Latihan Gabungan Perkuat Diplomasi Lintas Negara
Di Pusat Latihan Tempur Kodiklat TNI AD, Baturaja, Sumatera Selatan, ratusan prajurit lintas negara berkumpul ikuti pembukaan latihan bersama SGS 2022, Latihan tempur perkuat diplomasi antara RI dan negara sahabat.
OKU TIMUR, KOMPAS — Latihan militer multilateral, Super Garuda Shield atau SGS 2022, yang digelar selama dua pekan ke depan menjadi ajang penguatan diplomasi Indonesia dengan negara-negara sahabat. Selain itu, latihan ini juga diharapkan mampu menciptakan perdamaian di kawasan Indo-Pasifik.
Ratusan prajurit dari lintas negara berkumpul untuk mengikuti upacara pembukaan latihan bersama (latma) Super Garuda Shield 2022 di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Komando Pembina Doktrin, Pendidikan, dan Latihan TNI AD (Kodiklatad), Baturaja, Oku Timur, Sumatera Selatan, Rabu (3/8/2022). Dalam upacara pembukaan itu, mereka baris-berbaris menuju lapangan utama Puslatpur, yang sudah terdapat sejumlah alutsista, seperti Heli Apache, peluncur roket Astros, dan peluncur roket Himars.
Latma SGS 2022 digelar selama dua pekan, mulai 1-14 Agustus 2022. Latihan yang sejak tahun 2007 digelar bilateral antara Angkatan Darat Amerika Serikat dan Indonesia itu kini diikuti semua angkatan, yaitu darat, laut, dan udara. Latihan juga menjadi multilateral dengan melibatkan 14 negara.
Jiks ditotal, SGS 2022 ini diikuti sekitar 2.000 prajurit TNI dan 2.000 prajurit AS serta peserta lain dari Australia, Jepang, dan Singapura. Sebagai pengamat, hadir kalangan militer dari Kanada, Perancis, India, Malaysia, Korea Selatan, Timor Leste, Papua Niugini, Selandia Baru, dan Inggris.
Baca juga: Angkatan Bersenjata AS Pererat Kerja Sama dengan TNI
Latma tahunan ini kini digelar di tiga lokasi, yakni Puslatpur Kodiklatad, Baturaja; Puslatpur Marinir di Dabo Singkep (Kepulauan Riau); serta Puslatpur di Amborawang (Kalimantan Timur).
Latma SGS 2022 digelar selama dua pekan, mulai 1-14 Agustus 2022. Latihan yang sejak tahun 2007 digelar bilateral antara Angkatan Darat Amerika Serikat dan Indonesia itu kini diikuti semua angkatan, yaitu darat, laut, dan udara. Latihan juga menjadi multilateral dengan melibatkan 14 negara.
Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa saat ditemui usai upacara pembukaan mengatakan, tujuan latma SGS digelar adalah untuk penguatan diplomasi. Dengan begitu, hubungan antarnegara bisa semakin dekat satu sama lain. Pada akhirnya, semua akan saling menjaga.
”Ada apa-apa itu belum tentu yang sifatnya kejahatan. Bisa saja, misalnya gempa bumi dan lainnya, dan kita sudah mengalami, mulai dari tenggelamnya KRI Nanggala. Itu langsung teman-teman semua ini, sahabat kita ini datang. (Saat Indonesia menghadapi) Bencana, apalagi. Jadi kita bergaul seperti ini, itu akan membantu kekuatan,” ujar Andika.
Ada apa-apa itu belum tentu yang sifatnya kejahatan. Bisa saja, misalnya gempa bumi dan lainnya, dan kita sudah mengalami, mulai dari tenggelamnya KRI Nanggala. Itu langsung teman-teman semua ini, sahabat kita ini datang. (Saat Indonesia menghadapi) Bencana, apalagi. Jadi kita bergaul seperti ini, itu akan membantu kekuatan.
Andika didampingi Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Fadjar Prasetyo, Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Madya Ahmadi Heri Purwono, dan Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat Letjen TNI Agus Subiyanto. Hadir pula Komandan Jenderal Angkatan Darat AS untuk Pasifik Jenderal Charles Flynn.
Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan melihat aksi latihan terjun payung dari para prajurit TNI dan US Army. Setidaknya, 210 penerjun loncat dari ketinggian 1.200 kaki dari pesawat Hercules C-130 milik AS.
Selain itu, peserta SGS juga diperlihatkan sejumlah tayangan video lewat videotron. Di video-video tersebut terlihat para prajurit berlatih pendaratan amfibi dan tengah berlatih manuver taktis di Dabo Singkep. Di tempat itu pula, mereka nanti akan berlatih mencari dan menolong orang yang tenggelam di laut.
Andika berharap, latma ini dapat semakin merekatkan hubungan antarsesama personel dan juga antarnegara. Persahabatan ini diharapkan dapat terus berlanjut hingga seusai latihan dan bisa berguna di masa yang akan datang.
Sebetulnya yang menyumbangkan, menciptakan perdamaian di wilayah kita itu bukan kekuatannya, melainkan bounding tadi. Karena dengan kita bekerja sama, sering ketemu, berlatih, itu sebetulnya hanya untuk membiasakan sebagai negara tetangga. Negara tetangga ini teman-teman kita semua. Itulah yang membuat kita lebih kuat karena kebersamaan.
”Sebetulnya yang menyumbangkan, menciptakan perdamaian di wilayah kita itu bukan kekuatannya, melainkan bounding tadi. Karena dengan kita bekerja sama, sering ketemu, berlatih, itu sebetulnya hanya untuk membiasakan sebagai negara tetangga. Negara tetangga ini teman-teman kita semua. Itulah, menurut saya, yang membuat kita lebih kuat karena kebersamaan,” tutur Andika.
Sependapat dengan Andika, menurut Jenderal Charles Flynn, kehadiran SGS 2022 ini dapat semakin memperkuat hubungan antarmiliter setiap negara. Ia pun mendorong agar seluruh peserta saling mengenal, baik dalam sesi latihan maupun di luar sesi latihan.
”Manfaatkan kesempatan ini untuk mengenal satu sama lain dan membangun relasi karena kalian datang dari bagian dunia yang jauh ke sini,” ujar Flynn.
Ia mengingatkan, SGS merupakan ajang latihan yang menantang untuk sebuah pencapaian, untuk melatih kemampuan individu dengan mempelajari taktik dan strategi dari negara lain, maupun memperkuat kerja sama tim. Lebih dari itu, kerja sama tim tidak hanya untuk militer di negara sendiri, tetapi juga antarmiliter dengan negara lain.
Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Nasdem, Muhammad Farhan, berpendapat, makna dari latihan ini adalah bentuk kerja sama militer internasional yang secara signifikan menempatkan Indonesia sebagai pemain penting di kawasan Indo-Pasifik. Sebab, posisi geografis Indonesia sangat strategis dan dikelilingi jalur pelayaran internasional, dan juga wilayah udara yang memengaruhi posisi strategis negara lain.
Jadi, siapa pun yang ingin berurusan dengan wilayah Indo-Pasifik, jangan pernah mengabaikan nilai strategis dari Indonesia, baik secara geopolitik, maupun kemiliteran. Karena, Indonesia bisa berperan sebagai penyeimbang kekuatan-kekuatan global yang punya kepentingan di kawasan Indo-Pasifik.
”Jadi, siapa pun yang ingin berurusan dengan wilayah Indo-Pasifik, jangan pernah mengabaikan nilai strategis dari Indonesia, baik secara geopolitik, maupun kemiliteran. Karena, Indonesia bisa berperan sebagai penyeimbang kekuatan-kekuatan global yang punya kepentingan di kawasan Indo-Pasifik,” kata Farhan.
Membawa pesan persatuan
Latihan ini digelar di tengah dinamika di kawasan, baik rivalitas AS dan China, maupun isu-isu jangka pendek, seperti agenda kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan yang membuat China gerah.
Meski demikian, Flynn enggan mengomentari terlalu jauh terkait kunjungan Pelosi ke Taiwan dan rekasi China terhadap kunjungan itu. Menurut dia, hal yang terpenting saat ini bagi dirinya dan militer AS adalah berlatih di SGS.
Kami di sini untuk berlatih bersama 14 negara yang tergabung dalam latihan ini. Kami ingin lebih membawa pesan persatuan dan kerja sama tim. Jadi, itu yang lebih terpenting saat ini dan selama dua pekan ke depan.
”Kami di sini untuk berlatih bersama 14 negara yang tergabung dalam latihan ini. Kami ingin lebih membawa pesan persatuan dan kerja sama tim. Jadi, itu yang lebih terpenting saat ini dan selama dua pekan ke depan,” ujar Flynn.
Andika menambahkan, tak ada sedikit pun niatan bahwa latihan ini digelar untuk mengonter pengaruh China di kawasan Indo-Pasifik. Sebagaimana diketahui, latihan ini sebelumnya sudah dilakukan sebanyak 15 kali. Apa pun yang terjadi, latihan tetap digelar.
Baca juga: Jepang, AS, dan Perancis Siap Gelar Latihan Militer Gabungan
”Benar seperti yang disampaikan Jenderal Flynn tadi. Ini adalah satu ketertarikan untuk negara-negara di wilayah sekitar kita untuk berlatih bersama karena sebetulnya di negara lain sering. Kami tidak terlalu sering dan ini adalah momentum. Jadi, yang kami lakukan ini sama sekali tidak ada pesan apa pun kepada siapa pun,” tutur Andika.
Ia menyebut, sebenarnya China sudah pernah ikut bergabung dalam latihan semacam ini pada 2012 dan 2013. Namun, tahun-tahun selanjutnya, China tak lagi bergabung. Indonesia pun tidak bisa memaksa China untuk kembali bergabung karena latihan gabungan ini bukan keinginan satu pihak, melainkan harus keinginan kedua belah pihak.
”Mungkin, kami bukan prioritas. Itu saja. Jadi latihan bersama bukan sekadar undang-mengundang, tetapi adakah mutual atau kebutuhan dua belah pihak? Kalau tidak ada, ya, kami, kan, tidak bisa maksa. Latihan ini, kan, kami semua bayar sendiri-sendiri. Amerika bayar sendiri. Australia bayar sendiri. Perancis bayar sendiri. Tak ada yang kami bayarin, Jadi, kalau mereka (China) memandang, latihan di sini mungkin belum prioritasnya,” ujar Andika.