Pandangan dinamis yang berkembang tentang Pancasila dinilai akan saling melengkapi dalam proses dialektika. Sebab, Pancasila yang digali Bung Karno sesuai dengan konteks zamannya.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA, SUHARTONO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS Diskursus Pancasila sebagai ideologi kerap diperdebatkan antara yang berpaham sosialis bukan komunis, religius dan ”tengah”, atau di antara sosialis dan liberal. Namun, apa pun, pada dasarnya Pancasila merupakan ideologi moderat yang mempersatukan bangsa Indonesia.
Saat peluncuran buku karya Guntur Soekarnoputra, Catatan Merah dari Putera Bung Karno, Jilid Ketiga,diJakarta, Rabu (19/10/2022), mantan Wakil Presiden Indonesia Try Sutrisno menyatakan, bangsa Indonesia harus tetap berkomitmen dengan Pancasila, seperti yang pernah diingatkan oleh Presiden Soekarno.
”Mengapa? Pancasila perlu digaungkan kembali di era Reformasi. Pasalnya, nilai-nilai tersebut mulai luntur di zaman ini,” ujarTry, yang juga Wakil Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Menurut Try, sesuatu yang luar biasa saat ini, peran dan fungsi Pancasila terhadap bangsa dan negara. Dalam kondisi apa pun, Pancasila sebagai ideologi negaratak ditinggalkan dan tak boleh ditinggalkan. ”Apa pun generasinya, nilai-nilai tersebut tetap perlu menjadi acuan sekaligus modal untuk bersaing dengan bangsa lainnya di masa kini,” tuturnya.
Try melanjutkan, posisi Pancasila berada di tengah, di antara dua ideologi, sosialis (kiri) dan kapitalis (kanan). Kemerdekaan yang telah diproklamasikan pada kelahiran Indonesia juga menandai cita-cita yang harus terpenuhi, yakni merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. ”Sudah (atau) belum sekarang (tujuan kemerdekaan)? Belum! Ini never ending, lama ini. Masih banyak orang miskin di negeri kita,” ujarnya.
”Mengapa? Pancasila perlu digaungkan kembali di era Reformasi. Pasalnya, nilai-nilai tersebut mulai luntur di zaman ini”
Meski demikian, kata Try, Pancasila dapat membentuk karakter bangsa Indonesia. Dengan demikian,semua orang di Tanah Air diharapkan tetap berpegang teguh pada ideologi Pancasila.
Pancasila Menjaga Persatuan dalam Keberagaman
Sosialis modern-religius
Guntur yang juga Ketua Dewan Ideologi Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)menyatakan, Pancasila adalah ideologi ”kiri”, tetapi bukan komunis. Sebab, hanya terdapat dua ideologi, sosialis dan kapitalis. ”Pancasila adalah ideologi sosialis, tetapi sosialismodern, religius, dan berketuhanan Yang Maha Esa,” tutur putra sulung Presiden pertama RI, Soekarno, itu.
Menurut Guntur, pandangannya tentang Pancasila itu, selain diperoleh dari mendiang ayahnya secara langsung, juga hasil membaca dan mempelajari bahan kuliah Bung Karno tentang Pancasila. Bahan kuliah Bung Karno tentang Pancasila kemudian dibukukan dalam Pancasila sebagai Dasar Negara.”Pancasila akan terus relevan hingga akhir zaman, asalkan dilaksanakansesuaipikiran dan ajaran Soekarno,” ucapnya.
”Pancasila akan terus relevan hingga akhir zaman, asalkan dilaksanakansesuaipikiran dan ajaran Soekarno”
Sebelumnya, dalam sambutannya,Guntur mengingatkan publik ikut membaca beragam ajaran Soekarno secara murni. Buah pikirnya secara tepat yang tidak terkontaminasi atau tergradasi isu lainnya.Harapannya,buku ini dapat dibaca seluruh kalangan, terutama generasi muda. Wawasan kebangsaan, patriotisme, dan nasionalisme bertambah setelah membaca buku ini.
”Jika dibaca sekali memang agak ’berat’, tetapisuatu saat pasti akan memahami inti dari bukusetelah dibaca berulang kali,” katanya.
Dinamis danmelengkapi
Menanggapi pandangan Try Sutrisno dan Guntur yang berbeda dalam istilah ideologi ”kiri” dan ”tengah”, peneliti Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada, Diasma Sandi Swandaru, menyatakan, perbedaan penamaan istilah danideologi itu terjadi karena Try dan Guntur memiliki latar belakangberbeda meski hidup di zamansama.
”Penjelasan Try dan Guntur sebenarnya memiliki tujuan sama. Try menyebut ideologi ’tengah’ karena dalam pemahaman umum berlatar belakang militer. Karena itu, istilah’kiri’ identik dengan komunis di Indonesia. Sebaliknya, ’kanan’ erat kaitannya dengan konservatif atau liberal klasik. Perdebatan itu, di Indonesia akhirnya alergi dengan kata-kata ’kiri’ karena 32 tahun (kekuasaan) Orde Baru,” papar Diasma.
Sementara, menurut Diasma, Guntur hidup dan bersentuhan langsung dengan Soekarno sehingga cara berpikirnya banyak terpengaruh. ”Pasca-Peristiwa 1965, ada wacana Pancasila dibawa ke ’kanan’,” ujarnya.
Menurut Diasma, hal ini untuk menghindari ideologi ”kiri” atau komunis. ”Ideologi Pancasila tergolong kiri karena watak paham ituanti-imperialisme, antipenjajahan. Artinya, Pancasila menjunjung tinggi kesetaraan,” ujar Diasma.
”Penjelasan Try dan Guntur sebenarnya memiliki tujuan sama. Try menyebut ideologi ’tengah’ karena dalam pemahaman umum berlatar belakang militer. Karena itu, istilah’kiri’ identik dengan komunis di Indonesia. Sebaliknya, ’kanan’ erat kaitannya dengan konservatif atau liberal klasik. Perdebatan itu, di Indonesia akhirnya alergi dengan kata-kata ’kiri’ karena 32 tahun (kekuasaan) Orde Baru”
Dalam pidatonyadi sidang PBB,lanjut Diasma, Bung Karno menyebutkan telahmempelajari Deklarasi Independen Amerika Serikat, juga manifesto komunisme. Untuk itu, Pancasila memberi warna tersendiri di antara kedua paham sosialis dan kapitalis.
”Pada prinsipnya, Pancasila itu wataknyakeadilan sosial. Keadilan sosial itu jelas adalah sebuah keberpihakan kepada tiap elemen rakyat Indonesia, bukan individu atau kelompok tertentu,” tuturnya.
Adanya diksikeadilan sosial, menurut Diasma, dapat dikatakan Pancasila adalah paham sosialis atau ”kiri”. Namun, ini dengan ciri khas Indonesia. Sebab, ada pula sosialisme yang tak sesuai pandangan bangsa. Akhirnya, keadilan sosial diturunkankonstitusi untuk mewujudkan masyarakatadil dan makmur.
”Dalam konteks ini, Guntur itu benar. Dan, dalam konteks sebagai jalan tengah, ya, sebenarnya Try juga bisa diterima dengan pikiran moderat. Supaya orang tidak terjebak antara ke ’kanan’ dan ke ’kiri’,” tuturnya.
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, Benny Susetyo menambahkan,Pancasila itu dinamis. Karena itu, setiap pemikiran dapat saling melengkapi karena adanya dialektika. ”Pancasila yang digali Bung Karno dari Bumi Indonesia selalu dinamis karena sesuai konteks zaman,” ucapnya.
Pancasila, tambah Benny, sebagai jalan ketiga dalam konteks kinisangat relevanmemberikan sumbangan perdamaian dunia dengan premis kemanusiaan universal dan kolaborasi, yakni gotong royong. ”Tantangannya sekarang,bagaimana Pancasila sebagai living living ideology dan working ideologydipraktikkan dalam kebijakan,” katanya.
Peluncuran buku dihadiriMegawati Soekarnoputri, Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly, sertaWakil Ketua MPR Ahmad Basarah secara luring. Hadir secara daring, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD danGubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.