Warga Muhammadiyah berkumpul di Surakarta, Jawa Tengah, untuk mengikuti muktamar ke-48. Kegembiraan terpancar karena mereka akhirnya bertemu setelah tujuh tahun tak bersua karena muktamar yang tertunda.
Penggembira yang tidak bisa masuk Stadion Manahan duduk santai di luar stadion tempat dilangsungkannya pembukaan Muktamar 48 Muhammadiyah dan Aisyiyah di Stadion Manahan, Surakarta, Jumat (19/11/2022).
Sekelompok perempuan berjarik dengan atasan baju kurung bernuansa hijau serta bersepatu kets berjalan cepat menembus kerumunan massa yang memenuhi halaman Stadion Manahan, Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (19/11/2022) pagi. Meski harus melalui jalan becek di tengah rintik hujan, langkah mereka tak surut. Para perempuan itu, bahkan, rela berdesakan agar bisa masuk ke area dalam stadion.
Pemandangan ibu-ibu berjarik itu jamak terlihat di seputaran Stadion Manahan menjelang pembukaan Muktamar Ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah. Mereka datang dari banyak daerah untuk sekadar menyaksikan jalannya pembukaan muktamar yang telah dua tahun tertunda karena pandemi Covid-19.
Sejak subuh, sejumlah jalan protokol di Surakarta memang sudah padat. Kendaraan berlalu lalang, begitu pula rombongan pejalan kaki. Sebagian besar dari mereka menenteng tas berisi bekal makanan, minuman, dan alas duduk untuk mengantisipasi keterbatasan kapasitas stadion.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Penggembira berjalan menuju Stadion Manahan untuk ikut memeriahkan pembukaan Muktamar 48 Muhammadiyah dan Aisyiyah di Stadion Manahan, Surakarta, Jumat (19/11/2022).
Mereka yang tak memiliki undangan khusus untuk memasuki stadion menggelar alas duduk untuk lesehan di luar stadion, menyaksikan pembukaan muktamar dari layar lebar yang dipasang di sejumlah lokasi di halaman stadion.
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir pernah mengatakan, diperkirakan akan ada 2-3 juta penggembira dari banyak daerah di Indonesia. Mereka tidak hanya datang dari Jawa, tetapi juga dari luar Jawa. Itu terlihat dari pelat nomor mobil dan bus yang terparkir di tepian jalan seputar Stadion Manahan.
Seperti muktamar-muktamar sebelumnya, banyak warga Muhammadiyah yang ingin ikut serta dalam perhelatan forum tertinggi persyarikatan yang didirikan KH Ahmad Dahlan pada 1912 tersebut. Deswita salah satunya. Perempuan berusia 65 tahun itu rela menempuh perjalanan hampir 2.000 kilometer dari Kabupaten Agam, Sumatera Barat, menuju Surakarta. Bersama 64 rekan sesama anggota Aisyiyah, perempuan itu menghabiskan waktu tiga hari dua malam untuk perjalanan darat menggunakan bus.
Penggembira yang tidak bisa masuk Stadion Manahan duduk santai di luar stadion tempat dilangsungkannya pembukaan Muktamar 48 Muhammadiyah dan Aisyiyah di Stadion Manahan, Surakarta, Jumat (19/11/2022).
Lelah setelah perjalanan jauh terbayar ketika tiba di lokasi muktamar. ”Luar biasa, gembira sekali bisa datang ke sini. Ya, walaupun tetap waspada karena masih ada Covid,” ujarnya di halaman Stadion Manahan.
Baginya, keikutsertaan menggembirakan muktamar tidak sekadar karena dia adalah anggota Aisyiyah. Menjadi penggembira muktamar juga mengingatkannya akan kenangan puluhan tahun silam ketika mengikuti forum tertinggi persyarikatan di masa kecil bersama orangtuanya. Terakhir dia menghadiri muktamar ke-47 di Makassar, Sulawesi Selatan, tahun 2015.
Karena itu, ia sudah mempersiapkan bekal perjalanan. Sejak tiga bulan lalu, pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) itu menabung untuk membayar biaya transportasi dan akomodasi Rp 1,25 juta.
Kebahagiaan juga dirasakan Junaidi Usman, warga Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, meski tidak bisa masuk ke dalam stadion. Padahal, pria berusia 60 tahun itu memiliki undangan khusus karena menjabat sebagai Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Mataram.
Masya Allah, ini luar biasa. Ini silaturahmi nasional yang tertunda. Sebenarnya dulu sudah sampai beli baju untuk datang ke muktamar 2020, tetapi ternyata ditunda. Sekarang bisa terselenggara lagi, jadi, ya, bahagia sekali
Baginya, hal yang terpenting adalah bisa kembali bertemu dengan sesama warga persyarikatan setelah tujuh tahun berselang. ”Masya Allah, ini luar biasa. Ini silaturahmi nasional yang tertunda. Sebenarnya dulu sudah sampai beli baju untuk datang ke muktamar 2020, tetapi ternyata ditunda. Sekarang bisa terselenggara lagi, jadi, ya, bahagia sekali,” tuturnya.
Tak ternilai
Muktamar memang menjadi ajang untuk menjalin silaturahmi antarwarga persyarikatan dari banyak daerah. Sebagian warga Muhammadiyah juga menggunakan momentum ini untuk bertemu dengan kawan lama, bahkan kerabat yang tinggal di daerah yang berbeda.
Para aktivis Muhammadiyah juga menjadikan muktamar sebagai tempat reuni hingga bertukar gagasan. Saleh P Daulay misalnya. Mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah yang kini menjabat Ketua Fraksi PAN DPR itu datang ke Surakarta bersama dengan istri dan anak-anaknya.
Bagi mantan aktivis seperti Saleh, hadir di muktamar, meski bukan menjadi peserta, merupakan rutinitas lima tahunan. Sebab, ada banyak kegiatan lain di luar agenda muktamar yang bisa diikuti, seperti bazar, reuni, dan sejumlah acara diskusi. ”Yang paling penting dari itu semua adalah bertemu dengan teman lama yang sudah jarang berkomunikasi. Itu merupakan kesempatan yang tidak bisa dinilai harganya,” tuturnya.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO (WAK)
Ketua Fraksi PAN di DPR Saleh Partaonan Daulay (tengah)
Menurut Saleh, setiap penggembira punya kerinduan tersendiri sehingga selalu ingin datang di setiap muktamar. Selain itu, para penggembira juga datang karena ingin mengetahui program PP Muhammadiyah dan Aisyiyah lima tahun ke depan.
Oleh karena itu, tidak sedikit dari mereka yang nekat datang meski belum pasti bisa memasuki area muktamar. Bahkan, mereka juga berani datang walaupun belum memiliki tempat menginap.
Untungnya, baik panitia maupun warga setempat menyediakan tempat untuk menampung mereka selama berada di lokasi muktamar. Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta, misalnya, menyediakan 38 sekolah untuk tempat menginap para penggembira. Para siswa di 38 sekolah negeri tersebut untuk sementara melakukan pembelajaran jarak jauh.
Bukan hanya itu, jemaat gereja juga meminjamkan tempat ibadahnya untuk mendukung jalannya muktamar. Salah satunya Gereja Kristen Jawa Manahan yang berjarak sekitar 1 kilometer dari Stadion Manahan. Aula gereja itu digunakan untuk menampung 250 panitia dan penggembira muktamar. Mereka juga menyediakan 3.000 paket makanan untuk peserta penggembira muktamar.
DOKUMENTASI GKJ MANAHAN
Para jemaat dari Gereja Kristen Jawa (GKJ) Manahan berbagi makanan kepada penggembira Muktamar Muhammadiyah ke-48, di GKJ Manahan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (19/11/2022).
Dini Nugraheni (22), warga Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, salah seorang panitia muktamar yang menginap di Gereja Kristen Jawa Manahan, mengaku senang diizinkan menginap di rumah ibadah tersebut.
”Saya bersyukur. Soalnya teman-teman lintas agama ini mau membantu. Terima kasih banget sudah disediakan tempat beristirahat,” kata Dini.
Persaudaraan
Penatua Gereja Kristen Jawa Manahan Tumi Rianto mengatakan, pihaknya senang bisa membantu perhelatan Muktamar Muhammadiyah. Perbedaan agama bukan halangan untuk saling mendukung satu sama lain.
”Persaudaraan sudah menjadi DNA bangsa kita. Karena itu, kami menyambut baik dan mendukung muktamar. Ini merupakan cara untuk mengimplementasikan Pancasila, tidak sekadar ucapan belaka,” tuturnya.
Alasan serupa diungkapkan Kepala SD Kristen Kalam Kudus Surakarta Alex Kismanto Utomo. Ia menyiapkan 11 ruang kelas untuk tempat menginap para penggembira muktamar. ”Ini saling membatu karena ada yang membutuhkan. Efeknya bisa mempererat hubungan antarumat beragama,” katanya.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Penggembira duduk santai di SD Kristen Kalam Kudus Agape, Surakarta, seusai mengikuti pembukaan Muktamar 48 Muhammadiyah dan Aisyiyah, Sabtu (19/11/2022). Sekolah ini menjadi tempat menginap dan transit penggembira muktamar dari berbagai daerah di Indonesia.
Gerakan Pemuda Ansor Kota Solo tak mau ketinggalan. Mereka menyiapkan penginapan gratis berkapasitas 30-40 orang. Mereka juga menyediakan makanan untuk penggembira yang menginap.
Warga dari berbagai elemen juga menyiapkan dapur umum di sejumlah lokasi. Ada pula kelompok masyarakat yang membagikan makanan gratis.
Panitia juga menjamu para penggembira dengan berbagai hiburan. Pada malam sebelum pembukaan muktamar, Jumat (18/11), panitia menggelar ”Mangayubagyo” yang menampilkan legenda campursari Waldjinah, penyanyi Tantri Kotak, dan grup band Letto.
Bazar dan pameran di De Tjolomadoe juga disiapkan. Sedikitnya ada 500 stan yang bisa disinggahi muktamirin dan penggembira.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Penampilan tarian kolosal memeriahkan pembukaan Muktamar 48 Muhammadiyah dan Aisyiyah di Stadion Manahan, Surakarta, Sabtu (19/11/2022).
Paket wisata ”Muhammadiyah Trip Story” juga disiapkan bagi mereka yang ingin menelusuri jejak sejarah Muhammadiyah di Solo. Sebab, Solo sering disebut sebagai ibu kota kedua Muhammadiyah setelah Yogyakarta. Ini karena KH Ahmad Dahlan sering berdakwah ke Solo.
Kota Surakarta menjadi tempat perjumpaan warga Muhammadiyah. Mereka saling menuntaskan rindu setelah tujuh tahun tak bersua. Muktamar ini juga menjadi momentum untuk menyatukan langkah, memperkuat gerakan persyarikatan. Seperti lirik lagu ”Derap Berkemajuan” ciptaan Haedar Nashir: