Wapres Amin Mengajak Peserta COP27 Menjadi Bagian dari Solusi
Konferensi Para Pihak tentang Perubahan Iklim atau COP 27 dimulai di Sharm el Sheikh, Mesir, Senin (7/11/2022). Pemerintah Indonesia mendorong supaya semua negara menjadi bagian dari solusi.
Oleh
NINA SUSILO
·4 menit baca
SHARM EL SHEIKH, KOMPAS – Konferensi Para Pihak tentang Perubahan Iklim atau COP 27 di Sharm el Sheikh, Mesir dibuka, Senin (7/11/2022). Konferensi ini diiringi pesimisme. Kendati demikian, Pemerintah Indonesia tetap mendorong supaya semua negara berkontribusi sesuai kapasitas masing-masing dan menjadi bagian dari solusi.
COP 27 dibuka dengan sesi pleno, Senin siang. Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres dan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi menyambut para pemimpin negara satu persatu dan berfoto bersama.
Hadir dalam acara ini antara lain Presiden Uni Emirat Arab Sheikh Mohamed bin Zayed bin Sultan Al-Nahyan, Presiden Swiss Ignazio Cassis, Presiden Prancis Emmanuel Macron, President Israel Isaac Herzog, Perdana Menteri Arab Saudi Mohammed bin Salam al Saud, Presiden Spanyol Pedro Sanchez Perez-Castejon, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, Kanselir Jerman Olaf Scholz, PM Swedia Ulf Kristersson, PM Italia Giorgia Meloni, PM Finladia Sanna Marin, dan PM Inggris Rishi Sunak.
Wapres Ma'ruf Amin berpidato sekitar jam 16.00 waktu setempat. Dalam pidatonya, Wapres mengingatkan dunia tengah menghadapi tiga krisis baik perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Semua sangat mendesak diatasi dan saling terkait.
“Dalam situasi krisis seperti ini tidak ada pilihan lain kecuali bekerja sama. Paradigma kolaborasi harus kita kedepankan,” tuturnya.
Wapres Amin pun mengajak semua pemimpin negara maupun peserta COP 27 menjadi bagian dari solusi. Kontribusi bisa dilakukan sesuai kapasitas masing-masing dengan semangat berbagi beban bukan mengalihkan beban.
“Dalam situasi krisis seperti ini tidak ada pilihan lain kecuali bekerja sama. Paradigma kolaborasi harus kita kedepankan”
Langkah konkret dan penguatan kolaborasi berlandaskan dialog dan saling percaya perlu menjadi hasil COP 27. Karenanya, dukungan negara maju kepada negara berkembang semestinya dipenuhi. COP 27 juga semestinya lebih mengutamakan implementasi. Apalagi, belum terasa kemajuan setelah COP 26 di Glasgow.
Indonesia sendiri, menurut Wapres, berusaha memberikan teladan. Kontribusi nasional yang sudah ditentukan (NDC) yang diperbarui sudah disampaikan dua bulan lalu. Dalam NDC tahun 2016, Indonesia menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen dengan kemampuan sendiri (unconditional) dan dapat meningkat 41 persen bila terdapat bantuan internasional (conditional). Tahun ini, target NDC Indonesia diperkuat menjadi emisi gas rumah kaca turun 31,89 persen (dengan upaya sendiri) dan menjadi 43,2 persen bila ada dukungan internasional.
Peningkatan ini, menurut Wapres Amin, sejalan dengen perkembangan kebijakan dalam perluasan konservasi dan restorasi alam, penerapan pajak karbon, mendorong pencapaian kehutanan dan berbagai jenis penggunaan lahan lain (FOLU) net sink 2030, pengembangan ekosistem kendaraan listrik, serta inisiasi program biodiesel B40.
Untuk memastikan pendanaan transisi energi, kata Wapres, Indonesia telah meluncurkan Country Platform for Energy Transition Mechanism. Semua upaya perlu didukung dunia internasional termasuk penciptaan pasar karbon yang efektif dan berkeadilan, investasi untuk transisi energi, dan pendanaan untuk aksi iklim.
“Sebagai Presiden G20, Indonesia juga terus mendorong pemulihan hijau serta aksi iklim yang kuat dan inklusif. Ke depan, melalui Keketuaan ASEAN tahun 2023, Indonesia akan terus memberikan perhatian pada penguatan aksi iklim,” tutur Wapres Amin.
Kritik COP
Lebih jauh, Wapres juga mengkritik COP hanya menjadi panggung para pemimpin negara untuk mencari perhatian dan berpura-pura. Sebaliknya, konferensi ini dinilai tidak berniat mengubah sistem secara keseluruhan tapi hanya mendorong kemajuan yang bertahap.
"Sebaliknya, konferensi ini dinilai tidak berniat mengubah sistem secara keseluruhan tapi hanya mendorong kemajuan yang bertahap"
Secara umum, COP 27 disambut dengan pesimisme. Remaja aktivis lingkungan Greta Thunberg yang jauh-jauh hari mengatakan tidak akan menghadiri pertemuan ini. “Ruang untuk masyarakat sipil tahun ini sangat terbatas,” tulisnya dalam media sosial.
Dia juga mengkritik COP hanya menjadi panggung para pemimpin negara untuk mencari perhatian dan berpura-pura. Sebaliknya, konferensi ini dinilai tidak berniat mengubah sistem secara keseluruhan tapi hanya mendorong kemajuan yang bertahap.
Adapun Co-founder dan President of Clean Air Task Force Armond Cohen dalam situsnya www.catf.us menilai, setidaknya COP 27 perlu dimanfaatkan untuk memperjelas beragam tujuan, menghadapi berbagai tekanan, dan melakukan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan lingkungan, ekonomi, dan pembangunan manusia. Sebab, menurut dia, tak ada satu tujuan tunggal yang bisa disepakati bersama. Jadi lebih baik, disiapkan dan diterapkan setiap strategi nol karbon yang mungkin dilakukan untuk mengatasi masalah sekarang juga. (INA)