BM Diah pada 77 tahun lalu menyimpan naskah proklamasi tulisan tangan Bung Karno. Pada peringatan Detik-detik Proklamasi pada 17 Agustus 2022 ini, naskah tersebut akan kembali bersanding dengan bendera pusaka.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·5 menit baca
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan prasejarah sebagai bagian dari ilmu sejarah tentang zaman ketika manusia hidup dalam kebudayaan yang belum mengenal tulisan. Sebuah definisi yang menempatkan alat tulis dalam posisinya yang penting di rentang perjalanan sejarah.
Sebagai gambaran, kebudayaan Tiongkok yang berusia ribuan tahun memberi tempat bernilai bagi alat tulis. Para penggemar seni kaligrafi tentu mengenal ”empat harta karun atau empat mutiara perhiasan ruang belajar” dari khazanah budaya China, yakni kertas, kuas, tinta, dan batu penggerus batangan tinta.
Tak terbilang karya tulis, seperti puisi klasik atau lukisan tinta dari masa lalu, yang terabadikan hingga sekarang berkat seperangkat alat tulis itu. Sebuah peribahasa China dengan jitu membahasakan daya simpan karya dalam bentuk tertulis ini, yakni tinta paling buram masih lebih bagus dibanding ingatan yang paling tajam.
Pada konteks peringatan HUT RI, kita patut bersyukur karena berkat alat tulis pula pernyataan proklamasi kemerdekaan Indonesia terabadikan. Lewat buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis Cindy Adams, kita ”mendengar” penuturan dari Presiden pertama RI ini mengenai kisah penulisan naskah proklamasi.
Baris-baris yang memuat pernyataan bangsa Indonesia tentang kemerdekaannya ini ditulis Bung Karno di secarik kertas dari buku catatan bergaris-garis biru seperti dipakai pada buku tulis anak sekolah.
”Aku menyobeknya selembar dan dengan tanganku sendiri menuliskan kata-kata proklamasi di atas garis-garis biru itu,” kata Bung Karno.
Bung Karno memang tidak ingat lagi dari mana asal pena yang dipakainya untuk menuliskan naskah proklamasi itu. Dia hanya memperkirakan telah meminjamnya dari seseorang.
Versi sedikit berbeda mengenai jenis alat tulis, bukan pena tetapi pensil, yang dipakai Bung Karno disampaikan oleh BM Diah. Saat itu Bung Karno menanyakan kepada hadirin siapa yang mempunyai kertas. Salah seorang di antaranya memberikan sebuah buku catatan bergaris biru.
”Di atas kertas itulah teks proklamasi pertama ditulis dengan jelas memakai pensil,” kata BM Diah pada buku berjudul Butir-Butir Padi, BM Diah (Tokoh Sejarah yang Menghayati Sejarah) yang diungkapkan kepada Dasman Djamaluddin (1992).
Pada pertemuan seputar perumusan naskah proklamasi tersebut ada hal penting yang dilakukan BM Diah. Kejadiannya tidak lama berselang setelah Sayuti Melik, yang diminta Bung Karno, mengetik teks proklamasi tulisan tangan.
Awalnya, seperti penuturan BM Diah di buku tersebut, Bung Karno memanggil seorang pemuda yang kebetulan lewat di depannya untuk mengetik teks proklamasi tulisan tangannya. Kebetulan pemuda yang lewat itu adalah Sayuti Melik.
”Ti, Ti, tik ini,” kata Bung Karno saat memanggil dan meminta Sayuti mengetik naskah tersebut.
Ruang pengetikan naskah proklamasi di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta, atau disingkat dengan Munasprok, Kamis (16/5/2019). Pada masa pendudukan Jepang, gedung ini menjadi tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda, Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dengan Angkatan Darat.
”Saya yang sejak semula bernaluri wartawan, walaupun di tempat ini duduk sebagai wakil pemuda, ikut serta bersama Sayuti Melik ke kamar sebelah. Setelah selesai mengetik, kertas proklamasi asli yang hanya diletakkan saja di atas meja sewaktu Sayuti Melik menyerahkan teks yang diketik kepada Bung Karno, saya simpan dalam saku. Saya tidak menyangka bahwa kertas tersebut menjadi dokumen penting di kemudian hari,” kata BM Diah.
Setelah selesai mengetik, kertas proklamasi asli yang hanya diletakkan saja di atas meja sewaktu Sayuti Melik menyerahkan teks yang diketik kepada Bung Karno saya simpan dalam saku. Saya tidak menyangka bahwa kertas tersebut menjadi dokumen penting di kemudian hari.
Kembali bersanding
Syahdan, pada Rabu (17/8/2022), dokumen penting berupa naskah asli teks proklamasi yang ditulis tangan oleh Bung Karno itu akan kembali hadir dan disandingkan dengan bendera pusaka dalam Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Merdeka, Jakarta. Sekretariat Presiden (Setpres) telah melakukan serah terima naskah asli teks proklamasi tersebut pada Selasa, 16 Agustus 2022, di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).
”Ini adalah tahun ketiga Setpres bekerja sama dengan ANRI dengan tujuan untuk menghadirkan dan menyandingkan naskah proklamasi tersebut dengan bendera pusaka di Istana Merdeka pada Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Ke-77 Republik Indonesia Tahun 2022," ujar Kepala Biro Administrasi Sekretariat Presiden Sony Kartiko dalam sambutannya.
Sony menuturkan bahwa tim dari ANRI telah menilai kondisi ruang penyimpanan naskah di Istana Merdeka, mulai suhu ruangan hingga tingkat kelembapan. Hal itu penting dilakukan mengingat naskah asli teks proklamasi tersebut merupakan bukti sejarah perjuangan bangsa yang bernilai sangat berharga bagi bangsa Indonesia.
”Alhamdulillah ruangan di Istana Merdeka telah memenuhi syarat untuk digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara naskah proklamasi tersebut,” ucap Sony.
Selain itu, Setpres juga telah mengikuti proses penilaian risiko yang dilakukan oleh ANRI secara berkala setiap tahunnya sebagai upaya dari ANRI untuk menjaga memori kolektif bangsa. Sony juga yakin dokumen negara berupa naskah asli teks proklamasi tulisan tangan Bung Karno yang diserahterimakan pada Selasa ini dalam kondisi terawat dengan baik.
Terkait hal tersebut, Sony mengapresiasi ANRI yang telah bekerja sama dan memberikan dukungan sehingga acara serah terima naskah asli teks proklamasi dapat berjalan dengan baik. Sekretariat Presiden juga akan segera mengembalikan naskah asli teks proklamasi kepada ANRI pada 18 Agustus 2022.
Sementara itu, Kepala ANRI Imam Gunarto dalam sambutannya turut mengapresiasi seluruh pihak yang telah bekerja sama dalam acara serah terima naskah asli teks proklamasi selama tiga tahun terakhir untuk ikut serta dalam Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
”Pagi ini tanggal 16 Agustus 2022, seperti kita telah lakukan di tahun-tahun sebelumnya, ANRI dan Sekretariat Presiden, Sekretariat Negara, bersama-sama menyiapkan upacara penghantaran pusaka bangsa naskah proklamasi tulisan tangan Bung Karno asli ikut dalam prosesi suci Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia,” kata Imam.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 dini hari, BM Diah telah menyelamatkan naskah Proklamasi tulisan tangan Bung Karno sehingga tidak tercecer dan hilang entah ke mana. Dan, melintasi 77 tahun terhitung hingga saat ini, naskah tersebut masih terawat.
Secarik kertas bertuliskan baris-baris kalimat proklamasi tersebut, terlebih ketika dibacakan pada peringatan HUT RI tiap tahun, akan senantiasa menjadi pengingat bahwa Indonesia adalah bangsa yang merdeka. Dirgahayu Indonesia. Sekali merdeka, tetap merdeka.