Seperti Dahulu Saat Santap Bersama Presiden Jokowi Digelar di Istana
Setelah kondisi lebih longgar pasca pandemi, untuk pertama kalinya Presiden Jokowi mengajak wartawan Istana bertemu dan bersantap bersama. Diharapkan, dialog dan santap bersama ini kembali dilakukan di masa-masa datang.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN, NINA SUSILO
·5 menit baca
Suasana temaram kala petang di Gedung Istana Negara, Jakarta, jarang dinikmati oleh para tamu. Biasanya, beragam kegiatan mulai dari rapat hingga pelantikan pejabat negara sudah rampung jelang sore hari di Istana Negara. Karena itu, menikmati sejumput petang dalam Istana Negara terasa spesial. Momen ini semakin istimewa karena petang di Istana Negara dinikmati sambil bersantap sore dengan Presiden Joko Widodo. Apalagi, pertemuan ini pertama kali dilakukan sejak pandemi Covid-19 di Tanah Air awal 2020 silam.
Agenda bersantap dan berbincang dengan Kepala Negara pada Selasa (10/1/2023) ini sempat molor lebih satu jam dari jadwal semula. Pasalnya, Presiden Jokowi harus hadir di rangkaian peringatan 50 tahun PDI-Perjuangan.
Maka, begitu tiba di ruang hall yang disekat partisi di Istana Negara, Presiden Jokowi pun segera melontarkan permintaan maaf ketika memasuki ruang Istana Negara. “Maaf, maaf, dari tadi mundur, mundur, mundur terus,” ujar Presiden Jokowi sambil mempersilakan para wartawan Istana Kepresidenan untuk segera duduk setelah berdiri menyambut kedatangan Presiden.
Di depan meja kayu panjang yang dihiasi rangkaian beragam jenis hiasan bunga indah, sekitar 30 wartawan duduk semeja dengan Presiden Jokowi. Pada meja yang harum oleh aneka bau bunga seperti mawar, lili, dan anggrek ini telah tersaji jus jambu atau jus jeruk. Semerbak harum bunga ini pun berpadu dengan wangi aroma terapi dari tungku-tungku listrik mungil di sudut ruang.
“Maaf, maaf, dari tadi mundur, mundur, mundur terus”
Presiden Jokowi lantas duduk di kursi pada posisi paling tengah didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey T Machmudin. Mengawali perbincangan, Presiden Jokowi menegaskan bahwa santap sore kali ini adalah dalam rangka merayakan tahun baru dan sekadar makan bersama. Pertemuan disebutnya, bukan untuk memperbincangkan yang berat-berat.
Dan, memang, dalam pertemuan yang berlangsung santai tanpa kamera dan tape rekaman, Presiden Jokowi dan para wartawan istana pun tak terhindarkan lantas berdiskusi secara langsung mengenai berbagai isu-isu terkini dari perspektif publik dan juga pemerintah. Presiden sebelumnya menanyakan isu terkini apakah yang akan ingin diketahui oleh para wartawan. Seraya mengangguk-angguk, Presiden mendengar jawaban para wartawan. Ia lantas segera berdiri untuk mengambil makanan dan mengajak wartawan bersantap.
Di antara sajian hidangan, sudah ada bakso kuah, siomay, empek-empek, dan mie goreng, Presiden kemudian memilih mengambil mie goreng ditemani beberapa gorengan. Diterangi siraman cahaya kuning dari lampu hias chandelier yang dipasang di langit-langit Istana Negara, seluruh yang hadir di ruangan Istana Negara pun segera bersantap petang bersama Presiden.
Sambil makan aneka kudapan di Istana Negara semakin terasa mewah karena mata dimanjakan aneka lukisan dari era tahun 1940-an hingga 1950-an yang terpajang di dinding istana. Maklum, ruang hall yang disekat partisi di Istana Negara itu jarang dimasuki wartawan, kecuali hall yang digunakan untuk pelantikan pejabat atau acara-acara resmi kenegaraan. Seluruh lukisan yang tergantung di bagian dalam dari Istana Negara ini pun bernuansa pemandangan alam seperti karya Raden Saleh dan Dullah. Selain lukisan, tampak beberapa guci kuno dari Tiongkok yang dipajang di sudut ruang.
"Sambil makan aneka kudapan di Istana Negara semakin terasa mewah karena mata dimanjakan aneka lukisan dari era tahun 1940-an hingga 1950-an yang terpajang di dinding istana. Maklum, ruang hall yang disekat partisi di Istana Negara itu jarang dimasuki wartawan, kecuali hall yang digunakan untuk pelantikan pejabat atau acara-acara resmi kenegaraan"
Ketika makanan di piring ludes tersantap, perbincangan antara Presiden dan wartawan pun mulai mengalir ringan. Perbincangan dimulai dari isu perombakan kabinet yang sempat santer berhembus baru-baru ini, progres Ibu Kota Nusantara, kendaraan listrik, hingga tentang pelaksanaan Pemilu 2024 dan calon presiden mendatang. Perbincangan santai hingga jelang maghrib ini pun kemudian diakhiri dengan foto bersama dan ngobrol ringan.
Sebelum Pandemi
Sebelum pandemi, kendati tak memiliki waktu tetap, Presiden kerap tercatat membuka pintu untuk berdialog dengan wartawan kepresidenan. Saat itu, wartawan bisa menanyakan apapun, memberikan masukan, atau sekadar curhat mengenai menteri yang tak komunikatif.
Presiden Jokowi pun biasanya lebih bebas menyampaikan jawaban dan pandangan, tetapi tentu saja, untuk hal-hal yang dinilai sensitif, akan ada pesan off the record alias tak bisa menuliskannya. Sembari berdialog, biasanya bakso dan siomay menemani.
Kini, Presiden Jokowi dan wartawan pun berbincang santai kembali sembari menikmati makanan ringan ini. Saat mengambil makanan, Presiden dan wartawan pun tak berjarak bahkan sembari bercanda dan saling menimpali.
Seorang wartawan misalnya pernah "curcol' mengenai menteri Kabinet Indonesia Maju yang selalu masuk ke istana melalui pintu samping, bukan melalui pintu yang menghadap ke Jalan Juanda-Veteran seperti menteri-menteri dan tamu pada umumnya. Tentu saja hal ini menyulitkan wartawan yang hendak mewawancarai.
"Presiden pun menanggapi sembari bercanda, Nanti saya tutup pintu sampingnya. Namun, tentu saja itu sebatas guyon. Menteri yang dimaksud tetap masuk dan keluar dari pintu samping dan tak tersentuh wartawan"
Presiden pun menanggapi sembari bercanda, “Nanti saya tutup pintu sampingnya.” Namun, tentu saja itu sebatas guyon. Menteri yang dimaksud tetap masuk dan keluar dari pintu samping dan tak tersentuh wartawan.
Tak hanya berdialog, setiap bulan Ramadhan, Presiden Jokowi pun biasanya meluangkan satu hari untuk berbuka puasa bersama wartawan. Dalam buka puasa bersama tahun 2017 misalnya, Presiden bahkan membagikan beberapa sepeda untuk wartawan yang bisa menjawab kuis. Namun, kebiasaan yang sangat baik dalam membangun keterbukaan dan komunikasi ini sempat terhenti saat pandemi Covid-19.
Setelah kondisi lebih longgar pun, pembatasan-pembatasan masih dilakukan. Kini, diharapkan, setelah kembalinya Presiden berdialog dengan para wartawan, kebiasaan ini dilakukan lebih sering. Harapan ini tentu ditunggu para wartawan seperti dahulu. Seperti janji Bey Machmudin yang menyebut akan kembali menggelar santap bersama lagi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan wartawan, baik sebagai bahan pemberitaan maupun latar belakang semata.