Publik masih menilai sosok Wapres Amin kurang menonjol dan kurang maksimal. Namun, peran sebagai wapres ini masih mungkin didongkrak dalam dua tahun terakhir masa pemerintahan Presiden Joko Widodo-Wapres Ma'ruf Amin.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN, IQBAL BASYARI, SUHARTONO
·5 menit baca
Sebagai kiai yang juga Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin ternyata punya seni menginternalisasi nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan pribadi ataupun dalam gaya kepemimpinan. Pemahaman mendalamnya tentang Islam, antara lain, juga terejawantahkan dalam wujud ”berkebun” di kediaman resminya di Jalan Diponegoro, Jakarta.
Setelah perbincangan sekitar satu jam tentang peringatan Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) dan pemaknaannya menuju abad kedua, Wapres mengajak berkeliling sambil melihat ”kebun” mininya, Rabu (1/2/2023).
Di halaman dalam rumah dinasnya yang kadang dipakai menerima tamu-tamu khusus, Wapres berkisah tentang pohon pisang, burung lovebird, hingga tanaman cincau, durian dan anggur, yang ditanamnya. Memang, jika di era Wapres Jusuf Kalla, halaman rumah dinas sarat dengan tanaman berbagai jenis anggrek, kini dominan dengan tanaman kebun.
Sejak ditinggali tak lama setelah dilantik pada 20 Oktober 2019, rumah dinas Wapres yang memang tumbuh subur dengan pohon-pohon besar, seperti mangga dan rambutan, kini makin sesak beragam tanaman kebun pilihan Wapres Amin dan Ibu Wury Ma’ruf Amin.
”Kata Nabi, kalau besok kiamat, kamu tetap tanam pohon. Mau kiamat saja disuruh tanam pohon, apalagi sekarang”
”Kata Nabi, kalau besok kiamat, kamu tetap tanam pohon. Mau kiamat saja disuruh tanam pohon, apalagi sekarang,” ujar Wapres memberi alasan menanam beragam pohon baru di rumah dinasnya.
Di sisi balkon lantai dua di sisi depan ataupun belakang rumah, misalnya, tampak tanaman anggur merambat di banyak pot tanaman. Kala pagi hari, Wapres yang terbiasa berolahraga dengan sepeda statis semakin semangat di bawah rerimbunan tanaman merambat anggur. ”Saya enggak makan anggur, tapi senang lihat buahnya saja. Nggerombol gitu,” tambah Wapres terkekeh.
Tanaman anggur ini memang terasa istimewa karena Wapres juga menanam 25 varietas anggur di rumah kaca di rumah tinggalnya di Tanara, Serang, Banten. Misalnya, Sabtu di saat masih pandemi Covid-19 dua tahun lalu, Wapres sempat membagikan video kegiatannya saat memanen buah anggur yang terlihat ranum bersama Ibu Wury, ditemani anak-cucu.
Dalam video, di rumah kaca di halaman belakang rumah pribadinya itu, Wapres khusus menanam anggur yang bisa dipanen setiap 1,5 bulan. Sebagian dari tanaman yang kini disimpan di polyback halaman rumah dinas, menurut rencana akan dikembangbiakkan di Tanara. ”Kalau lagi kunjungan, saya dan ibu tertarik tanaman kebun yang biasa ditanam di rumah. Kadang dibawakan saat pulang kunjungan atau dikirim,” tambah Wapres semringah.
Sebuah pohon pisang dari Papua, misalnya, disebutnya tengah dicoba diadaptasikan agar bisa tumbuh di halaman rumah dinas. Pohon pisang itu mulai membesar, tetapi nanti akan bisa mencapai 30 meter. ”Pohon raksasa di sini susah (hidup). Tapi, kalau hidup, buahnya hampir kayak orok gitu. Ini sudah agak tinggi sedikit, ditanam di tanah. Nanti di Tanara biar bisa tumbuh 30 meter, ” tutur Wapres terkekeh lagi.
”Pohon raksasa di sini susah (hidup). Tapi, kalau hidup, buahnya hampir kayak orok gitu. Ini sudah agak tinggi sedikit, ditanam di tanah. Nanti di Tanara biar bisa tumbuh 30 meter ”
Tak hanya pisang dari Papua, ada pula pisang kepok dari Kalimantan, pisang lampung, dan pisang dari Sumatera Utara. Selain tanaman pisang dan anggur, Wapres lantas menunjukkan pohon kelengkeng, duku, rambutan, durian, dan mangga. Ketika mangga indramayu-nya sedang berbuah lebat, Wapres akan mengambil galah untuk memetik. ”Saya bisa menikmati di ’kebun’ ini,” ujarnya menunjukkan empat kursi besi putih dengan mejanya di bawah rerimbunan pohon mangga.
Jadi adem
Di antara rimbun pepohonan itu, Wapres juga memelihara aneka satwa, mulai dari ayam pelung, burung lovebird, tekukur, hingga ikan arwana. Wapres bercerita, lovebird yang awalnya hanya delapan ekor telah beranak pinak menjadi 12 dan kini lebih dari 40. Sebagian sudah dipindah ke rumah Ibu Wury di Cimanggis, Depok.
”Seperti di kebun, ya. Enggak nyangka kalau di rumah dinas. Bunga-bunga dan tanaman ini saya yang nyuruh tanam, awalnya kosong”
Kehadiran aneka tanaman, pohon, dan binatang kesayangan memang membuat suasana rumah terasa menyenangkan, apalagi di tengah kota yang padat. ”Seperti di kebun, ya. Enggak nyangka kalau di rumah dinas. Bunga-bunga dan tanaman ini saya yang nyuruh tanam, awalnya kosong,” ucap Wapres yang mengaku menyuruh asisten rumah dinasnya menanam.
Pengamat dan praktisi hutan kota Ismayadi Samsoedin menegaskan, ”kebun” mini yang dihadirkan Wapres di rumah dinasnya akan sangat berdampak positif. Tak hanya bagi Wapres dan keluarga, juga bagi lingkungan di sekitarnya. ”Kebun” mini ini juga akan membawa dampak positif bagi tamu yang berkunjung.
”Orang yang datang tentu akan menikmati kesejukan pepohonan yang dipadukan dengan tanaman hortikultura, seperti pisang dan anggur, sehingga hati menjadi senang dan adem di tengah cuaca panas dan sumpek kota Jakarta,” kata Ismayadi, yang juga Ketua Yayasan Sahabat Pohon.
”Manfaat pohon secara langsung tentu juga untuk menciptakan pemandangan yang indah dan menyejukkan hati bagi penghuninya”
Di samping itu, kehadiran ”kebun” mini juga memberikan jasa terhadap lingkungan. Pepohonan sudah pasti akan mengurangi stres karena berbagai manfaatnya, antara lain sebagai pengendali suhu. Hutan mini di Manggala Wanabakti, misalnya, bisa menurunkan suhu sampai hampir 2 derajat celsius.
Pohon juga berfungsi mengurangi polutan, sebagai penyerap timbal dari polutan kendaraan bermotor yang membuat macet kota Jakarta. ”Manfaat pohon secara langsung tentu juga untuk menciptakan pemandangan yang indah dan menyejukkan hati bagi penghuninya,” ucap Ismayadi.
Di usia Ma’ruf Amin yang pada 11 Maret mendatang 80 tahun, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menyatakan, Wapres Amin yang punya rasa cinta pada lingkungan juga memiliki kesempatan besar menjadikan agama sebagai fondasi perpolitikan di Indonesia.
”Ada kelebihan di figur Wapres, sosok kiai yang ketika berpolitik pun dilandaskan pada nilai kebenaran, nilai keadilan yang menjadi fondasi dasar berpolitik di Republik ini,” ujarnya.
Jika peran Wapres Amin selama kurang lebih tiga tahun terakhir dinilai sudah cukup besar, tentu pada satu tahun lebih lagi perannya bakal jauh lebih banyak lagi, seperti ”kebun” yang tumbuh di halaman rumah dinasnya sekarang,