Jusuf Kalla: Kerja Sama dengan Negara-negara Muslim Harus Ditingkatkan Lagi
Sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim, Indonesia punya 800.000 masjid. Wapres ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla menyebut masjid berperan sebagai pusat kebangkitan ekonomi dan pendidikan.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia menggelar pertemuan dengan kepala perwakilan duta besar dari 21 negara Muslim. Pertemuan tersebut dilakukan untuk mempererat hubungan dan kerja sama antara Indonesia dan negara-negara Muslim tersebut. Ke depan, hubungan kerja sama dengan negara-negara itu diharapkan bisa menjadi lebih baik lagi dan meningkat.
Pertemuan yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Milad Ke-50 Dewan Masjid Indonesia (DMI) ini digelar di Gedung DMI, Jakarta Timur, pada Rabu (22/6/2022). Puncak perayaan Milad Ke-50 DMI akan digelar pada Senin (27/6/2022) depan. ”Dari pertemuan ini, kita berharap ada hubungan kerja sama yang lebih baik dengan negara-negara Muslim,” ujar Ketua Umum DMI Jusuf Kalla dalam keterangan tertulisnya.
Pada pertemuan yang mengambil tema ”Peace Message from Indonesian Mosque to the World” itu, Kalla menegaskan bahwa Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia berkepentingan untuk melakukan kerja sama dengan negara-negara Muslim tersebut. Hal ini menjadi bagian dari dampak globalisasi.
Menurut Kalla, globalisasi tidak hanya berdampak pada ekonomi semata, tetapi juga pada masalah sosial. ”Karena itu, kita perlu bekerja sama dalam bidang sosial,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Kalla juga menceritakan tren tentang sejumlah warga negara Indonesia yang menjadi imam di luar negeri, seperti Mesir, Arab Saudi, Yaman, Qatar, dan negara Muslim lain. Bahkan, di Amerika Serikat, terdapat warga Indonesia yang menjadi imam. Kalla menilai perkembangan tersebut positif dan bisa menjadi visi dalam bekerja sama antarnegara Islam.
Indonesia disebut wajar memiliki ratusan ribu masjid. Tak heran jika masjid dan mushala tersebar di banyak tempat, seperti di perkantoran, pusat perbelanjaan, bahkan di setiap SPBU milik Pertamina. Dari 800.000 masjid tersebut, sebanyak 90 persen dikelola oleh organisasi yang tidak di bawah kontrol pemerintah.
Sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, Indonesia disebut wajar memiliki ratusan ribu masjid. Tak heran jika masjid dan mushala tersebar di banyak tempat, seperti di perkantoran, pusat perbelanjaan, bahkan di setiap SPBU milik Pertamina. Dari 800.000 masjid tersebut, sebanyak 90 persen dikelola oleh organisasi yang tidak di bawah kontrol pemerintah.
Jumlah masjid yang banyak tersebut merupakan hal yang bagus. Namun, DMI menegaskan, diperlukan pengelolaan yang lebih baik. Masjid tidak bisa terlihat makmur sendiri, tetapi sejatinya harus mampu memakmurkan masyarakat di sekitarnya.
Selain itu, DMI juga ingin melihat masjid berfungsi sebagai pusat-pusat pendidikan. ”Sudah mulai mengarah ke sana, seperti Masjid Al-Azhar di Kebayoran yang lengkap dengan fasilitas pendidikannya,” tambah Kalla.
Kalla juga menyinggung proses pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) yang didirikan untuk meningkatkan pengakuan masyarakat akademik internasional atas peran Islam di Indonesia. Pembangunan itu juga bertujuan menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat peradaban Islam di dunia melalui jalur dan jenjang pendidikan tinggi yang memenuhi standar internasional.
Menurut Kalla, DMI memiliki sejumlah program dalam peran mengelola masjid di Indonesia. DMI, antara lain, berperan dalam perbaikan akustik masjid (sound system), penerapan aplikasi masjid dan media digital, serta masjid bersih dan sehat. Selain itu, DMI juga terlibat dalam pemberdayaan ekonomi berbasis masjid, manajemen kemasjidan, sertifikasi tanah/wakaf, arsitektur masjid, pendidikan dan dakwah, serta wisata religi berbasis masjid.
Peradaban Islam
Lebih jauh disebutkan juga, masjid berperan memberdayakan para dai dan mubalig. DMI menilai, pemberdayaan dai dan mubalig akan memberikan pencerahan kepada umat demi keberlangsungan peradaban Islam di Indonesia dan dunia.
DMI menilai, pemberdayaan dai dan mubalig akan memberikan pencerahan kepada umat demi keberlangsungan peradaban Islam di Indonesia dan dunia.
Saat ini, DMI juga terlibat dalam membangun museum Rasulullah. Kalla menyebutkan bahwa bangunan museum tersebut merupakan yang pertama di luar Arab Saudi. Selain dibangun di Indonesia, Museum Sejarah Nabi Muhammad SAW dan Peradaban Islam sebelumnya sudah dibangun di Mekkah dan Madinah. Museum sejarah Nabi SAW di Indonesia akan dibangun di Jakarta Utara.
Peletakan batu pertama museum Rasulullah ditandai dengan menekan tombol sirene oleh Kalla bersama Sekretaris Liga Muslim Dunia Syekh Muhamad bin Abdul Karim Al Issa pada 26 Februari 2020. Perjanjian kerja sama pembangunan museum ditandatangani oleh Ketua Yayasan Sejarah Nabi Muhammad SAW Komisaris Jenderal (Purn) Syafruddin dan Deputi Eksekutif Liga Muslim Dunia Abdul Rahman bin Muhammad al-Mathar. Proses penandatanganan dilakukan di Riyadh, Arab Saudi, pada Sabtu (24/10/2020).
Dialog antarumat beragama
Secara terpisah, dalam keterangan pers tertulis pada Rabu (22/6/2022), Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menerima audiensi Kepala Kantor Rabithah ‘Alam Islami (Liga Muslim Dunia) untuk ASEAN dan Australia Syeikh Abdurachman Alkhayyat. Perwakilan Liga Muslim Dunia menyampaikan keinginan untuk menggelar dialog antarumat beragama di Indonesia.
Kita tahu Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang beragam agama, dengan mayoritas Muslim-nya. Dan, di Indonesia semua berjalan aman dan damai. Karena itu, kami ingin membuat dialog antarumat beragama yang dilaksanakan di Indonesia.
”Kita tahu, Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang beragam agama, dengan mayoritas Muslim-nya. Dan, di Indonesia semua berjalan aman dan damai. Karena itu, kami ingin membuat dialog antarumat beragama yang dilaksanakan di Indonesia,” kata Syeikh Abdurachman kepada Menteri Agama di Jakarta.
Syeikh Abdurachman berharap Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama dapat mendukung dan memberi arahan terkait rencana tersebut. Menteri Agama menyambut baik niatan Liga Muslim Dunia untuk menggelar dialog antarumat beragama di Indonesia.
Menurut dia, hal tersebut sejalan dengan apa yang sedang diperjuangkan Kementerian Agama terkait penguatan moderasi beragama. ”Kami senang sekali dengan niatan ini. Islam memang harus menunjukkan wajah damainya, karena memang itulah wajah Islam sesungguhnya. Dan inilah momentum yang baik yang bisa kita sampaikan pada acara tersebut,” kata Yaqut.
Mendapat sambutan baik, Syeikh Abdurachman Alkhayyat mengungkapkan terima kasih dan akan menyampaikannya kepada Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia. ”Saya senang sekali mendapatkan lampu hijau. Saya akan pastikan Sekjen Liga Muslim Dunia hadir,” tambahnya.
Ia yakin Indonesia merupakan negara yang mampu menjadi contoh bagi negara lain tentang penerapan toleransi dalam keberagaman. ”Saya yakin Indonesia bisa menjadi simbol kerukunan beragama dunia,” ucapnya.