Hadirkan Kesejahteraan Berkelanjutan di Papua, Bukan Konflik Berkelanjutan
Wapres Ma’ruf Amin menuturkan bahwa hal yang ingin dihadirkan di Papua adalah kesejahteraan berkelanjutan, bukan konflik berkelanjutan. Pendekatan humanis dan berbasis teritorial terus dianut dalam menurunkan kekerasan.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO, FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
BIAK NUMFOR, KOMPAS — Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengharapkan provinsi-provinsi baru di Papua kompetitif untuk mempercepat pelayanan dan pembangunan dengan tetap mengutamakan masyarakat asli Papua. Program-program percepatan yang menyentuh langsung orang asli Papua mesti segera dirumuskan.
”Rumuskan kegiatan quick win program-program percepatan yang menyentuh langsung orang asli Papua. Kita ingin menghadirkan kesejahteraan yang berkelanjutan, bukan konflik yang berkelanjutan,” kata Wapres saat memberikan arahan pada acara ramah tamah yang digelar di Pantai Parai, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua, Jumat (2/12/2022).
Kita ingin menghadirkan kesejahteraan yang berkelanjutan, bukan konflik yang berkelanjutan.
Hadir pada acara tersebut antara lain anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Provinsi Papua, Forkopimda Biak Numfor, dan para bupati atau yang mewakili dari wilayah adat Saireri, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda. Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pemerintahan dan Wawasan Kebangsaan Setwapres Velix Wanggai menjadi moderator pada acara tersebut.
Di hari terakhir kunjungan kerjanya sejak awal pekan ini ke empat provinsi, yakni Papua, Papua Selatan, Papua Tengah, dan Papua Barat, Wapres Amin menuturkan, dirinya sangat terkesan dengan semangat yang optimistis dari berbagai segmen sosial dalam mewujudkan Papua yang sejahtera, aman, dan damai.
Sementara itu, di sesi konferensi pers sesaat sebelum bertolak menuju Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat sore, Wapres menjawab pertanyaan media terkait masih terjadinya kekerasan di tanah Papua berikut langkah untuk menurunkan atau menghentikannya. Pertanyaan ini dikaitkan dengan pernyataan Wapres Amin di Pantai Parai yang menyebutkan bahwa pemerintah ingin menghadirkan kesejahteraan berkelanjutan dan bukan konflik berkelanjutan.
”Kita, kan, sudah menganut bahwa pendekatan kita itu pendekatan yang humanis dan berbasis teritorial. Kemudian juga penyadaran kepada masyarakat untuk menjadi bagian dari NKRI. Selama ini sudah dilakukan. Walaupun masih ada seperti penembakan, itu sebenarnya dari segi frekuensinya sudah menurun karena itu kita akan terus (menggunakan pendekatan humanis dan berbasis teritorial),” katanya.
Pendekatan itu adalah pendekatan yang humanis dan berbasis teritorial. Kemudian juga penyadaran kepada masyarakat untuk menjadi bagian dari NKRI.
Wapres juga menuturkan, akan terus dilakukan pencarian dan penegakan hukum terhadap orang yang melakukan penembakan atau kekerasan. ”Dan juga memang yang (beberapa hari lalu) kena tembak itu dalam rangka misi kesehatan, misi-misi kesejahteraan,” ujar Wapres Amin.
Saat ditanya lebih lanjut apakah pemerintah sudah memetakan akar konflik, Wapres Amin mengiyakan. ”Ya sudah. Salah satu akarnya itu, satu, kesejahteraan. Yang kedua (menyangkut) penegakan hak asasi manusia. HAM-HAM itu kita tegakkan,” katanya.
Penindakan, kata Wapres, akan dilakukan dari mana pun mereka yang melanggar itu berasal. ”Kalaupun ada dari TNI atau polisi yang melakukan pelanggaran, ya, ditindak juga. Jadi mereka ditindak, walaupun dari mana ditindak, itu sudah merupakan kebijakan yang sudah diterapkan sekarang. Seperti kemarin, misalnya, ada yang diduga mutilasi itu ditegakkan, penegakan hukumnya dilakukan. Saya kira itu. Itu yang kita (lakukan karena) ingin memberikan kepercayaan,” kata Wapres Amin.
Kalaupun ada dari TNI atau polisi yang melakukan pelanggaran, ya, ditindak juga. Jadi mereka ditindak, walaupun dari mana ditindak, itu sudah merupakan kebijakan yang sudah diterapkan sekarang.
Sebelumnya, dua peristiwa berdarah terjadi di Distrik Deikai, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Pada Selasa (29/11/2022), Brigadir Muhammad Yusdhar gugur ditembak orang tidak dikenal (Kompas.id, 30/11/2022).
Sehari berikutnya, Brigadir Dua Gilang Aji Prasetya juga gugur dan diduga ditembak kelompok kriminal bersenjata. Pada kejadian sama, Brigadir Satu Fazuarsyah dan Bripda Dona Bagaskara terluka parah. Para korban tewas dan terluka adalah bagian dari personel Operasi Damai Cartenz yang berfokus pada pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat di Papua.
Menurut juru bicara Jaringan Damai Papua, Yan Christian Warinussy, situasi keamanan yang tidak kondusif akan menjadi kendala bagi Wapres yang kini mengemban misi sebagai Ketua Badan Pengarah Percepatan Otonomi Khusus Papua. ”Program pembangunan di Papua akan terhambat karena faktor keamanan yang tidak kondusif,” kata Yan.