Safari Politik PDI-P Berpotensi Ubah Konstelasi Politik
PDI-P memiliki beberapa magnet yang dapat menarik partai politik lain untuk bekerja sama membentuk koalisi menghadapi Pilpres 2024. Karena itu, manuver dan keputusan politik yang diambil PDI-P teramat dinanti.
Oleh
IQBAL BASYARI, NIKOLAUS HARBOWO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Manuver Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) menggencarkan safari politik berpotensi mengubah konstelasi politik nasional menjelang Pemilu 2024. Tak hanya dua kali memenangi pemilu, partai politik pimpinan Megawati Soekarnoputri itu juga dapat mengusung kandidat presiden-wakil presiden sendiri sekaligus memiliki tokoh potensial dengan elektabilitas tinggi. Modal politik itulah yang membuat langkah PDI-P selalu dinanti oleh parpol lain.
PDI-P mengawali rangkaian safari politik pada Senin (22/8/2022). Safari politik diawali dengan kunjungan Ketua DPP PDI-P Bidang Politik dan Keamanan Puan Maharani ke Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh. Menurut rencana, PDI-P juga akan menemui parpol lain selama dua bulan safari politik.
Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri mengaku memerintahkan Puan untuk menjalin komunikasi politik dengan parpol lain. Pertimbangannya, Puan adalah Ketua DPP PDI-P sekaligus Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Presiden ke-5 RI itu melihat safari politik yang dilakukan Puan langsung menuai reaksi, baik dari parpol maupun elite politik lain. Padahal, PDI-P baru bertemu dengan satu parpol, yakni Nasdem.
Sebagai politikus senior, Megawati menegaskan bisa melihat adanya perbedaan situasi setelah PDI-P bertemu Nasdem. ”Saya, kan, bisa melihat. Mata tua saya ini pengalamannya seabrek-abrek. Jadi kalau dari sisi politik juga saya bisa lihatlah. (Padahal) baru satu partai yang dikunjungi Mbak Puan,” kata Megawati saat menyampaikan sambutan di acara peresmian gelombang VI kantor partai baru secara virtual dari kediamannya di Jalan Teuku Umar, Jakarta, Rabu (24/8/2022).
Bukan hanya Nasdem, menurut rencana, PDI-P juga akan menemui Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Wakil Sekjen PDI-P Utut Adianto mengungkapkan, safari politik ditargetkan selesai dalam dua bulan. ”Jadi, mudah-mudahan Oktober sudah selesai, kurang lebih begitu. Baru nanti kita bisa menyimpulkan untuk kita laporkan kepada Ibu Ketua Umum,” katanya.
Magnet politik
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai, safari politik PDI-P pada akhirnya sangat berpotensi mengubah konstelasi politik nasional. Sebab, PDI-P memiliki beberapa magnet politik yang signifikan. Salah satunya, PDI-P merupakan parpol pemenang dalam dua kali pemilu terakhir.
Safari politik PDI-P pada akhirnya sangat berpotensi mengubah konstelasi politik nasional. Sebab, PDI-P memiliki beberapa magnet politik yang signifikan
Selain itu, PDI-P juga menjadi satu-satunya parpol yang bisa mengusung capres-cawapres sendiri pada Pemilu 2024. Pasalnya, PDI-P menguasai 128 atau 22,3 persen kursi DPR, melebihi syarat pencalonan presiden dan wakil presiden yang diatur Undang-Undang Pemilu, yakni 20 persen kursi DPR.
PDI-P juga memiliki beberapa tokoh berpotensi capres dengan elektabilitas tinggi, di antaranya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Puan Maharani. Ganjar, bahkan, selalu menduduki posisi tiga teratas tokoh berpotensi capres dengan elektabilitas tinggi dalam survei berbagai lembaga. Dalam survei Litbang Kompas, Juni lalu, misalnya, Ganjar berada di urutan kedua setelah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dengan elektabilitas 22 persen. Keberadaan tokoh dengan elektabilitas tinggi itulah, yang menurut Adi, bisa menarik parpol lain untuk bergabung dengan koalisi yang akan dibentuk PDI-P.
Bukan hanya itu, lanjut Adi, PDI-P memiliki dua tokoh kuat yang bisa menjadi ”king maker”. Mereka adalah Megawati dan Presiden Joko Widodo. Keduanya disebut punya posisi tawar sangat tinggi dalam konstelasi politik nasional. Jika kedua tokoh tersebut bersinergi untuk kepentingan PDI-P dalam Pilpres 2024, dapat dipastikan konstelasi politik terkait koalisi parpol akan berubah total sesuai arahan mereka.
”PDI-P akan menjadi penentu yang signifikan dalam kontestasi pemenangan Pemilu dan Pilpres 2024,” ucap Adi.
Terancam
Pertemuan Puan dan Surya Paloh, meski baru satu kali, telah membuat rencana kerja sama politik Nasdem dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat terancam. PKS mulai membuka diri ke parpol lain untuk menjajaki kemungkinan koalisi.
Juru bicara PKS Ahmad Mabruri mengungkapkan, hubungan PKS dengan Nasdem dan Demokrat tetap baik. Namun, hingga saat ini, belum ada kesepakatan terkait platform koalisi. Oleh sebab itu, bisa dikatakan hubungan ketiga parpol itu masih cair. ”PKS tentu tetap membuka diri dengan parpol lain yang ingin bekerja sama membentuk koalisi,” katanya.
Sebelum Surya Paloh bertemu Puan, lanjut Mabruri, sebenarnya Majelis Syura PKS menugaskan DPP PKS untuk bergerilya mendekati parpol dan tokoh-tokoh berpotensi capres. DPP PKS telah membentuk tim untuk membuka komunikasi dengan sejumlah parpol, di antaranya Golkar dan Partai Perindo. Komunikasi juga dijajaki dengan para tokoh yang masuk 10 besar elektabilitas tinggi dalam berbagai survei.
Secara terpisah, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono menilai, pertemuan antara Nasdem dan PDI-P merupakan bentuk komunikasi dan silaturahmi politik yang dijalankan oleh setiap parpol. Pertemuan tersebut merupakan hal yang baik karena parpol memiliki komitmen untuk membuka komunikasi dengan parpol lain yang pada akhirnya membahas tujuan yang ingin dicapai bersama ke depan.
Agus menegaskan, komunikasi antara Demokrat dan Nasdem serta PKS tetap berjalan intensif. ”Komunikasi yang dibangun antartokoh dan parpol menjadi sangat penting karena inilah yang seharusnya dilakukan setiap saat, bukan hanya dalam rangka membangun koalisi,” ujarnya.
Sementara Adi Prayitno melihat belum ada kecocokan antara Nasdem, PKS, dan Demokrat. Menurut dia, masih ada ”bargaining politik” yang belum tuntas, misalnya dalam penentuan capres-cawapres.