Kepala BNPT: Perempuan Rentan Terpapar Ideologi Terorisme, Keluarga Perlu Diperkuat
Perempuan rentan terpapar intoleransi, radikalisme, dan ideologi terorisme. Dalam beberapa kasus, perempuan melibatkan anak. BNPT memprioritaskan pencegahan paparan terorisme terhadap perempuan dan anak.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Perempuan sangat rentan terpapar intoleransi, radikalisme, dan ideologi terorisme. Beberapa tindak pidana terorisme dilakukan langsung oleh perempuan dengan melibatkan anak-anaknya. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme pun memprioritaskan pencegahan paparan terorisme terhadap perempuan dan anak.
”Kelompok terorisme memanfaatkan sifat feminisme perempuan. Orang juga suka tidak curiga pada perempuan. Ini membuat banyak perempuan direkrut untuk tindak pidana terorisme dalam sepuluh tahun terakhir,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Boy Rafli Amar, di Medan, Sumatera Utara, Senin (29/8/2022).
Boy menyampaikan hal tersebut dalam seminar bertajuk ”Perempuan Teladan Optimis dan Produktif Viralkan Perdamaian dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme”. Boy menyebut, Sumut menjadi salah satu prioritas mereka karena beberapa tindak pidana terorisme di Sumut dilakukan atau melibatkan perempuan.
Pada 2019, misalnya, Solimah melakukan bom bunuh diri bersama anaknya di permukiman padat penduduk di Kota Sibolga. Pada Maret 2022, seorang perempuan juga berusaha menabrak polisi lalu lintas dan sentra pelayanan kepolisian terpadu (SPKT) Polres Pematang Siantar dengan sepeda motornya.
Boy pun memaparkan kasus-kasus di daerah lain, seperti aksi bom bunuh diri di Gereja Kristen Indonesia Diponegoro Surabaya pada 2018 yang dilakukan Pusji Kuswati dengan melibatkan dua anaknya. Kasus lainnya adalah Meilani Indria Dewi yang terbukti mendanai dan membangun jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) di Indonesia pada 2017. Setelah menjalani hukuman penjara dan bebas pada 2021, ia kembali membangun jaringan NIIS di Indonesia dan ditangkap lagi pada Maret 2022.
Ada pula Zaskia Aini yang melakukan aksi terorisme pada 2021 dengan melepaskan beberapa tembakan di Mabes Polri sebelum akhirnya ditembak petugas hingga tewas. Bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar pada 2021 juga melibatkan seorang perempuan yang dilakukan bersama suaminya.
Boy mengatakan, negara yang tidak punya ketahanan terhadap terorisme bisa hancur lebur. Hal itu karena ideologi terorisme anti terhadap Undang-Undang Dasar 1945 dan ideologi Pancasila, anti-kemanusiaan, menggunakan kekerasan ekstrem, serta mempunyai tujuan ideologi dan politik. Dia pun mencontohkan dampak terorisme yang cukup besar, seperti kasus bom Bali pada 2002 yang menewaskan sedikitnya 203 orang dalam satu peristiwa.
Boy menyebut, warga Indonesia juga banyak yang sudah bergabung dengan jaringan terorisme di luar negeri. WNI paling banyak bergabung dengan jaringan terorisme NIIS, yakni 2.132 orang. ”Sebanyak 1.251 orang di antaranya masih berada di zona konflik,” katanya.
Boy mengatakan, BNPT melakukan sejumlah langkah strategis penanggulangan terorisme di Indonesia. Langkah itu adalah transformasi pembangunan kesejahteraan, moderasi dalam beragama, transformasi akar kebudayaan bangsa, revitalisasi nilai-nilai Pancasila, dan transformasi wawasan kebangsaan.
Boy juga mengajak semua keluarga untuk mewaspadai masuknya paparan ideologi terorisme ke keluarga. Karena menggunakan narasi agama, kata dia, sering kali orang tidak menyadari bahwa dia sudah terpapar ideologi terorisme. ”Padahal, cara berpikir dan perilakunya sudah berubah,” ujarnya.
Perempuan rentan menjadi pelaku dan menjadi korban terorisme.
Staf Ahli Gubernur Sumut Bidang Ekonomi Keuangan Pembangunan Aset dan Sumber Daya Alam Agus Tripriyono mengatakan, peran perempuan sangat penting dalam penanggulangan terorisme di lingkungan keluarga. ”Peran perempuan sebagai ibu juga sangat diperlukan dalam menjaga anak-anaknya dari ideologi terorisme,” ucapnya.
Agus mengatakan, dalam beberapa kasus terorisme, perempuan terlibat karena hierarki dalam keluarga dan ketergantungan ekonomi terhadap suami.
Ketua Rumah Komunikasi Lintas Agama Sumatera Utara Bunda Indah mengungkapkan, beberapa kasus terorisme yang terjadi dalam sepuluh tahun terakhir menunjukkan perempuan menjadi target untuk direkrut jaringan terorisme. ”Perempuan rentan menjadi pelaku dan menjadi korban terorisme,” katanya.
Indah menambahkan, jaringan terorisme belakangan ini cenderung lebih memilih perempuan dalam aksi bom bunuh diri. Aksi ini bahkan dilakukan bersama keluarganya, seperti suami dan anak-anak. Dia pun meminta agar ketahanan keluarga terhadap terorisme ditingkatkan agar bisa menjadi benteng pertama dalam menanggulangi terorisme.