Pemimpin Agama Sepakati Pembentukan Aliansi Global
Keadilan, kasih sayang, dan kepedulian kepada sesama manusia disepakati menjadi nilai-nilai bersama antaragama dalam forum R20 di Bali.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah pemimpin agama yang mengikuti G20 Religion Forum atau R20 sepakat untuk bergabung dalam suatu aliansi global untuk menciptakan jembatan di antara bangsa, negara, dan peradaban yang berbeda-beda. Nilai-nilai yang dibawa oleh pemimpin agama tersebut akan diadopsi ke dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi global demi mewujudkan kehidupan yang harmonis antarumat beragama.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf seusai penutupan G20 Religion Forum atau R20 di Nusa Dua, Bali, Kamis (3/11/2022), mengatakan, forum R20 yang diikuti pemimpin berbagai agama dan sekte dari 32 negara pada 2-3 November menghasilkan komunike. Kesimpulan disepakati bukan berbentuk deklarasi ataupun pernyataan bersama, melainkan komunike karena memerlukan diskusi yang panjang. Komunike hanya menjelaskan bahwa kegiatan yang sudah berlangsung.
”Ini bukan merupakan sesuatu yang menjadi kesepakatan atau komitmen bersama itu, tidak. Ini hanya penjelasan tentang kesimpulan-kesimpulan yang bisa diambil dari pembicaraan selama proses konferensi ini. Itu saja,” kata Yahya Cholil Staquf yang akrab disapa Gus Yahya.
Forum R20 diinisiasi oleh NU dengan menggandeng Liga Muslim Dunia atau Muslim World League. Acara yang digelar di Bali itu diikuti 338 peserta dari 32 negara. Forum menghadirkan 45 pembicara dari sejumlah negara yang memiliki jutaan pengikut, antara lain Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia Shaikh Mohammad bin Abdul Karim Al-Issa, mantan Sekretaris Jenderal BJP dan India Foundation Shri Ram Madhav Varansi, serta mantan Presiden Kolombia Andreas Pastrana Arango.
Gus Yahya menuturkan, semua orang yang berpartisipasi dalam R20 sepakat bahwa mereka membutuhkan suatu aliansi global dari lintas agama dan kebangsaan yang mempunyai kehendak baik memperjuangkan sejumlah visi. Mereka ingin berjuang untuk membangun dan melaksanakan inisiatif-inisiatif yang konkret agar tercipta jembatan di antara bangsa-bangsa, negara-negara, serta peradaban-peradaban yang berbeda. Melalui aliansi tersebut, diharapkan bisa terbangun kesepahaman dan kehendak bersama untuk mengembangkan peradaban dan tatanan dunia yang harmonis serta berlandaskan nilai-nilai yang mulia.
”Dan, ini semua harus ditempuh dengan pertama-tama bersedia melakukan dialog yang jujur dan realistis, tidak menyembunyikan masalah, dan tidak menyembunyikan keadaan-keadaan yang buruk. Tetapi, membicarakannya dengan terbuka, jujur, dan realistis tentang apa yang terjadi di dalam lingkungan agama masing-masing sehingga bisa melihat masalah untuk mencari jalan keluar bersama-sama,” ujarnya.
Selama R20 berlangsung, ada sejumlah hal yang disepakati menjadi nilai-nilai bersama antaragama, di antaranya keadilan, kasih sayang, dan kepedulian kepada sesama.
Setelah masing-masing agama mampu menyelesaikan masalah di antara mereka, agama akan mendapatkan posisi yang kuat dalam konteks global. Nilai-nilai keagamaan yang disebarkan para pemimpin agama bisa dibawa ke kehidupan sosial, politik, dan ekonomi global demi mewujudkan kehidupan yang harmonis antarumat beragama.
Gus Yahya mengatakan, selama R20 berlangsung, ada sejumlah hal yang disepakati menjadi nilai-nilai bersama antaragama, di antaranya keadilan, kasih sayang, dan kepedulian kepada sesama. Namun, masih ada hal-hal yang menjadi perbedaan sehingga masih perlu direkontekstualisasikan. Salah satunya cara pandang setiap agama melihat kelompok agama yang berbeda yang melihat kelompok lain sebagai ancaman.
”Ini akan menjadi perjuangan panjang, makanya kami ingin ini menjadi gerakan global supaya bisa berlangsung ke depan,” katanya.
Untuk itu, forum R20 akan berlanjut pada 2023 di India yang akan memegang presidensi G20 setelah Indonesia. Menurut juru bicara R20, Najib Azca, tema R20 di India kemungkinan berbeda dengan di Indonesia, tetapi masih menjadi kelanjutan dari hasil yang disepakati di Indonesia. Akan ada upaya-upaya kolektif yang harapannya gerakan ini akan menjadi kekuatan yang memengaruhi negara-negara dalam menyelesaikan permasalahan global.
”Ini ikhtiar lintas aktor, lintas pihak, tidak bisa hanya pemimpin agama sendiri yang berjuang mewujudkan ini. Tentu pemimpin agama menjadi bagian yang amat sangat penting dari upaya ini, tetapi ikhtiar ini bercorak inklusif, artinya membuka diri terhadap partisipasi,” kata Najib.