Kang Hong Kian: Istana di IKN Asalkan Menghadap Ke Selatan, Ciamik….
Karena Indonesia lahir tahun 1945, kalau duduknya di utara menghadap ke selatan. "Jadi, istana negara asalkan menghadap ke selatan, ciamik,” kata Kang.
Oleh
HARYO DAMARDONO, IWAN SANTOSA
·3 menit baca
Tahun 1995, Kang Hong Kian terbang ke Sydney, Australia untuk memenuhi undangan wawancara dengan SBS Australia. Undangan wawancara hingga luar negeri bukan hal luar biasa bagi dirinya. Kang juga pernah diminta berbicara di Belanda hingga Amerika.
Topik wawancara tentu saja terkait feng shui, ilmu yang sudah dikuasainya sejak masih kecil. Ilmu yang sering digunakannya untuk membantu guru-gurunya sejak bangku sekolah.
Setelah wawancara berakhir, Kang diajak keliling Kota Sydney. Kota pesisir itu didirikan pada 26 Januari 1788. Sydney adalah kota yang indah dimana sisi timur dari kota itu menghadap langsung ke laut lepas. Selama puluhan tahun, Sydney juga merupakan salah satu kota di dunia yang layak dihuni.
Usai berkeliling, para pengundang menanyakan kesan Kang terhadap Sydney. “Saya bilang ini aneh, lho. Ini kota sepertinya dibangun dengan konsep feng shui,” ujar Kang. Ternyata, menurut Kang, dia diberitahu kalau ada dua orang ahli feng shui yang membantu perancang kota Sydney.
Kang tidak ingat siapa dua ahli feng shui tersebut. Namun dari sejarah diketahui, Mak Sai Yin, yang lahir di Guangdong, adalah imigran China pertama yang hadir di Sydney pada Februari 1818. Dengan demikian, hanya 30 tahun sejak berdirinya, Sydney telah menerima pendatang-pendatang dari China.
Apakah ada perubahan terhadap feng shui Sydney? Ketika itu, Kang pun menjawab, “tidak ada. Ini masih bagus sekali”. Terlihat dari bahasa tubuhnya saat bercerita, hingga kini, Kang tidak dapat menyembunyikan kekagumannya terhadap Sydney.
Menurut Kang, sebuah kota akan nyaman dihuni dan pekerjanya akan lebih produktif bila didesain serta dibangun dengan memperhatikan prinsip feng shui. Ilmu feng shui dengan demikian tidak hanya dapat diaplikasikan untuk membangun rumah atau gedung.
Terkait pembangunan Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara, Kang berpendapat dari posisinya, orientasi Indonesia sebagai negara adalah utara-selatan. “Jadi, jangan sampai berubah haluan menjadi bukanya ke arah timur. Kalau buka menghadap ke barat, masih oke,” ujar Kang.
Jangan sampai berubah haluan menjadi bukanya ke arah timur.
“Tapi yang paling bagus, karena Indonesia lahir tahun 1945, kalau duduknya di utara menghadap ke selatan. Jadi kalau (dibangun) di Kalimantan, sementara Kalimantan di utara tapi (istana negara) asalkan menghadap ke selatan, ciamik,” kata Kang.
Jakarta, kata Kang, juga dibangun berdasarkan sumbu utara-selatan. “Saya sudah pernah bilang, kita punya istana sudah benar (menghadap selatan). Justru yang tidak menunjang adalah Gedung DPR karena posisinya berbalik arah,” ujarnya.
Ditambahkan Kang, “orang DPR, pintar seperti apapun tetap akan sering berbuat salah. Bukan karena bodoh tetapi karena stressing-nya juga tinggi. Karena bentangan (Gedung DPR) itu, membuat stressing-nya tinggi. Dan itu, energi negatifnya akan menekan ke bawah”.
Gedung yang dimaksud adalah, Gedung Nusantara atau biasa disebut Gedung Kura-kura, yang menghadap ke timur. Atap Gedung Nusantara, yang dicat hijau, itu berbentuk seperti kuali terbelah dengan diapit beton pada bagian tengahnya. Struktur kubah itu yang dikatakan Kang punya efek negatif.
Adakah solusi feng shui untuk gedung itu? “Bikin gedung baru saja,” ujar Kang, singkat.
Menurut Kang, gedung itu disarankan hanya untuk hall atau museum. “Sebaiknya, tidak ada meeting penting di gedung itu,” ujarnya.
Bagaimana gedung DPR/MPR di IKN Nusantara? “Kalau nanti (gedung DPR) pindah ke IKN ya tidak tahu lagi gimana?”ujarnya. Kang mengingatkan, arsitektur boleh bagus tapi struktur harus didesain supaya baik sehingga tidak berdampak negatif bagi penghuninya.