Hari Ini, 13 Anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ditetapkan
Peserta Muktamar Ke-48 Muhammadiyah telah memilih 13 anggota PP Muhammadiyah untuk 5 tahun ke depan. Komposisi pimpinan masih didominasi pengurus periode sebelumnya.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU, ANITA YOSSIHARA
·5 menit baca
SUKOHARJO, KOMPAS — Sebanyak 13 anggota Pimpinan Pusat atau PP Muhammadiyah terpilih melalui sistem pemungutan suara elektronik atau e-voting yang diselenggarakan di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta, Sabtu (19/11/2022) hingga berakhir pada Minggu (20/11) dini hari. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memimpin perolehan suara sehingga berpeluang kembali memimpin persyarikatan yang beranggotakan lebih dari 65 juta orang tersebut.
Pemilihan ketua umum dilakukan secara musyawarah mufakat di antara ke-13 pimpinan terpilih. Menurut rencana, rapat yang dimaksud akan dilaksanakan pada Minggu siang.
Ke-13 anggota PP Muhammadiyah terpilih di antaranya adalah Haedar Nashir yang memperoleh 2.203 suara, Abdul Mu’ti (2.159), Anwar Abbas (1.820), Busyro Muqoddas (1.778), Hilman Latief (1.675), dan Muhadjir Effendy (1.598). Selanjutnya Syamsul Anwar (1.494), Agung Danarto (1.489), Saad Ibrahim (1.333), Syafiq A Mughni (1.152), Dadang Kahmad (1.119), Ahmad Dahlan Rais (1.080), dan Irwan Akib (1.001).
Ketua Panitia Pemilihan Muktamar Ke-48 Muhammadiyah Ahmad Dahlan Rais menjelaskan, mereka dipilih oleh 2.519 muktamirin atau peserta muktamar dengan total 32.747 suara. Setiap muktamirin berhak untuk memilih 13 dari 39 calon anggota tetap PP Muhammadiyah melalui sistem pemungutan suara elektronik atau e-voting. ”Butuh waktu sekitar 3,5 jam untuk menyelesaikan pemilihan, sedangkan penghitungannya berlangsung otomatis oleh sistem,” ujarnya seusai pemiihan.
Dahlan menambahkan, pimpinan terpilih akan menggelar rapat untuk menentukan ketua umum (ketum). Dari 13 nama tersebut, besar kemungkinan posisi ketum diisi oleh pemilik suara terbanyak untuk mengapresiasi perolehan suaranya.
Dalam pemungutan suara kali ini, Haedar Nashir memperoleh suara terbanyak. Namun, ketua umum terpilih nantinya harus kembali mendapatkan persetujuan dari para muktamirin.
Menurut Dahlan yang juga terpilih sebagai anggota PP Muhammadiyah untuk ketiga kalinya, rapat formatur penentuan ketum umumnya tidak berlangsung lama. Pada muktamar ke-47 di Makassar, Sulawesi Selatan, misalnya, rapat dimaksud berlangsung 10 menit. Keputusan dihasilkan tanpa ada perbedaan pendapat, apalagi kebuntuan.
Tiga nama baru
Meski masih didominasi pimpinan periode 2015-2022, terdapat tiga wajah baru dalam komposisi PP Muhammadiyah terpilih yang akan bertugas selama 5 tahun ke depan.
Ketiga orang dimaksud salah satunya Hilman Latief yang menjabat sebagai Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama. Ada pula Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Saad Ibrahim dan Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan Irwan Akib.
Menurut Dahlan, keberadaan tiga wajah baru itu belum cukup untuk mewarnai komposisi PP Muhammadiyah. Pimpinan persyarikatan yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 1912 itu membutuhkan lebih banyak tokoh baru untuk memenuhi kebutuhan organisasi. Misalnya, dari 13 pimpinan terpilih, belum ada yang berlatar belakang bidang kesehatan. Padahal, Muhammadiyah memiliki banyak rumah sakit yang perlu untuk dikembangkan.
Oleh karena itu, jumlah pimpinan terpilih perlu untuk ditambah. Hal itu juga diperbolehkan dalam aturan internal Muhammadiyah, yakni memilih tambahan pimpinan dari 39 calon tetap yang sebelumnya telah lolos seleksi.
Jumlah tambahan maksimal adalah separuh dari pimpinan terpilih. Artinya, masih ada kesempatan untuk menambah enam pimpinan lain. ”Diharapkan pimpinan tambahan itu merupakan wajah baru atau generasi yang lebih muda,” kata Dahlan.
Selain PP Muhammadiyah, peserta Muktamar Ke-48 Aisyiyah juga telah memilih tujuh formatur pemilihan anggota PP Aisyiyah periode 2022-2027.
Dalam pemilihan yang diikuti 1.815 muktamirin, telah terpilih tujuh nama dari 39 calon tetap anggota. Ketujuh nama dimaksud adalah Siti Noordjannah Djohantini dengan perolehan 1.258 suara, Siti Aisyah (1.179), Salmah Orbayinah (1.124), Rohimi Zamzam (1.080), Tri Hastuti Nur Rochimah (987), Masyitoh (705), dan Latifah (566).
Ketua Panitia Pemilihan Muktamar Ke-48 Aisyiyah Shoimah Kastolani mengatakan, sebelumnya muktamirin telah menyepakati sistem pemilihan tujuh formatur. Para formatur terpilih ini yang nantinya akan memilih enam pimpinan lainnya untuk melengkapi anggota PP Aisyiyah menjadi 13 orang.
”Sebanyak 13 anggota PP Aisyiyah ini akan mengadakan sidang untuk memilih ketum. Hasilnya kemudian akan dibawa ke sidang pleno untuk disahkan,” Shoimah.
Ia menjelaskan, posisi ketum tidak selalu dipilih berdasarkan perolehan suara terbanyak. Apalagi, suara terbanyak diperoleh oleh Siti Noordjannah Djohantini yang sudah dua kali berturut-turut menjabat sebagai Ketum Aisyiyah. Di organisasi perempuan Muhammadiyah itu, setiap ketum maksimal menjabat selama dua periode.
Pemilihan berjenjang
Muhammadiyah memiliki mekanisme sendiri dalam memilih anggota PP dan ketua umum. Mekanisme pemilihan dibuat berjenjang, dimulai dari proses penjaringan bakal calon ketua PP. Dalam penjaringan bakal calon dari unsur pimpinan pusat, pimpinan wilayah, dan organisasi otonom di tingkat pusat sejak dua tahun lalu, dihasilkan 216 nama bakal calon. Dari jumlah itu kemudian dikerucutkan menjadi 126 nama bakal calon.
Panitia pemilih kemudian meminta kesediaan 126 orang tersebut untuk dicalonkan sebagai anggota PP Muhammadiyah. Namun, hanya 92 orang yang menyatakan kesediaan dan kemudian ditetapkan sebagai bakal calon tetap. Sebanyak 92 nama itulah yang kemudian dipilih dalam sidang Tanwir, Jumat (18/11/2022).
Dalam sidang Tanwir yang diikuti 197 pemilik suara itu kemudian terpilih 39 nama calon tetap anggota PP Muhammadiyah. Calon-calon tetap itulah yang diajukan ke Muktamar untuk dipilih oleh para muktamirin. Tiap-tiap peserta muktamar diminta untuk memilih 13 dari 39 nama calon tetap tersebut. Calon tetap yang memperoleh suara terbanyak pertama hingga 13 kemudian ditetapkan sebagai anggota tetap PP Muhammadiyah.
Untuk pertama kalinya, proses pemilihan anggota PP Muhammadiyah menggunakan sistem pemilihan elektronik atau e-voting. Begitu pula penghitungan suara menggunakan sistem elektronik yang dikenal sebutan e-counting.
Ketua Panitia Penerima Muktamar Ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah, Sofyan Anif, mengungkapkan, meski baru digunakan, sistem e-voting dijamin lebih efisien dan transparan. Dengan menggunakan e-voting, hasil pemilihan bisa diketahui secara langsung. Hanya butuh waktu sekitar 5 menit untuk mengetahui hasilnya.
”Kerahasiaannya juga lebih terjamin karena yang tahu haya teknisi. Yang bisa membuka hanya yang membuat sistemnya,” kata Sofyan.
Proses pemilihan 39 nama calon tetap menjadi 13 anggota tetap PP Muhammadiyah 2022-2027, Sabtu malam, juga berlangsung relatif cepat meski diikuti oleh 2.519 peserta. Pemilihan dimulai sekitar pukul 20.00 dan hasilnya sudah bisa diketahui sekitar pukul 24.00.