Ridwan Kamil Gabung Golkar, Peta Politik di Jabar Bisa Berubah
Ridwan Kamil resmi bergabung dengan Partai Golkar yang tidak mendukungnya pada Pilkada 2018. Meskipun sejumlah partai pengusungnya tidak keberatan, keputusan Kamil dapat mengubah peta politik di Jabar jelang 2024.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil akhirnya resmi bergabung dengan Partai Golkar yang tidak mendukungnya pada Pilkada 2018. Meskipun sejumlah partai pengusungnya tidak keberatan, keputusan Kamil dinilai bisa mengubah peta politik di Jabar menjelang Pilkada 2024.
Pada Pilkada Jabar 2018, partai pengusung pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum adalah Partai Nasdem, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Hanura. Adapun Golkar saat itu berkoalisi dengan Demokrat mengusung pasangan Deddy Mizwar-Deddy Mulyadi. Namun, menjelang akhir jabatannya tahun ini, Emil, sapaan Kamil, menjadi kader Golkar.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
”Bagi RK (Ridwan Kamil), langkah ini (masuk Golkar) bisa mengamankan jabatan gubernur untuk periode kedua. Sebab, peta dukungan mungkin berubah,” ujar Profesor Komunikasi Politik Universitas Pendidikan Indonesia Karim Suryadi saat dihubungi di Bandung, Kamis (19/1/2023). Terlebih lagi, Emil belum memiliki partai untuk Pilkada 2024.
Sebaliknya, Karim menilai, kehadiran Emil dapat menjadi daya tawar baru untuk mengembalikan kejayaan Golkar yang sempat meredup di Jabar. Apalagi, dua gubernur dalam 15 tahun terakhir berasal dari luar Golkar. Sebelum itu, Danny Setiawan, yang merupakan kader Golkar, menjabat gubernur pada 2003-2008.
”Selain punya kapasitas sebagai gubernur, RK juga sangat dekat dengan milenial, peka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta modern dari sisi manajemen pemerintahan,” ujarnya. Karim menilai, berbagai kelebihan Emil itu dapat mendongkrak dukungan publik terhadap Golkar pada Pemilu dan Pilkada 2024.
Penjabat Sementara Ketua DPW PPP Jabar Pepep Saepul Hidayat mengakui, keputusan Emil bergabung ke Golkar bakal berpengaruh pada percaturan politik Jabar. Apalagi, tingkat popularitas Emil tinggi.
Meski turut mengantar Emil menduduki kursi ”Jabar 1”, pihaknya tidak keberatan saat mantan Wali Kota Bandung itu memilih Golkar. ”Setiap partai sudah punya strategi. Kami tidak perlu nervous (gugup) dan kaget. Apa yang dilakukan Kang Emil adalah ikhtiar dan hak politik,” ujarnya.
Pepep mengatakan, saat ini pihaknya fokus memenangi pemilihan legislatif dan pemilihan presiden. Adapun Wagub Jabar Uu Ruzhanul, kader PPP, lanjutnya, ditugaskan meningkatkan popularitas dan suara PPP di Jabar.
Ketua DPW PKB Jabar Syaiful Huda juga tidak mempersoalkan masuknya Emil ke Golkar. Pihaknya bahkan sudah lama mendorong Emil untuk masuk ke parpol sebagai salah satu pilar demokrasi sesuai amanat konstitusi.
Saat ditanya apakah pihaknya pernah ”meminang” Emil untuk masuk PKB, Syaiful enggan berkomentar. ”Kang Emil harus banyak belajar soal parpol karena berpolitik itu tidak cukup dengan membangun popularitas secara personal,” ucapnya.
Pihaknya belum memastikan pengaruh bergabungnya Emil ke Golkar dengan peta politik di provinsi berpenduduk hampir 50 juta jiwa itu. Namun, pihaknya telah komitmen untuk mengusung kader sendiri pada Pilkada 2024.