Super Garuda Shield 2022 , Upaya Membangun Saling Percaya
Direktur Latihan Pasukan AS Mayor Jenderal Stephen G Smith dalam wawancara dengan sejumlah media di Tanah Air menyebut, Asia Pasifik perlu dijaga bersama dengan landasan saling percaya dan kemampuan interoperabilitas.
Oleh
EDNA CAROLINE PATTISINA
·5 menit baca
Kerja sama dan saling percaya menjadi tujuan dalam latihan Super Garuda Shield (SGS) 2022. SGS akan diikuti sekitar 2.000 prajurit dari TNI, 2.000 prajurit militer AS, serta peserta lain dari Australia, Jepang dan Singapura. Selain itu, hadir sebagai pengamat adalah militer dari Kanada, Perancis, India, Malaysia, Korea Selatan, Timor Leste, Papua Niugini, Selandia Baru, dan Inggris.
Dari sisi jumlah prajurit, angka 4.000 lebih tinggi daripada tahun lalu, yakni 3.708 prajurit. Akan tetapi, yang paling penting, untuk pertama kalinya, latihan Garuda Shield ke-15 ini diperluas. Latihan yang dilaksanakan bilateral antara Angkatan Darat AS dan Indonesia sejak 2007 kini diikuti oleh semua angkatan, yaitu darat, laut, dan udara. Latihan yang tadinya bersifat bilateral juga menjadi multilateral dengan total 14 negara. SGS diadakan pada 1-14 Agustus 2022 di Baturaja (perbatasan Lampung dan Sumatera Selatan) dan Dabo Singkep, Kepulauan Riau.
Komandan Divisi Infanteri ke-7 Mayor Jenderal Stephen G Smith yang menjadi Direktur Latihan Pasukan AS mengatakan, pihaknya melihat latihan ini sangat penting. Militer AS melihat bahwa kemitraan yang dibangun berdasarkan persamaan nilai akan demokrasi dan kawasan yang terbuka dan stabil harus terus dibangun. Kepada beberapa media, ia memberi kesempatan tanya jawab, di Kedutaan Besar AS di Jakarta, Jumat (29/7/2022).
Stephen mengatakan, dari sudut pandang Angkatan Darat AS, SGS merupakan salah satu bagian dari Operation Pathways. Operasi ini diadakan oleh Angkatan Darat AS di kawasan Pasifik dengan tujuan membangun hubungan antara AD AS dan AD negara-negara di Pasifik. Beberapa literatur menyebutkan, nama Pathway diambil terkait dengan upaya membuka jalur antara militer AS dan militer negara-negara di Pasifik. Hal ini tidak saja sesuai dengan kebijakan politik luar negeri AS yang mengarah ke Indo-Pasifik. Militer AS mengimplementasikan kebijakan negaranya ini dengan mengevaluasi bahwa kerja sama dengan militer-militer regional sangat penting untuk bisa beroperasi di Indo-Pasifik.
”Selamat siang,” kata Stephen membuka pembicaraan. Ia bercerita, seluruh Angkatan AS akan ikut serta, termasuk Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Marinir. Mereka akan membawa beberapa peralatan untuk terjun payung dan pendaratan amfibi, serta beberapa kerja nonmiliter seperti membangun jalan dan pengenalan budaya. ”Pasifik adalah daerah operasi yang sangat penting. US Pacific Command ingin membangun interoperabilitas dan kemampuan dan hubungan dengan negara-negara di Asia Pasifik. Tujuannya adalah kesiapan untuk dikirim dan beroperasi di wilayah ini,” ujar Stephen.
Apakah skenario latihan menggunakan kondisi nyata?
Skenario bersifat fiksi, bukan rencana perang. Ini murni latihan termasuk perencanaan dan pelaksanaannya sampai ke teknik berupa manuver lapangan. Memang sekarang lebih banyak yang terlibat karena kita juga sama-sama ingin membangun persahabatan dan kepercayaan dari tingkat yang paling rendah.
Kemampuan apa yang ingin dibangun militer AS?
Bagaimana kemampuan dan keterbatasan kami di medan tempur tropis yang lembab dengan kondisi geografis yang seperti ini. Kami ingin belajar dari TNI misalnya bagaimana perencanaan dan pelaksanaan terjun payung. Saya tahu TNI sangat tinggi kemampuannya. Dari kami mungkin akan berbagai pengalaman operasi di gurun seperti Timur Tengah. Baturaja dan Dabosingkep adalah wilayah latihan yang sangat realistik mewakili medan pertempuran di Indo-Pasifik.
Apakah interoperabilitas ini dibangun untuk menghadapi China?
GSG itu mengedepankan pentingnya Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Saya mempelajari sejarah Indonesia dan menemukan bahwa salah satu yang penting adalah keterbukaan wilayah ini. Dan ini memang menjadi alasan kita adakan latihan adalah supaya ada keterbukaan itu. Ini bukan ancaman. GSG itu murni latihan dan membangun kesiapan gabungan dan operasi gabungan, mulai dari komunikasi sampai aplikasi. Mulai dari prajurit yang usianya 18-19 tahun sampai jenderal. Juga melaksanakan misi-misi sipil seperti bangun jalan.
China, misalnya, menyebut AUKUS sebagai ancaman? Tahun lalu juga China menyebut Garuda Shield sebagai ancaman untuk kawasan?
Point utama dari SGS adalah membangun kerja sama dan interoperabilitas. Semakin kita saling belajar, semakin bagus. Militer selalu ingin punya teman banyak.
Ini bukan ancaman. Sudah bertahun-tahun latihan ini dilakukan dan diadakan atas undangan Pemerintah Indonesia. Kita ingin sama-sama membangun keamanan di kawasan dan latihan ini untuk membangun kerja sama tim dan saling percaya. Dari situ diharapkan stabilitas akan ditingkatkan demi berlangsungnya Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Apakah Jepang akan ikut? Bagaimana dengan Myanmar?
Iya. Hubungan dengan Jepang sangat penting. Desember mendatang juga ada latihan dengan Jepang. Lebih banyak mitra kan lebih baik. Myanmar setahu saya tidak ikut.
SGS 2022 akan mengadakan acara budaya?
Pertukaran budaya sangat penting dan pasti diadakan. Kita tidak bisa saling percaya kalau tidak ada penghormatan terhadap budaya dan masyarakat. Intinya adalah saling belajar dan saling menghormati.
Apa perkiraan Anda tentang perkembangan di Laut China Selatan?
Saya tidak tahu. Tapi kita harus siap supaya tidak perlu siap-siap, apa pun perkembangan nantinya. Kita harus tahu seperti apa medannya dan bagaimana orang-orangnya supaya apa pun yang terjadi, kita siap.
Pengalaman saya di Timur Tengah, semakin banyak teman yang punya nilai yang sama, semakin baik. Misalnya di sini percaya pada demokrasi dan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka serta percaya pada pembangunan ekonomi, perdagangan bebas, dan militer yang kuat untuk menjaganya.
Yang penting ada peningkatan interoperabilitas dan operasi gabungan
Dari mana biaya untuk SGS 2022?
Saya tidak tahu. Tapi saya yakin berapa pun biaya yang kita kontribusikan sesuai dengan kesiapan gabungan dan hubungan yang kita bangun. Itu semua tidak ternilai dengan uang.
Mengapa China tidak ikut?
Sejarahnya, memang bilateral. Saya tidak tahu kenapa China tidak ikut. Yang saya tahu latihan ini sudah dilakukan bertahun-tahun dan memang bilateral
Latihan ini berdekatan waktunya dengan kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Asia?
Latihan ini bukan ancaman atau perlu dilihat sebagai ancaman. Ini latihan militer dengan militer, dan tidak ada rencana atau kenyataan atau antisipasi atas apa pun. Ini latihan untuk membangun saling percaya, pengertian dan kapabilitas.