kiri atas terdapat logo Projo dan Komite Rakyat Nasional Jokowi berwarna merah.
Warna kuning yang dimaksud Airlangga identik dengan identitas Partai Golkar yang berwarna kuning. Tidak diketahui warna merah yang dimaksud merujuk pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sebagai partai pemenang Pemilu 2019 atau relawan Projo.
Pada kesempatan itu, Airlangga juga mengungkit nomor 4 yang merupakan nomor urut Partai Golkar sebagai peserta Pemilu 2024, itu sebagai empat metode untuk menekan inflasi pusat. Pada poin keempat, dia mengubah diksinya dari ”komunikasi yang efektif” menjadi ”komunikasi seperti Projo”.
”Yang keempat komunikasinya seperti Projo, komunikasi yang efektif. Memang yang empat-empat itu saya paling suka,” ucap Airlangga yang juga menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Prekonomian.
Kalau bagi Pak Presiden Jokowi cocok, kami juga cocok. Hal terpenting adalah demi membangun bangsa, semua pihak harus dilibatkan.
Seusai acara, Airlangga pun menyebut bahwa kedekatan Partai Golkar dan Projo bukanlah sebuah sinyal, melainkan gelombang. Ini karena, menurut dia, diksi sinyal terlalu kecil untuk mengungkapkan kedekatan keduanya.
Pada saat itu Budi Arie juga merespons bahwa Projo dan Airlangga memiliki kecocokan, apalagi ketika diikat dalam koalisi besar. Meskipun demikian, Arie enggan menyebut secara gamblang bahwa dukungan Projo diberikan kepada Airlangga.
”Kalau bagi Pak Presiden Jokowi cocok, kami juga cocok. Hal terpenting adalah demi membangun bangsa, semua pihak harus dilibatkan,” tuturnya.
Dalam Musyawarah Rakyat yang diadakan oleh Projo beberapa waktu lalu, nama Airlangga mendominasi untuk dicalonkan sebagai bakal calon presiden. Airlangga unggul di atas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.
Meskipun demikian, penentuan pasangan calon dukungan Projo akan ditentukan pada puncak Musyawarah Rakyat, 21 Mei 2023, di Istora Senayan, Jakarta. Menurut Arie, pasangan bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden pilihan Jokowi akan mendapat dukungan penuh dari Projo.
Tingkatkan daya tawar
Menurut Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Center for Strategic International Studies (CSIS) Arya Fernandes, pergerakan Airlangga hanya untuk memperbesar potensinya sebagai bakal calon wakil presiden. Ketua Umum Partai Golkar itu berupaya membangun hubungan baik dengan Projo sebagai salah satu simpul relawan yang cukup besar.
Kandidat bakal capres saat ini dari sisi elektabilitas, dukungan koalisi, dan penerimaan level elite, kata Arya, sudah mengerucut pada tiga nama. Nama itu di antaranya Ganjar, Prabowo, dan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
”Kalau memang koalisi besar bisa terwujud, saya kira besar peluang untuk menduetkan Prabowo dan Airlangga. Pasangan ini memiliki potensi yang lebih besar ketimbang lainnya,” katanya.
Sebagai informasi, wacana koalisi besar menguat seusai pertemuan lima partai dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) bersama Jokowi. KIB beranggotakan Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sedangkan KIR terdiri atas Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).