Fundamental Ekonomi Indonesia Kuat, Neraca Pangan hingga Akhir Tahun Aman
Situasi global akan terjadi ”food shortage” dan ”energy shortage”. Bagaimana agar RI tak terjebak dalam persoalan-persoalan tersebut. Menurut Menko Ekonomi Airlangga Hartarto, kita siapkan strategi khusus untuk 2023.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meskipun inflasi melonjak di beberapa negara, fundamental ekonomi Indonesia dinilai relatif kuat. Inflasi Indonesia berada di angka 4,2 persen dengan pertumbuhan ekonomi masih di 5 persen. Neraca pangan sampai akhir tahun ini juga aman dengan stok beras cukup. Pemerintah pun sedang mempersiapkan strategi khusus hadapi krisis pangan dan energi untuk tahun 2023.
”Negara lain, Eropa rata-rata inflasi 8 persen, kemudian Amerika 9,2,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto seusai mengikuti sejumlah rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo terkait isu pangan dan energi, pengelolaan produk turunan kelapa sawit, hingga evaluasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (18/7/2022).
Kita lihat dana pihak ketiga di atas 10 persen kemudian pertumbuhkan kredit di atas 9 persen, jadi relatif ekonomi Indonesia bergerak. Indeks keyakinan konsumen 128. PMI (Purchasing Managers Index) 50,2 karena memang ekspor dari CPO masih ada hambatan, tetapi sudah mulai berjalan sehingga tentu dalam 26 bulan neraca perdagangan kita positif.
Airlangga menegaskan bahwa ekonomi Indonesia bergerak. ”Kita lihat dana pihak ketiga di atas 10 persen kemudian pertumbuhkan kredit di atas 9 persen, jadi relatif ekonomi Indonesia bergerak. Indeks keyakinan konsumen 128. PMI (Purchasing Managers Index) 50,2 karena memang ekspor dari CPO masih ada hambatan, tapi sudah mulai berjalan sehingga tentu dalam 26 bulan neraca perdagangan kita positif,” ujarnya.
Dalam rapat terbatas tentang pangan dan energi yang dipimpin Presiden Joko Widodo, Airlangga juga menyebut bahwa neraca pangan relatif aman hingga akhir tahun ini. ”Neraca pangan sendiri sampai akhir tahun ini relatif aman, termasuk beras, kita punya stok beras cukup,” ujarnya.
Sesuai dengan arahan Presiden Jokowi di dalam rapat terbatas, pemerintah akan melakukan berbagai persiapan untuk mengantisipasi kondisi global. ”Arahan Bapak Presiden adalah bagaimana kita mengantisipasi, global akan terjadi food shortage dan energy shortage. Nah, bagaimana kita tidak terjebak di dalam persoalan-persoalan tersebut. Jadi, kita siapkan strategi khusus untuk 2023,” ucap Airlangga.
Airlangga menambahkan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga bukan jadi masalah. ”Karena currency di berbagai negara juga terjadi pelemahan jadi tidak ada masalah itu,” ujarnya menambahkan.
Ditemui seusai rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menegaskan bahwa krisis pangan dan energi memang menjadi dua bidang yang harus sungguh-sungguh diantisipasi seiring situasi krisis global. ”Kita masih merasa dalam suasana krisis. Terutama di bidang pangan dan energi itu,” kata Zulkifli.
Sebetulnya kalau kata Bapak Presiden tadi, kalau kita bicara detail, misalnya penghasil cabai di mana yang paling banyak? Jawa Barat? Maka, Jawa Barat akan menjadi fokus. Ya, kalau kita bicara kopi, kopi mungkin Sumatera Selatan dan Lampung, maka kita akan fokus.
Namun, Zulkifli menegaskan bahwa antisipasi krisis global di bidang pangan dan energi justru bisa dimanfaatkan menjadi peluang bagi Indonesia. ”Sebetulnya, kalau kata Bapak Presiden tadi, kalau kita bicara detail, misalnya penghasil cabai di mana yang paling banyak? Jawa Barat? Maka, Jawa Barat akan menjadi fokus. Ya, kalau kita bicara kopi, kopi mungkin Sumatera Selatan dan Lampung, maka kita akan fokus,” tuturnya menambahkan.
Ketika mengetahui potensi tiap daerah, maka pemerintah bisa lebih fokus. “Sehingga bicaranya lebih detail sehingga antisipasi krisis ini bisa menjadi peluang bagi kita untuk meningkatkan produksi bahkan untuk ekspor,” ucap Zulifli.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyinggung soal hasil survei Bloomberg yang menyebutkan peluang risiko resesi Indonesia sangat kecil, yaitu 3 persen. ”Hasil survei Ini menunjukkan bahwa fundamental ekonomi domestik kita kuat dan memiliki daya tahan di tengah risiko global yang masih eskalatif,” kata Moeldoko ketika berbicara pada seminar kebangsaan di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah, Senin (18/7/2022).
Pada sektor energi, menurut Moeldoko, pemerintah terus menjaga ketersediaan dan keterjangkauan harga di masyarakat. Hal ini dilakukan antara lain dengan menyalurkan subsidi yang nilainya mencapai Rp 520 triliun.
Hasil survei Ini menunjukkan bahwa fundamental ekonomi domestik kita kuat dan memiliki daya tahan di tengah risiko global yang masih eskalatif.
Opsi subsidi ini dipertahankan pemerintah agar beban masyarakat dalam mendapatkan kebutuhan energi tidak berat. ”Namun, jika terus diberikan, subsidi akan membuat uang negara jebol. Untuk itu, skema subsidi akan diubah. Tidak lagi ke barang, tetapi langsung ke orangnya agar tepat sasaran,” ucap Moeldoko.
Untuk menjawab kebutuhan konsumsi pangan dalam negeri sebesar 2,5 juta ton per bulan, pemerintah telah meningkatkan produktivitas di sektor pertanian. ”Hasilnya selama tiga tahun berturut-turut kita sudah tidak lagi impor beras, bahkan beras kita surplus. Pemerintah juga melakukan diversifikasi pangan, seperti menanam sorgum, sagu, dan jagung. Ini semua untuk menjawab tantangan ancaman krisis pangan dunia,” ujarnya.
Dalam menghadapi krisis pangan dan energi yang terjadi secara global, Moeldoko menyampaikan lima teori. Teori tersebut mencakup kemampuan adaptif terhadap perubahan, membangun kecepatan di segala lini, berani mengambil risiko atas kebijakan yang diambil secara konstitusional, siap menghadapi kompleksitas akibat globalisasi, dan siap merespons kejutan-kejutan yang akan terjadi akibat kemajuan teknologi.